Wisteria Land: Another Story of Hwaseong Academy

06:12

Wisteria Land: Another Story of Hwaseong Academy

It's about rainbow, love, hate, glory, loyalty, betrayal and destiny.......




. Judul: “Wisteria Land: Another Story of Hwaseong Academy”
. Author: shytUrtle_yUi
. Rate: Serial/Straight/Fantasy-Romance.
. Cast:
-                  Song Hyu Ri (송휴리)
-                  Rosmary Magi
-                  Han Su Ri (한수리)
-                  Jung Shin Ae (정신애)
-                  Song Ha Mi (송하미)
-                  Lee Hye Rin (이혜린)
-                  Park Sung Rin (박선린)
-                  Song Joongki, L,Joe Teen Top, L Infinite, Jung Daehyun B.A.P, Jo Jonghwan 100%, Baro B1A4, Jang Geunsuk, Yoo Seungho, Kim Sunggyu Infinite, Choi Joonghun FT.Island, Cho Kyuhyun Super Junior, and many other found it by read the FF.

...Ketika kau melihat pelangi, apa yang ada di benakmu? Tujuh warnanya yang indah atau...? Di sini, Wisteria Land, kami percaya jika pelangi adalah jelmaan sang Naga. Naga arif dan bijaksana yang selalu mengawasi dan menjaga tanah Wisteria Land. Naga yang pada suatu waktu muncul dengan keelokan wujudnya dengan tujuh warna pelangi. Apa kau juga percaya akan hal ini...?
***
   


Land  #18

“Yang membuatnya seolah manjur hanyalah sugesti. Karena kau percaya dan itu pun menjadi nyata.”
***

                Trio Maehwa pulang bersama Sungrin yang duduk dalam boncengan Magi. Mereka berhenti di taman di jalan Elder Flower. Sungrin turun dari boncengan Magi.

                “Terima kasih tumpangannya. Kita berpisah di sini. Aku pergi dulu,” Sungrin membungkukan badan.

                “Sungrin, tunggu!” tahan Hyuri. Hyuri mengambil buket mawar dalam keranjang sepedanya. “Untukmu!” kata Hyuri sembari mengulurkan tangan kanannya yang membawa buket mawar pemberian Daehyun.

                “Mwo...? Untukku??” Sungrin kaget.

                “Hey! Kau yakin tak akan menyesal memberikan bunga itu pada Sungrin?” sela Suri. “Itu kan pemberian Jung Daehyun.”

                “Aku tidak suka mawar,” jawab Hyuri terdengar malas.

                Sungrin menerima buket mawar oranye itu dan menghitung jumlahnya. “Ada dua belas tangkai,” kata Sungrin setelah menghitung.

                “Dua belas tangkai?? Banyak sekali...” gumam Suri.

                “Apakah memiliki arti?” tanya Magi.

                “Aku sangat mencintaimu, itu arti dua belas tangkai mawar. Oranye berarti aku ingin mengenalmu lebih dekat,” ulas Sungrin.

                “Aku ingin mengenalmu lebih dekat karena aku sangat mencintaimu. Begitu kah kira-kira artinya?” Suri menggabungkan arti dari mawar oranye dan dua belas tangkai.

                “Bisa jadi,” Sungrin membenarkan.

                “Masuk akal juga,” Magi menangguk-anggukan kepalanya.

                Hyuri mendesah pelan dan berjalan menuntun sepedanya pergi tanpa pamit membuat ketiga rekannya diam tertegun menatapnya.
***

                Hyuri menata ulang DVD yang baru saja dikembalikan oleh penyewa. Kedua telinganya tertutup headset. Sambil mendengarkan lagu, Hyuri mengerjakan tugasnya. Hyuri tersentak kaget ketika berbalik dan menemukan Daehyun sudah berdiri di belakangnya lengkap dengan senyuman seluas samudra. Hyuri melotot menatap Daehyun lalu melepas headset di kedua telinganya.

                “DVD baru ada di lajur kanan,” Hyuri tak semangat dan hendak pergi.

                “Tunggu!” Daehyun menarik tangan kanan Hyuri bermaksud menghentikan langkah Hyuri.

                Hyuri menatap tajam Daehyun. Perlahan Daehyun melepaskan pegangannya pada tangan kanan Hyuri.

                “Mianhae karena membuatmu terkejut.”

                “Tak apa. Silahkan saja cari film favoritmu.”

                “Aku kemari tak untuk menyewa film!” ucap Daehyun cepat kembali menahan langkah Hyuri. “Aku datang kemari untuk menemuimu.”

                Hyuri mengerutkan dahi menatap Daehyun.

                “Aku datang kemari sengaja menemuimu Song Hyuri.” Daehyun kembali tersenyum manis lalu mengulurkan kedua tangannya memberikan satu kotak coklat untuk Hyuri. “Menunggu rental ini sendirian pastilah membosankan juga melelahkan. Coklat bisa membuat perasaan menjadi bahagia, ini akan sangat bermanfaat untukmu.”

                Hyuri diam tak menerima kotak coklat itu. Hanya memandangnya saja. Ia benar-benar heran pada perubahan drastis Daehyun. Kesal Hyuri tak kunjung menerima kotak coklat pemberiannya, Daehyun meraih tangan kanan Hyuri dan memberikan kotak coklat di tangannya. Daehyun tersenyum puas.

                “Aku pergi,” pamit Daehyun.

“Ya! Kau pikir ini normal?” tanya Hyuri sukses membuat langkah Daehyun berhenti.

Daehyun membalikan badan, kembali menghadap Hyuri. “Normal...?” tanya Daehyun dengan ekpresi tak paham.

“Sikapmu itu benar-benar tak wajar. Apa kau tak menyadarinya?”

Daehyun diam sejenak. Berpikir. “Entahlah,” kata Daehyun enteng setelah beberapa detik terdiam. Daehyun  kembali menatap Hyuri dengan tatapan teduh. Jauh berbeda dari Daehyun yang sebelumnya yang selalu menatap Hyuri dengan tatapan memicing.

“Aku tak tahu normal atau tak normal. Tak tahu pula wajar atau tak wajar. Yang aku tahu hatiku ingin melakukan ini padamu dan aku menurutinya. Melakukannya. Apa yang ingin aku lakukan padamu.” Terang Daehyun.

Dengan ekspresi seperti ini Daehyun benar-benar terlihat innocent. Hyuri tak kuasa menatap Daehyun yang seperti ini. Ia memilih mengalihkan pandangannya.

“Aku harap kau tak marah. Tak keberatan dengan apa pun itu yang ingin aku lakukan padamu. Aku ingin memberimu perhatian dan kasih sayang. Mejagamu dalam pelukku. Aku rasa aku menyukaimu Song Hyuri.” Lanjut Daehyun.

Hyuri mengangkat kepala. Terbelalak mendengar pengakuan Daehyun.

Daehyun kembali mengembangkan senyum manis dan tulus di wajahnya. “Aku paham kerterkejutanmu itu. Ini terlalu dini bagimu kan? Kau tak perlu memberi jawaban apa-apa. Semua ini karena hatiku ingin melakukannya. Benar aku mengharap balasan darimu. Berharap kau mau menerima cintaku. Tapi aku cukup tahu diri, itu tak akan mudah bagimu untuk menerimanya. Karena itu aku akan bersabar menunggu. Dan jika boleh sedikit memaksa, aku benar-benar ingin  menjadi kekasihmu. Menjadi pria yang selalu berada dekat di sampingmu dan menjagamu. Jangan merasa aneh ya. Padaku. Dan sekali lagi, aku akan menunggumu Song Hyuri. Saranghae...” Daehyun berbisik pada kalimat terakhir lalu ia pergi meninggalkan rental tempat Hyuri bekerja.

Hyuri berdiri mematung. Tertegun. Ia tak percaya dengan apa yang baru ia alami.
***

Hyuri masih terjaga, duduk sendiri di dapur usai mengisi penuh botol air miliknya. Entah yang ke berapa kali Hyuri mendesah sembari menatap kotak coklat pemberian Daehyun yang ia letakan di atas meja dapur.

Myungsoo tiba di dapur. Ia tersenyum menemukan Hyuri masih duduk di sana seperti beberapa malam sebelumnya. Myungsoo mengambil gelas dan menuangkan minuman favoritnya lalu memberikannya pada Hyuri. Myungsoo duduk di hadapan Hyuri.

Hyuri yang lebih banyak melamun tampaknya tak bernafsu pada minuman pemberian Myungsoo. Biasanya ia akan segera meraih gelas yang disajikan Myungsoo di depannya dan meneguk habis isinya. Namun kali ini Hyuri tetap diam dan tampaknya ia sedang melamun.

Myungsoo mengamati Hyuri lalu menatap kotak di atas meja tepat di depan Hyuri. “Apa itu?” tanya Myungsoo.

“Nee...?” Hyuri yang terkejut akhirnya tersadar dari lamunannya. Kemudian ia mengikuti arah pandangan Myungsoo. “Oh, ini coklat.”

“Coklat...??”

“Nee. Kau tak pernah makan coklat?”

Myungsoo diam tak menjawab namun masih menatap kotak coklat itu.

Hyuri tersenyum. “Ini untukmu,” Hyuri mendorong kotak coklat di depannya pada Myungsoo. “Ambil saja. Aku tak suka coklat,” Hyuri meraih gelas pemberian Myungsoo dan meneguk habis isinya. “Terima kasih. Aku pergi dulu,” Hyuri bangkit dari duduknya dan meninggalkan dapur.

Suasana kembali hening di dapur. Myungsoo masih menatap kotak coklat pemberian Hyuri. Setelah diam dan hanya menatapnya selama beberapa detik, tangan kanan Myungsoo mulai bergerak. Ia menyentuh kotak coklat itu dan memeriksanya. Setalah itu Myungsoo tersenyum lebar.

Hyuri yang diam-diam mengintip terkejut melihat Myungsoo tersenyum. Lebih tepatnya Hyuri terpesona melihat senyum Myungsoo karena sejak pertama ia bertemu dengan Myungsoo baru kali ini Hyuri melihat senyum terkembang di wajah dingin dan kaku Myungsoo. Hyuri tersenyum lega dan benar-benar meninggalkan dapur berjalan kembali menuju kamarnya.
***

Pagi-pagi kelas 1-F telah diributkan dengan adanya setangkai mawar merah yang mekar keseluruhan tergeletak di atas meja Hyuri. Trio Maehwa yang baru masuk kelas segera jadi perhatian .

“Woa!! Hyuri! Ada mawar di mejamu. Setangkai mawar merah sempurna, kali ini apa lagi?” Suri menatap Sungrin yang pagi ini sengaja menunggu trio Maehwa di pintu masuk koridor.

“I love you, I still love you,” jawab Sungrin.

“Itu Jung Daehyun lagi ya?” tanya Suri menatap penasaran pada Hyuri yang sedang membaca isi dari kartu kecil yang menyertai setangkai mawar merah itu. “Benar-benar say it with flower, romantis sekali.”

“Itu kuno! Dan aku tak begitu suka bunga, apalagi mawar!” Hyuri membanting kesal mawar merah di tangannya ke atas meja.

“Hey! Kau kesal pada orangnya, bukan bunganya. Mawar itu tak salah kenapa kau membantingnya seperti itu?” protes Sungrin.

“Kau boleh mengambilnya,” Hyuri dengan malas.

“Beda antara benci dan cinta itu memang tipis sekali ya. Bahkan transparan menurutku,” sahut Jonghwan.

“Kalau begini siapa yang cinta siapa yang benci ?” kata Seungho sembari menatap Magi lalu Suri. Dua gadis itu kompak mengangkat kedua bahu.

Keempat teman Hyuri—Magi, Suri, Jonghwan, Seungho bersama Sungrin saling melempar senyum. Keenamnya langsung diam dan suasana berubah kaku ketika tiba-tiba Hami mendekat. Hami berhenti di dekat Magi.

“Aku minta maaf soal janjiku pada kalian. Aku tak bisa benar-benar meloloskan kalian begitu saja. Kuasaku hanya mampu memberi jalan untuk kalian ikut audisi,” Hami meminta maaf. Ia terlihat benar menyesal.

“Kami paham posisi Yang Mulia. Kami berterima kasih telah menepati janji dan mempermudah jalan kami,” Hyuri memaksa tersenyum.

“Maaf jika ini terkesan meremehkan, tapi kalian benar-benar membuatku penasaran. Walau aku pernah melihat penampilan Magi yang cukup menarik, tapi tetap saja aku penasaran. Maaf sekali lagi, apa ini bukan tindakan bunuh diri? Melamar menjadi pengisi acara Hwaseong Festival pastilah kalian sudah tahu tentang apa itu Hwaseong Festival yang sesungguhnya.”

Hyuri menyincingkan senyum. “Maaf jika ini semua membuat Yang Mulia penasaran. Pasti sangat tersiksa sekali karena hal itu. Yang Mulia mempertanyakan keahlian kami? Kami tak punya, tapi Magi, dia punya.” Hyuri sedikit berbisik namun penuh keyakinan hingga kalimat ‘tapi Magi punya’ begitu kuat menekan Hami. “Walau kami dari kalangan rendah, tapi kami tak sebodoh itu. Memilih bunuh diri dengan mendaftar sebagai pengisi acara Hwaseong Festival. Jika Yang Mulia ingin tahu jawabannya, datanglah ke Club Golden Rod di Senin atau Kamis malam.” Hyuri kembali menyincingkan senyum.

‘C lub Golden Rod...?’ batin Hami.

Murid kelas 1-F bergegas menuju bangku masing-masing ketika salah satu murid meneriakan jika guru datang.
***

Jam istirahat tiba. Lagi-lagi Daehyun meminta bergabung di meja Hyuri. Jonghwan dan Suri hanya bisa mengangguk. Mengiyakan permintaan Daehyun. Hyuri yang kesal sama sekali tak mengangkat kepala. Ia mempercepat melahap menu makan siangnya agar bisa segera pergi dari meja itu.

Di meja lain, empat member Elroy Yoseob, Ilhoon, Woohyun dan Changjo memperhatikan meja Hyuri dimana Daehyun duduk bergabung. Keempat teman dekat Daehyun ini benar-benar dibuat heran dan bingung atas perubahan sikap Daehyun. Ketika mereka menegur Daehyun atas perubahan sikapnya itu, Daehyun selalu menjawab  ‘entahlah, hatiku yang ingin melakukan itu dan aku tak bisa menolaknya’. Mendengar jawaban Daehyun lengkap dengan wajah tanpa dosanya, empat rekan Daehyun ini hanya bisa menghela napas dan membiarkan Daehyun melakukan apa yang ia inginkan walau sebenarnya mereka benar keberatan.

Shin Ae yang duduk makan siang bersama L.Joe terus memantau meja Hyuri. Sama seperti teman-teman Daehyun, Shin Ae juga dibuat penasaran dengan perubahan drastis sikap Daehyun pada trio Maehwa, terutama pada Hyuri. L.Joe yang duduk berhadapan dengan Shin Ae hanya menggelengkan kepala sembari tersenyum kecil melihat tingkah Shin Ae.
***

“Hah... kenapa kalian jadi begini tenar...?” keluh Geunsuk masih fokus menatap monitor komputer di depannya.

“Siapa yang tenar?” tanya Seungho yang juga fokus pada monitor komputer di depannya. Jam istirahat itu Seungho memilih menemani Geunsuk di free computering area.

“Siapa lagi kalau bukan teman-temanmu itu. Trio Maehwa.”

“Hyung pengunjung aktif Hwaseong Academy Community? Aku dengar dari Jonghwan di sana sedang ramai membicarakan Daehyun Sunbaenim dan Hyuri. Tampaknya bahasan tentang L.Joe Sunbaenim dan Magi tak menarik lagi,” Seungho meringis tanpa mengalihkan padangannya dari menatap monitor komputer.

“Hanya memantau saja. Sesekali itu perlu. Tapi bukan hanya itu yang kini ramai dibicarakan. Coba lihat berita yang baru diposting ini. ‘Trio Maehwa aka Sanderson Sisters From Maehwa berhasil menggaet dua putra Walikota untuk bergabung dalam koloni mereka. Setelah mengintimidasi Yang Mulia Tuan Putri Song Hami, penyihir paling buruk rupa Rosmary Magi tampaknya berhasil memantrai L.Joe aka Lee Byunghun hingga pemuda itu tiba-tiba muncul menjadi Black Knight bagi Magi ketika bullying massal terjadi. Rupa-rupanya trio Maehwa ini benar-benar mengincar para pemuda kaya raya. Mungkin untuk memperbaiki taraf hidup ekonomi mereka yang benar-benar buruk. Belum redam tentang semua itu, kini leader dari Maehwa’s Sisters Song Hyuri tak mau kalah beraksi. Kalian tahu kan perubahan sikap Elroy Jung Daehyun yang belakangan ini ramai dibicarakan. Aku yakin itu karena Song Hyuri memantrainya. Bukan hanya itu, Han Suri juga tampak nyaman kemana-mana dengan Jo Jonghwan. Putra Walikota Salvia. Dan putra Walikota Poinsettia Yoo Seungho juga tampak nyaman bersama trio penyihir itu. Apa kalian masih meragukan jika trio Maehwa itu bukan penyihir?’ Aigo!  Benar-benar tak berbakat menjadi penulis berita.” Geunsuk geleng-geleng usai membaca bagian kecil dari postingan dalam Hwaseong Academy Community itu.

“Artikel macam apa itu? Sangat tak berkelas,” komentar Seungho usai menyimak apa yang dibaca Geunsuk.

“Dari bahasa tulisan ini bisa ditebak ini adalah Hwang Kwanghee. Sepertinya dia masih enggan mundur.”

“Hwang Kwanghee Sunbaenim...? Hagh! Dia itu bodoh atau apa? Sampai mengirim postingan tak berkelas seperti itu?” Seungho menahan tawa.

“Pamornya sedikit turun ketika trio Maehwa itu datang, pantas jika ia geram. Tindakan yang benar-benar kekanak-kanakan.”

“Wajarlah. Permaianan anak-anak manja. Aku akan meminta Hyuri dan yang lain tetap tegar menghadapi keusilan Hwang Kwanghee Sunbaenim. Tapi mereka tak pernah aktif di komunitas dunia maya itu. Aku rasa ini tak akan jadi masalah bagi mereka.”

“Lalu bagaimana tentang gadis pelompat gerbang itu?”

“Hyung masih ingat tentang itu?”

“Kau lupa jika aku juga penasaran?”

“Hehehe. Iya aku ingat tentang itu. Hyung, aku rasa aku sudah tahu siapa dia.” Seungho sedikir berbisik dan mendekat pada Geunsuk.

“Oya...?” Geunsuk kini benar-benar mengalihkan pandangannya dari menatap monitor komputer. Geunsuk beralih menatap Seungho yang duduk di sebelah kirinya. “Siapa dia?”

“Jung Shin Ae Sunbaenim. Teman dekat L.Joe Sunbaenim.”

“Jung Shin Ae...?” pekik Geunsuk.

“Nee. Kenapa Hyung begitu terkejut?” gantian Seungho yang dibuat bingung.

“Anee. Apa kau yakin itu dia?”

“Nee. Aku sudah menemukan buktinya makanya akau yakin.”

‘Anak itu. Tidak hanya di komunitas Reed ia membuatku kesal. Di sini ia pun ingin menjadi sainganku sebagai pelompat gerbang terbaik?’ gumam Geunsuk dalam hati.

“Hah... aku rasa aku telah jatuh cinta pada pandangan pertama pada gadis pelompat gerbang itu... Jung Shin Ae Sunbaenim...” Seungho tersenyum dengan tatapan kosong menerawang jauh entah kemana.

Geunsuk terkejut mendengarnya. Ia diam menatap Seungho yang menunjukan ekspresi khas orang sedang jatuh cinta. Geunsuk mengerutkan dahi memperhatikan Seungho.
***

“Club Golden Rod...?” tanya Hyerin.

“Nee, Onni. Di sana dikatakan kita akan menemukan jawaban. Tapi hanya di Senin dan Kamis malam.” Hami meyakinkan.

“Club Golden Rod termasuk dalam jajaran tempat hiburan terbaik di Wisteria Land dan di Ambrosia, banyak yang mengatakan club itu yang terbaik.” Sela Sunggyu.

“Lalu apakah ini sama artinya mereka bekerja di sana? Menjadi penghibur di sana? Atau yang lain...?” Hyerin seolah bicara pada dirinya sendiri.

“Daripada penasaran, bagaimana kalau kita langsung ke sana saja?” usul Jonghun.

“Oppa! Apa ini tak keterlaluan...? Mengejar trio itu sampai seperti ini?” protes Hyerin.

“Tanpa sengaja beberapa kali aku mendengar L.Joe juga menyebut club itu saat ia ngobrol bersama Sandeul.”

“Waktu itu L.Joe tiba-tiba muncul melindungi Magi. Apa sebelumnya L.Joe  sudah mengenal Magi di luar sana?” Sunggyu menduga-duga.

“Dan benar rumor itu? Mereka punya hubungan khusus?” sambung Hyerin. “Ah, tersambung dan masuk akal.”

“Kau berubah tertarik?” Jonghun tersenyum menatap Hyerin.

“Kita kesana.” Kata Hami tiba-tiba membuat Sunggyu, Hyerin dan Jonghun kompak menatapnya.
***

Magi dan Sungrin berjalan bersama menuju kantin usai sebelumnya mereka pergi ke perpustakaan. Di tengah perjalanan menuju kantin itu mereka bertemu Flower Season Boys. Kwanghee dan ketiga rekannya kembali menghadang Magi.

“Pria-pria pesolek ini kembali mengganggu,” celetuk Magi sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Mwo...?! Ya! Dimana sopan santunmu sebagai hubae...?!” protes Kwanghee.

“Sunbaenim-sunbaenim pesolek ini kembali mengganggu,” Magi mengulangi celetukannya masih sembari menggeleng-gelengkan kepalanya. Hanya saja ia mengganti kata ‘pria-pria’ menjadi ‘sunbaenim-sunbaenim’.

Sungrin yang berdiri di samping kiri Magi menundukan kepala menahan tawa melihat tingkah Magi. Sedang Kwanghee dan ketiga rekannya melotot pada Magi. Geram pada tingkah gadis itu.

“Kau!” Kwanghee tak bisa menahan emosinya lagi.

“Aku ini aset yang dilindungi Yang Mulia Tuan Putri, apa Sunbaenim lupa akan hal itu?” Magi tetap tenang.

Kwanghee mendengus kesal. “Benarkah kau mendaftar untuk jadi pengisi acara Hwaseong Festival?”

“Em.” Magi menganggukan kepala.

“Kau ini tahu diri tidak sih pada permintaanmu itu?!”

“Em.” Kali ini Magi menganggukan kepala sebanyak dua kali.

“Kau pikir Hwaseong Festival sama seperti panggung jalanan dimana kau biasa mendongeng...?”

“Em.” Magi menganggukan kepala sebanyak tiga kali. “Apa...?” Magi seolah baru menyadari sesuatu. “Panggung jalanan dimana kau biasa mendongeng...? Aigo, apakah dugaanku benar? Sunbaenim pesolek ini ternyata salah satu penggemarku di jalan Elder Flower?” Magi menatap genit pada Kwanghee. “Aigo,. Tak perlu malu mengakuinya,” goda Magi.

“Anak ini benar-benar!” Kwanghee melangkah dengan kesal meninggalkajn Magi dan Sungrin diikuti ketiga rekannya.

“Mereka seperti satu induk ayam dan tiga anaknya,” Magi kembali menggeleng.

“Jadi kau akan benar-benar ikut audisi?” tanya Sungrin.

“Sebenarnya tak begitu berminat, tapi Hyuri sudah terlanjur memasang taruhan. aku harus bertanggung jawab.”

“Taruhan...?”

“Nee. Hyuri ingin aku ikut andil dalam festival itu.”

“Aku mendukungnya. Ini saatnya kau menunjukan kemampuanmu yang sebenarnya. Buat mata mereka yang menghinamu agar terbelalak lebar.” Sungrin antusias mendukung.

“Lupakan itu sejenak. Aku lapar,” Magi mengelus perutnya.

Sungrin tersenyum lalu merangkul Magi kembali berjalan menuju kantin.
***

Sungjeong terus mengomel di depan Magi yang duduk tenang membaca buku di perpustakaan kastil Asphodel. Sambil mondar-mandir berjalan ke kanan lalu kembali lagi ke kiri secara berulang-ulang, Sungjeong terus mengoceh.

Magi menutup buku di tangannya. “Ya! Aku sedang membaca!” protes Magi.

“Aku tahu, tapi Nona juga harus memikirkan kebijakan Nona pada Song Hyuri dan Han Suri. Baro terlihat semakin akrab dengan Suri. Setiap malam Myungsoo dan Hyuri berduaan di dapur, berbagi air minum bahkan Hyuri memberi Myungsoo coklat. Baro dan Suri pergi bersama-sama ke hutan. Sampai kapan Nona membiarkan ini semua? Apa Nona sudah menanyakan pada mereka? Menanyakan usaha mereka mencari tempat tinggal di luar sana. Atau jangan-jangan mereka benar telah keenakan tinggal di sini dan enggan beranjak? Tidur, minum dan makan gratis. Belum fasilitas lainnya. Jika Nona tak kun jung menekan mereka, maka Nichkhun Hyung akan turun tangan.”

“Coba saja kalau berani. Kalau Hyuri dan Suri keluar, aku pun akan ikut keluar. Aku akan ikut mereka pergi dari kastil ini.”

“Magi!” bentak Nichkhun yang baru sampai di perpustakaan. “Kau sadar akan ucapanmu...?” Nichkhun sudah berdiri di depan Magi.

“Aku sadar Oppa. Mungkin  Oppa yang lupa. Apa bedanya aku dengan Hyuri dan Suri?”

“Nona...” sela Sungjeong keberatan mendengar ungkapan Magi.

Nichkhun benar-benar geram pada sikap Magi.

“Tolong jangan hanya menilai ini semua akan berakhir buruk.” Pinta Magi memelas.

“Kami tak akan begini menarik garis keras jika tak ada peninggalan berupa tulisan usang itu. Aku harap kau tak melupakan itu semua.” Nichkhun menahan geramnya.

“Aku ingat semua Oppa. Tapi jika sudah waktunya apa kita bisa menolak? Sebelum itu semua datang dan terjadi, bagaimana kalau kita nikmati saja? Apakah kalian tak merasa ikut bahagia melihat bagaimana Baro dan Myungsoo kini? Senyum mereka apa tak berarti bagi kalian? Apa kalian juga tak ingin merasakan kehidupan yang sebenarnya ini?”

“Nona...” Sungjoeng berharap Magi tak melanjutkan.

“Jika aku, juga Hyuri dan Suri memiliki nasib lebih baik, pasti kami tak akan merepotkan kalian seperti ini.”

“Nona...” hati Sungjeong merasa teriris mendengar kata-kata Magi.

“Oppa sangat murah hati, sama seperti mendiang kakek.”

“Apa bermurah hati memiliki arti sama dengan melanggar peraturan?” Nichkhun tak bisa diam lagi melihat dan mendengar Magi. “Kau sudah bertindak terlalu jauh. Aku memohon padamu, hentikan ini semua.”

Magi terdiam. Melihat ekspresi memelas Nichkhun membuat Magi merasa bersalah. Magi telah melanggar peraturan dengan membawa orang asing masuk ke dalam kastil Asphodel.

“Rasa penasaran manusia itu lebih mengerikan dari apa pun,” Sungjeong kembali bicara. “Kita sudah melewati batas itu yang bisa kita lakukan kini hanyalah menghentikannya. Mohon Nona menimbang kembali perihal kebijakan itu.”

“Aku sudah memikirkan semua. Bagaimana jika apa yang kita sebut sebagai usaha untuk menghentikannya itu juga tak berjalan sesuai rencana? Hanya nasib yang kita memiliki kuasa untuk merubahnya, sedang takdir... kita tidak bisa menolaknya. Apa pun itu...” Magi kembali membuka buku di tangannya.

Suasana berubah hening di dalam perpustakaan.
***

“Ada apa dengan adik kecil kita ini? Dari datang tadi diam dan cemberut,” Minchi berdiri di belakang Magi yang duduk di kursi rias menghadap cermin. “Perhatikan,” Minchi menatap bayangan Magi di cermin, “kau jadi jelak kalau cemberut begitu.”

“Ada masalah?” tanya Yeonmi.

Magi menggeleng.

“Apa karena kami tak bisa menemanimu saat karnaval bunga nanti?” tanya Sori.

“Bukankah dari awal kau tahu bagaimana kami?” sambung Songeun.

“Hey! Bukankah kau punya dua gadis itu? Song Hyuri dan Han Suri. Ditambah kau jadi ada tiga gadis. Untuk mewujudkan konsepmu hanya kurang satu gadis lagi. Masa iya kau tak punya teman lagi?” ulas Minchi.

“Itu benar! Kenapa kau tak minta bantuan mereka saja? Bukankah kau mengatakan mereka juga menumpang dtinggal bersamamu, masa iya mereka tak mau membantu.” Sori mendukung Minchi.

Magi tetap lesu dan diam. Songeun, Yeonmi, Sori dan Minchi saling melempar pandangan.

“Masalah lain apa itu?” Yeonmi memecah kebisuan. “Bukankah kita ini keluarga, kenapa kau memilih bungkam?”

“Apa menjadi sangat khawatir pada perjalanan akhir pekanmu?” Sori mencoba menebak.

“Random hingga aku tak tahu harus mulai dari mana,” Magi akhirnya angkat bicara.

Yeonmi tersenyum dan bangkit dari duduknya. Minchi minggir ketika Yeonmi menghampiri Magi. Yeonmi meletakan kedua tangannya di pundak kanan dan kiri Magi sambil menatap bayangan Magi di dalam cermin.

“Jalani satu-satu. Kemampuan manusia itu ada batasnya. Jika benar-benar tak sanggup, letakan saja dan berpasrahlah. Biarkan kekuatan alam yang membantumu. Jika alam tak menghendakinya terjadi maka tak akan terjadi, tapi sekali ia berkehendak kau tak akan bisa mengelak. Hidup ini tak hanya untuk memikirkannya, tapi juga menjalaninya. Setidaknya kau telah berusaha, selanjutnya kau hanya bisa pasrah.” Yeonmi menepuk pelan pundak Magi.

“Menjalaninya sambil berpikir dan kau akan menemukan jawaban dari ke-random-an itu. Begitukah?” sahut Sori.

“Nikmati peristiwa detik demi detik dan ambil hikmahnya,” sambung Songeun.

“Apa pun itu yang diberikan kepada kita adalah pasti sesuatu yang sesuai dengan kemampuan kita. Pas, tak kurang tak lebih. Yakinlah akan hal itu. Niat hati yang tulus pasti akan menemukan jalan yang benar ingin kau tuju walau kadang jalan itu tak lurus dan mulus. Yakin, percaya dan berusahalah.” Minchi turut menyemangati.

Magi mengembangkan senyum di wajah lesunya. “Kamsahamnida,” bisiknya lirih.

Keempat member Snapdragon bersama-sama memeluk Magi.
***

“Omo! Jonghwan...? Seungho...? Kalian kemari...?” sapa Suri yang tak sengaja menemukan Jonghwan dan Seungho usai ia mengantar pesanan.

“Suri...?” Jonghwan menatap Suri dai atas ke bawah.

“Aigo. Ck! Aku bekerja di sini sebagai pelayan. Hanya setiap Senin dan Kamis malam.” Suri menjawab tatapan Jonghwan yang menelisiknya. “Kalian, kenapa kemari?”

“Penasaran pada apa yang dikatakan Hyuri. Dia bilang di sini jawabannya kan?” jawab Seungho. “Lalu dimana Hyuri?”

“Hyuri...” Suri melayangkan pandangannya, “ah! Itu dia! Hyuri!” Suri melambaikan tangan pada Hyuri.

Hyuri segera mendekat. “Kalian...?” ia pun heran melihat Jonghwan dan Seungho ada bersama Suri.

“Mereka penasaran pada jawaban yang kaau janjikan pada Yang Mulia Tuan Putri,” Suri berbisik.

“Kami taruhan juga,” kata Seungho.

“Taruhan?” tanya Suri.

“Iya. Apakah Tuan Putri akan benar datang malam ini. Kami penasaran.”

“Tuan Putri...?” sahut Jaesuk.

“Oh, Jaesuk Ajushi,” Suri memberi salam diikuti Hyuri.

“Apa maksudnya Tuan Putri?” tanya Jaesuk penasaran.

“Animnida. Hehehe. Teman kami ini,” Suri memegang tangan kanan Seungho dan sedikit meremasnya,” sangat menyukai Tuan Putri Wisteria Land dan ia bermimpi malam ini bisa bertemu Tuan Putri di sini. Hehehe.”

Jaesuk tersenyum kecil. “Ada banyak mata dua, sebaiknya kalian hati-hati dalam berbicara,” kata Jaesuk sebelum pergi.

“Mata dua...?” Seungho tak paham.

“Mata-mata,” jawab Hyuri.

“Itu kan... L.Joe Sunbaenim?” Jonghwan menuding ke arah L.Joe yang baru memasuki club dan disambut hangat oleh Jaesuk.

“Dia pengunjung setia club ini. Selalu datang di Senin dan Kamis malam,” terang Suri.

“Pasti ada hubungannya dengan Magi. Aku benar kan?” Jonghwan kembali menatap Suri.

“Sebaiknya kalian duduk,,” sahut Hyuri. “Ikuti aku.”

Seungho dan Jonghwan pun menurut. Suri menghela napas dan kembali bekerja.
***

Pengunjung semakin ramai berdatangan. Club yang tadinya longgar mulai terasa padat. Seungho dan Jonghwan duduk menikmati pesanan sambil terus bertanya-tanya apakah jawaban yang dijanjikan Hyuri. Sedang Hyuri dan Suri kembali bekerja.

“Ya! Ya! Itu mereka!” tuding Seungho pada rombongan Hami yang baru memasuki Club Golden Rod.

Jonghwan mengikuti arah pandangan Seungho. “Mereka benar-benar datang.” Gumam Jonghwan lirih.


Hyuri yang sudah menunggu menyincingkan senyum dan menghampiri rombongan Hami. Suri bergegas menyusul Hyuri setelah tahu Hyuri berjalan menuju rombongan Hami.

“Selamat datang di Club Golden Rod,” Hyuri menyapa ramah Hami dan teman-temannya—Hyerin, Sunggyu dam Jonghun.

Hyerin memicingkan mata mengamati Hyuri dari atas ke bawah. “Apa-apaan ini...? Kau meminta kami datang hanya untuk melihatmu dengan seragam pelayan ini?” serang Hyerin tanpa basa-basi.

Suri melebarkan mata mendengar serangan pedas dari seniornya itu. Sedang Hyuri tetap terlihat tenang.

“Aku sudah menyiapakan meja untuk kalian. Mari ikut kami,” Hyuri benar-benar sopan menyambut Hami dan teman-temannya.

“Dia itu punya pribadi ganda ya? Di sini bisa begitu sopan...?” Hyerin terheran-heran.

Jonghun tersenyum dan merangkul Hyerin. Membawa gadis itu menyusul langkah Sunggyu dan Hami yang sudah lebih dulu mengikuti Hyuri dan Suri.

“Apa Anda sekalian ingin memesan sesuatu?” tanya Suri tak kalah ramah dari Hyuri setelah rombongan Hami duduk.

“Tujuan orang datang ke club Golden Rod adalah untuk bersenang-senang, bukan marah-marah,” Hyuri menyindir Hyerin. “Pesanlah sesuatu sembari menunggu jawaban yang Anda sekalian cari.”

Hyerin meremas tas di pangkuannya. Geram mendapat sindirian dari Hyuri.

“Berikan kami makanan dan minuman yang paling terkenal di tempat ini,” Jonghun segera memesan sebelum Hyerin kembali marah.

“Baiklah. Mohon tunggu sebentar,” Suri pamit usai mencatat pesanan Jonghun.

“Aku harap kau tak sedang mempermainkan kami, Song Hyuri,” Hami memperingatkan Hyuri.

“Aku bukan tipe orang yang gemar mempermainkan orang lain. Duduk dan tunggu saja baru berkomentarlah,” Hyuri menyincingkan senyum lalu pamit pergi.

“Mereka itu benar-benar turunan iblis!” umpat Hyerin kesal. “Berani-beraninya mereka bersikap seperti itu pada...”

“Ssh!” Jonghun meletakan jari telunjuk tangan kanannya di bibir Hyerin agar gadis itu diam.

Hyerin sadar jika ia sedang berada di tempat umum yang jauh dari istana bersama Putri Wisteria Land. Hyerin hanya bisa mendengus kesal .
***

Jaesuk kembali bertindak sebagai MC untuk membuka acara di club miliknya. Ia mendapati club Golden Rod sangat ramai malam ini. Berbeda dari Senin malam kemarin. Jaesuk tak lupa berterima kasih kepada para pengunjung yang memadati clubnya malam ini.

Beberapa penampilan pembuka di sajikan uasi Jaesuk memberikan sambutan singkatnya. Ia kembali naik ke atas panggung dan berbicara sedikit panjang sebelum menyambut penampilan berikutnya.

“Malam ini aku kembali diberi kejutan oleh anak-anakku. Mereka muda-mudi yang sangat, sangat aku sayang karena membuat club ini semakin ramai dari hari ke hari.” Pengunjung merespon ocehan Jaesuk dengan tawa. “Baiklah. Tak perlu menunggu lama. Terimalah persembahan dari kami Snapdragon dan Clovis!” seru Jaesuk.

Pengunjung bertepuk tangan riuh. Hami, Sunggyu, Hyerin dan Jonghun semakin dibuat penasaran oleh antusiasme pengunjung itu. Tirai panggung mulai terbuka. Tampak sembilan orang telah siap di posisi masing-masing di atas panggung. Tak hanya Hami dan teman-temannya yang menatap penasaran pada panggung. Jonghwan dan Seungho pun sama.

“It’s show time!” bisik Hyuri sembari menyincingkan senyum. Suri yang berdiri di samping kanannya turut tersenyum mendengar bisikan Hyuri.

Lampu panggung menyala. Lima gadis dan empat pemuda sukses membuat mata Hami, Sunggyu, Hyerin, Jonghun, Jonghwan dan Seungho terbelalak. Selain melihat Yonghwa, Seunghyun, Dongwoo dan Hyoseok mereka juga melihat Magi di atas panggung. Duduk di balik meja yang menyajikan sebuah kecapi di depannya.

Minchi mulai menggesek biolanya diikuti permainan keyboard Songeun, di susul drum Hyoseok dan gendang yang ditabuh Sori. Bass Dongwoo tak lupa turut mengisi di tambah gitar akustik Yeonmi dan gitar elektrik Yonghwa dan Seunghyun. Petikan kecapi Magi pun turut membaur membentuk melodi indah. Malam ini Snapdragon berkolaborasi bersama Clovis membawakan Toss The Feathers-The Corrs dengan mengaransemen ulang musik khas Irlandia itu menjadi perpaduan musik rock, klasik dan tradisional. Kolaborasi Snapdragon dan Clovis kembali memukau pengunjung.

Hyuri menyincingkan senyum penuh kemenangan melihat bagaiman ekspresi Hami dan teman-temannya menatap panggung. Jonghwan dan Seungho tersenyum menatap panggung. Mereka terpukau oleh wajah ayu Magi juga penampilannya bersama band malam ini.

Suri merangkul Hyuri. “Aku rasa kita menang kali ini,” bisik Suri penuh rasa bangga.

Hyuri tersenyum dan menganggukan kepala.
***




-------TBC--------

Keep on Fighting
                shytUrtle

You Might Also Like

0 comments

Search This Blog

Total Pageviews