The Next Story Of Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’ (다음 이야기 화성 아카데미’사랑, 음악과 꿈’)

07:11

The Next Story Of Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’
            다음 이야기 화성 아카데사랑, 음악과
 
 
. Judul: The Next Story Of Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’
. Revised Romanization: da-eum iyagi Hwaseong Akademi 'salang, eum-aggwa kkum'
. Hangul: 다음 이야기 화성 아카데미사랑, 음악과
. Author: shytUrtle
. Rate: Serial/Straight
. Cast
- Fujiwara Ayumu (
藤原歩) aka Jung Jiyoo (정지유)
- YOWL
1. Kim Jaejoong (
김재중)
2. Oh Wonbin (
오원빈)
3. Lee Jaejin (
이재진)
4. Kang Minhyuk (
강민혁)
- Song Hyuri (
송휴리)
- Kim Myungsoo (
김명수)
- Jang Hanbyul (
장한별) and all cast in Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’ ver. 1


New Cast:
- Jung Shin Ae
- Trio Orenji High School:
1. Kim Hyerien
2. Han Sunyoung
3. Song Hami
- Kim Taerin
- Kim Changmi
- Etc…
   

Cinta, musik dan impian adalah tiga ritme yang mampu membuat manusia tetap bersemangat dalam hidup. Cinta akan menunjukan jalan untuk meraih impian, dan musik memberikan harapan dalam mengiringinya. Cinta menguatkanmu, musik menginspirasimu dan impian akan memberimu ribuan harapan untuk tetap berjuang dan hidup…
 
 
 
EPISODE #6
            Ai mempersilahkan masuk Jaesuk dan Sukjin. Sukjin kemudin menjelaskan maksud kedatangannya menemui Ai. Sebelum pergi, Sukjin meninggalkan map biru di meja untuk Ai. Ai hanya duduk memandangi map yang tergeletak di atas meja itu.
            “Tak penasaran pada isinya?” Tanya Minki usai mengantar Jaesuk dan Sukjin keluar. “Aku penasaran, boleh aku buka?” Ai segera menyambar map itu sebelum Minki mengambilnya. Minki tersenyum melihatnya. “Kubuatkan teh untukmu.”
            Ai mempelajari isi map biru itu dengan seksama. Minki kembali membawa dua mug besar berisi teh melati hangat. Ia duduk berhadapan dengan Ai.
            “Oppa, ketika Oppa memutuskan untuk membiarkan Road Sky menempuh karir mereka sendiri, apa yang Oppa rasakan?”
            “Bagaimana denganmu? Apa yang kau rasakan?” Minki balik bertanya.
            “Kehilangan… sangat kehilangan, ada bagian yang hilang dari hidupku.” Tatapan Ai menerawang, kosong.
            “Saat itu, aku pun merasakan hal yang sama. Sangat kehilangan.”
            “Lalu bagaimana mengatasinya?”
            “Jalan yang memisahkan kita, berbeda. Tentu yang di rasa pun berbeda. Aku memutuskan meninggalkan Road Sky karena…” Minki terdiam menatap Ai, “… karena aku tak ingin lagi berkarir di dunia musik.”
            “Bohong. Itu karena aku kan? Harusnya Oppa terbang bersama Road Sky, bukan tertahan di Jeonggu Dong bersamaku.”
            Minki kembali tersenyum. “Menjadi kakak laki-laki dari seorang adik perempuan bukanlah hal yang mudah. Saat itu sangat berat, apakah memlilihmu atau karir bermusikku. Aku berpikir, bermain musik hanyalah hal yang aku senangi. Aku tetap bisa menjalankan hobi itu walau aku tak menjadi bintang besar bersama Road Sky seperti sekarang ini. tapi kau, kau adalah wasiat yang di percayakan padaku dan ini adalah tanggung jawab besar bagiku. Aku tidak menyesalinya, memilihmu daripada berkarir bersama Road Sky, walau benar terasa berat pada awalnya. Entah ini tuntutan tanggung jawab atau apa, tapi aku bersyukur di beri kesempatan merasakan hal ini. Aku menikmatinya. Aku bahagia, bersamamu di sini, di Jeonggu Dong.”
            “Oppa tak jatuh cinta padaku kan?”
            “Mwo??? Ish! Jika aku tak mencintaimu, untuk apa aku bertahan di sisimu? Kau bukan adik kandungku, kau bukan siapa-siapa dari keluargaku.”
            Ai menghela nafas. “Benar juga.” Keduanya kemudian tersenyum bersama dan kembali terdiam. “Aku juga mencintai Oppa. Oppaku yang sempurna. Oppaku yang selalu membuatku tersenyum. Oppaku yang selalu menjagaku, membuatku selalu aman dan nyaman. Oppa yang bisa menjadi ayah sekaligus ibu bagiku.” Ai menatap Minki penuh kekaguman. “Terima kasih, Oppa, terima kasih.”
            Minki mengelus kepala Ai. “Kau paham sekarang? Selalu ada hikmah di balik sebuah peristiwa.”
            Ai tersenyum dan mengangguk.
            ***
            “Hyuri tak membalas satupun pesanku, dari kemarin.” Keluh Myungsoo.
            “Jiyoo juga bersikap dingin padaku. Tak ada yang kami lakukan, ini sangat aneh. Aku merindukan saat-saat kami dekat dan semua kebetulan-kebetulan itu.” Hanbyul tersenyum mengenangnya.
            “Ada apa dengan mereka? Gadis-gadis ini?” Myungsoo menatap Hanbyul begitu sebaliknya.
           
            Sudah tiga hari ini Hyuri menghindari Viceroy juga Ai dan teman-temannya. Hyuri bersikap acuh walau perlahan suasana di sekolah kembali normal. Hyuri memilih menghindar dari Viceroy juga Ai dan teman-temannya.
            Taerin memegang buku di tangannya namun tak membacanya. Kedua mata Taerin sibuk mengamati sekitar, di taman sekolah tempat ia berada. Tatapan Taerin terhenti pada Viceroy yang terlihat kembali akur bersama Red Venus. “Pada akhirnya, pangeran dan putri kembali bersanding, dan berandalan tetaplah berandalan.” Taerin menutup buku di tangannya.
            Pemuda ini tersenyum. Song Seunghyun. “Ayo kita makan. Aku lapar.” Ajaknya pada Taerin.
            “Skandal kali ini tak bertahan lama sepertinya.”
            “Eum, iya. Menyenangkan karena sekolah kembali tenang dan Jeonggu Dong tak lagi menjadi kambing hitam.”
            “Belum berakhir, aku rasa ini baru awal. Kenapa selalu kita? Anak-anak Jeonggu Dong. Ah, hanya mereka bukan kita, tapi menyeret kita.” Taerin bangkit dari duduknya. “Ayo kita makan.” Ia tersenyum manis pada satu-satunya teman dekat yang ia miliki, Song Seunghyun.
            Seunghyun tersenyum lebar dan mengangguk antusias kemudian menggandeng Taerin ke kantin.
-------
            “Song Hyuri!” Ai menarik Hyuri, membawa gadis itu minggir ke tepi tangga. Hyuri tertunduk di depan Ai. Kedua tangannya yang sedang memeluk sebuah buku tebal terlihat gemetar. “Tak ada Nyonya Shin dank au menyerah ketika Tuan dan Nyonya Song melarangmu dekat denganku. Terima kasih telah berusaha melindungi aku. Tapi jangan acuhkan Myungsoo. Ia tak bersalah Song Hyuri. Ia sama denganmu, hanyalah korban.” Hyuri tertunduk semakin dalam. “Maafkan aku.” Bisik Ai kemudian pergi.
            Hyuri menatap Ai yang berjalan cepat menjauhinya. Air mata Hyuri menetes pelan. “Maafkan aku, Ai… maafkan aku.”
            Junhyung dan Yiyoung berjalan bersama. Keduanya melihat Ai yang berjalan dari arah berlawanan. Langkah Ai mengendur menyadari keberadaan Junhyung dan Yiyoung yang berhenti menatapnya. Ai kembali mengepalkan tangan kanannya, berjalan pelan melewati Junhyung dan Yiyoung sambil menatap keduanya. Ai kemudian kembali berjalan cepat dan pergi.
            Ai berhenti beberapa meter dari klinik. Terlihat Joongki sedang ngobrol bersama salah satu staf pengajar di depan klinik. Ai menatapnya, Dokter tampan itu, Song Joongki. Beginikan akhirnya? Kembali pada titik awal dimana ia tak mengenal Song Hyuri juga Song Joongki. Ai membalikan badan dan berjalan pelan, pergi. Ia harus membiasakan dirinya.
            ***
            Genap seminggu. Hyuri tak berubah. Masih menghindari Myungsoo, Viceroy, Ai dan teman-temannya. Sikap Hyuri ini membuat Myungsoo benar-benar frustasi. Ai juga berubah sikap pada Joongki. Ia terus menghindari Joongki. Ai tak mau Joongki membagi perhatiannya. Ai ingin Joongki fokus pada Hyuri yang pasti sangat sedih dan kesepian kini.
            “Selamat sore Bibi.” Sapa Joongki pada Nyonya Song.
            “Joongki? Kau kemari?”
            “Hyuri, dia ada? Aku ingin mengajaknya jalan-jalan sebentar, boleh kah?”
            “Kau tanyakan sendiri padanya, Hyuri ada di kamarnya.”
            Joongki segera menuju kamar Hyuri yang berada di lantai dua. Joongki hendak mengetuk pintu namun ia mendengar alunan biola dari kamar Hyuri. Joongki membuka pelan pintu kamar Hyuri dan berdiri di ambang pintu menunggu Hyuri selesai memainkan biolanya. Hyuri memainkan instrumen ‘Ali-Hurt’. Terdengar begitu menyayat hati. Joongki terdiam, turut merasa bersalah atas kejadian ini. Joongki segera bertepuk tangan ketika Hyuri selesai memainkan biolanya.
            “Oppa?? Sejak kapan Oppa di sana?”
            “Temani aku jalan-jalan, aku luang.”
            “Maaf, aku malas Oppa.”
            “Sampai kapan kau akan terus begini? Sampai Nyonya Shin kembali?”
            “Nenek… mungkin.”
            “Kau terlihat sangat buruk Hyuri. Ayo kita keluar, menghirup udara segar, bersamaku.” Hyuri tersenyum, akhirnya mengangguk setuju. “Aku tunggu kau di bawah.”
            -------
            Ai memainkan pensil di tangannya sambil menatap buku kosong yang terbuka lebar di depannya. Ai lagi-lagi mencoret lembaran itu dan kembali membuka halaman berikutnya. Ai kembali menulis namun suara gaduh itu mengusiknya. Ai keluar dari kamar kecil itu dan mendapati Hanbyul, Myungsoo, Minhwan dan Byunghun sudah berada di basecamp.
            “Halo, Fujiwara!” Minhwan melambaikan tangan. Hanbyul juga Byunghun tersenyum melihat Ai berdiri di pintu.
           
“Mereka jadi rajin kemari, apa ini tak mengapa?” Komentar Wooyoung.
            “Selama perang dingin berlangsung, aku rasa tak mengapa. Berikutnya yang aku khawatirkan, jika Nona menyatakan tak akan mundur dan mereka mengambil tindakan. Jangan sampai pangeran-pangeran itu menginjakan kaki mereka di Jeonggu Dong jika itu terjadi. Kau paham?” Yongbae menanggapi.
            “Aku mendengarnya, tentang Kibum dan Hanbyul, meminta Bibi Han dan Myeongran Nuna melatih mereka. Bukan kah itu konyol?”
            “Konyol?? Mengingat situasi sekarang, tentu saja tidak. Beruntung sekali Jang Hanbyul itu. Berhasil mendapatkan Nona.”
            “Tak seindah yang kau lihat, menurutku.”
            “Kalian membicarakan siapa?” Sela Shin Ae. “Eh? Mereka kemari??” Shin Ae baru menyadari kehadiran Viceroy. Dan Minhwan segera melambaikan tangan padanya. “Ck! Anak itu.”

            “Genap seminggu, tak ada perubahan dari Hyuri. Ia tetap sama, menghindariku.” Myungsoo lesu.
            “Dia terlihat kacau. Maafkan aku karena tak bisa berbuat banyak. Hyuri juga menghindari aku. Ia tak berani berontak. Entahlah, mungkin menunggu Nyonya Shin kembali.”  Sesal Ai.
            “Aku tahu kau menemuinya. Terima kasih sudah berusaha membantu.”
            “Kau menghindari Dokter Song, beliau bertanya padaku apa kau baik saja.” Sela Hanbyul.
            “Dia satu-satunya yang di percaya Hyuri sekarang. Aku tak mau Hyuri merasa kesepian, karena itu aku menghindari Dokter Song agar ia bisa fokus pada Hyuri. Aku sudah membuat kacau hidup banyak orang. Aku tak tahu bagaimana menebusnya.”
            “Dan apakah kau pikir ini menyelesaikan masalah?” Byunghun ikut bicara. “Kenapa kau jadi begini rapuh Fujiwara Ayumu? Ini bukanlah Fujiwara Ai Ayumu yang aku kenal sebelumnya.”
            “Maaf, aku hanya berbicara tentang kenyataan.” AI tersenyum lesu.
            Hanbyul merangkul Ai dan mengelus lengan gadis itu. Byunghun menatapnya. Minhwan masih menatap Shin Ae. Tatapan Myungsoo terhenti pada gitar akustik yang berdiri rapi di panggung. Myungsoo tersenyum, bangkit dari duduknya dan mengambil gitar itu kemudian kembali bergabung.
            “Ya, Jang Hanbyul, lagu apa yang ingin kau nyanyikan?” Tanya Myungsoo.
            “Nee??”
            “Kau tak ingin bernyanyi untuknya?” Myungsoo menggerakan kepala menunjuk Ai yang duduk di samping Hanbyul.
            Hanbyul tersenyum lebar lalu beralih ke samping Myungsoo dan membisikan sesuatu di telinga Myungsoo. Myungsoo mengangguk paham kemudian bersiap memetik gitar akustik dalam pangkuannya. Hanbyul kembali tersenyum pada Ai. Myungsoo mulai memetik gitarnya dan kemudian Hanbyul menyanyikan lagu Falling Slowly di iringi petikan gitar Myungsoo.
            Hyrui hafal jalan ini. Ini adalah jalan menuju Jeonggu Dong. Hyuri menoleh, menatap tajam Joongki yang kemudian hanya tersenyum manis menanggapinya.
            Suara Hanbyul terdengar begitu merdu di telinga Ai. Ai tersentuh mendengar Hanbyul bernyanyi untuknya. Ai menatap Hanbyul, baru ia sadari jika belakangan ini Ai lebih sering mengabaikan Hanbyul, pemuda yang ia minta untuk tetap tinggal di sisinya. Sejenak Ai menyesali sikapnya pada Hanbyul. Sesekali Byunghun memperhatikan ekspresi Ai, sementara yang lain menikmati pertunjukan duet Myungsoo dan Hanbyul. Byunghun kemudian tersenyum geli melihat bagaimana Minhwan menatap Shin Ae.
            Mobil Joongki tiba di depan basecamp. Hyuri tampak ragu, namun Joongki meyakinkannya. Keduanya turun dan berjalan masuk. Hyuri menghentikan langkahnya di ambang pintu masuk basecamp, melihat Myungsoo memainkan gitar dan Hanbyul bernyanyi. Suara Hanbyul, walau Hyuri tahu Hanbyul tak bernyanyi untuknya, namun Hyuri tersentuh mendengarnya.
            Semua bertepuk tangan memberi penghargaan untuk duet Myungsoo dan Hanbyul. “Song Hyuri?” Hanbyul yang kebetulan menghadap pintu masuk basecamp. Yang lain kompak menatap pintu masuk, menemukan Hyuri dan Joongki yang berdiri di sana.
            Hyuri makin ragu melihat satu per satu orang dalam basecamp. Ai bangkit dari duduknya dan berjalan mendekat. Ai berhenti jarak dua langkah dari Hyuri. Dua gadis ini saling menatap. Senyum terkembang di wajah Ai. “Welcome home, dear.” Ucap Ai.
            “Maafkan aku.” Bisik Hyuri yang langsung memeluk Ai. “Maafkan aku…” Ulangnya sambil menangis. Ai mengelus punggung Hyuri dan mengangguk. “Thank you… thank you…”
            Myungsoo dan Hyuri terlihat canggung. Namun kemudian Myungsoo memeluk erat Hyuri. Ia tak peduli dan tetap memeluk Hyuri di depan teman-temannya.
            ***
            Wajah Hyuri berseri kembali. Tak hentinya ia mengucap terima kasih pada Joongki. Hyuri enggan keluar dari mobil Joongki ketika sampai di rumahnya. Joongki mengantar Hyuri masuk. Hyuri menunduk semakin dalam mendapati Tuan dan Nyonya Song sudah menunggunya. Melihat ekspresi kedua orang tua Hyuri, Joongki segera angkat bicara membela Hyuri sebelum ada pernyataan dan pertanyaan dari Tuan dan Nyonya Song.
            “Marahlah padaku. Aku yang memaksa Hyuri keluar dan membawanya ke Jeonggu Dong. Semua ini murni rencanaku.” Joongki mengakhiri penjelasannya.
            “Kau lupa pada peristiwa penyerangan di ujung gang sekolah?” Nyonya Song terlihat benar marah.
            “Kejadian itu, kebetulan, namun  menjadi sangat besar. Mereka kembali setelah Jaejoong, Wonbin, Jaejin dan Minhyuk pergi. Harusnya Bibi melihat dan menilai secara keseluruhan. Dia melindunginya Bibi, melindungi Hyuri bahkan mengabaikan dirinya sendiri. Mereka melindunginya, melindungi Hyuri.”
            “Kebetulan? Kau menyebutnya kebetulan? Bagaimana jika yang terjadi adalah kemungkinan terburuk? Hyuri satu-satunya yang kami miliki.”
            “Semua orang tua pasti akan merasa demikian. Ingin anaknya aman, selalu. Tapi mengesampingkan kekhawatiran Paman dan Bibi yang berlebihan itu, apakah Paman dan Bibi memperhatikan bagaimana Hyuri seminggu ini? Apa Paman dan Bibi bertanya padanya apa yang ia rasa? Bagaimana tersiksanya Hyuri berusaha menghindari Fujiwara Ayumu juga Viceroy di sekolah? Menerima ancaman Bibi, menuruti kemauan Bibi walau itu sangat menyiksanya.”
            “Oppa sudah.” Hyuri hampir menangis.
            “Hari ini aku melihat senyumnya kembali. Senyum yang sangat manis dari Song Hyuri. Andai Paman dan Bibi juga menyadarinya. Andai Nyonya Shin di sini. Hanya seminggu tanpa Nyonya Shin, Hyuri sudah begini menderita. Bagaimana jika nanti Nyonya Shin benar-benar pergi?” Imbuh Joongki. Tuan dan Nyonya Shin terdiam. “Istirahatlah, Hyuri.” Pinta Joongki.
            Hyuri tampak ragu, namun Joongki meyakinkannya. Hyuri akhirnya pergi, menuju kamarnya. Sesampainya di kamar, Hyuri langsung menelfon Ai. Hyuri mencurahkan seluruh kekhawatirannya pada Ai.

            Dokter Song itu malaikat dalam wujud manusia. Hanya dengan tersenyum, ia bisa meluluhkan hati siapa saja, walau itu batu karang sekalipun. Yah, sebut saja batu karang itu aku, dan kau lihat apa yang Dokter Song lakukan pada batu karang ini? Semua yang ada padanya, tak seharusnyaa kau ragukan. Dokter Song di berkahi kebijaksanaan ini. Kau tak perlu mengkhawatirkannya. Dalam genggamannya, dunia akan baik-baik saja. Percayalah.
            Joongki tersenyum usai membaca pesan yang di kirim Hyuri. Pesan dari Ai yang sengaja Hyuri kirim untuk Joongki. Hyuri menatap dari balkon kamarnya. Mobil Joongki melaju pergi. Hyuri menghela nafas dan kembali masuk.
            ***
            Minggu malam, Minki menemani Ai pergi ke club milik Jaesuk. Minki sadar ini akan membuat Ai sedikit tak nyaman. Mengajak Sukjin bertemu di sini, club milik Jaesuk, tempat dimana dahulu YOWL sering tampil. Namun tak ada pilihan lain, karena Sukjin benar menginginkannya dan Ai menghormati keputusan itu. Jaesuk menyambut Ai dan Minki lalu menemani keduanya, menunggu Sukjin datang. Konsentrasi Ai mulai terbagi ketika ia menatap panggung. Pikiran Ai kembali melayang, teringat masa-masa Berjaya di atas panggung bersama YOWL. Dahulu, panggung itu adalah singgasana YOWL. Minki menyadari ekspresi Ai. Ia kemudian turut menatap panggung yang kosong. Minki beranjak dari duduknya dan berjalan menuju panggung, mengambil gitar akustik yang tersedia di sana. Ai terkejut melihat Minki tiba-tiba sudah berada diatas panggung. Jaesuk hanya tersenyum manis menyadari ekspresi Ai. Ai kembali menatap panggung. Minki duduk memangku gitar akustik dan melakukan check sound. Minki diam sejenak, menatap meja dimana Ai duduk.
            “This song for you, my little angel.” Minki tersenyum menatap Ai kemudian mulai memetik gitarnya. Minki menyanyikan lagu Angel’s Tale-HYDE dalam bahasa Inggris.
            Bukan hanya Ai yang terpukau melihat penampilan Minki. Seluruh pengunjung club turut menikmatinya dan takjub. Sukjin datang bersama Taehee. Langkah keduanya terhenti dan mereka menatap panggung. Senada dengan Ai dan pengunjung club yang lain, Sukjin terlebih Taehee takjub melihat pertunjukan Minki. Larut dalam alunan gitar yang di petik Minki dan vocal lembut pemuda itu. Ai terharu mendengarnya. Ia tersenyum bangga ketika pengunjung bertepuk tangan untuk Minki yang telah menyelesaikan pertunjukannya.
            “Siapa pemuda itu?” Bisik Taehee.
            “Kakak dari Fujiwara Ayumu.”
            “Orang Jepang juga? Wajahnya tak seperti orang Jepang.”
            Minki turun dan kembali duduk bersama Ai. Ia melihat Sukjin dan melambaikan tangan. Sukjin membalasnya dan berjalan mendekat. Ai dan Minki bangkit dari duduknya, memberi salam pada Sukjin dan Taehee. Keempatnya kemudian duduk bersama.
            “Jadi kau Ai, Fujiwara Ayumu itu? Tak terlihat seperti orang Jepang. Aku Kim Tae Hee, Presiden Direktur Caliptra Seta Entertainment.” Cerocos Taehee tanpa sungkan. “Akhirnya kita bisa bertemu. Senang bertemu denganmu, Fujiwara Ayumu.”
            “Senang berjumpa dengan Anda.” Balas Ai sopan.
            “Langsung saja. Kau sudah mempelajarinya? Bagaimana menurutmu? Bagaimana mereka, YOWL, bisa begitu tergantung padamu? Empat pria bertekuk lutut pada satu wanita, jujur itu membuatku terkejut dan iri, maaf. Bagaimana menurutmu?”
            “Aneh.”
            “An-aneh?? Kau bahkan mengatakan hal yang sama, kalian… hah!” Taehee kemudian menatap tangan kiri Ai yang masih terbungkus gips. “Kau akan benar menghilang dari kehidupan YOWL? Setelah sekian lama kalian berjuang bersama?”
            “Tak ada pilihan. Aku rasa ini takdir.”
            “Takdir? Kecelakaan itu? Ok, iya itu takdir. Tapi nasibmu belum menemukan akhir. Kami memilih YOWL bukan hanya karena SMS dukungan, vote. Tapi kami melilih YOWL karena kami melihat bakat dan kemampuan mereka. Namun solidaritas itu, yang kalian miliki, sedikit membuatku kesal. Mereka menjadi sedikit… rapuh. Aku rasa kau lebih paham tentang ini.”
“Konsep ini, hanya umpan bukan?” Ai menatap Taehee tanpa ragu. “Penilaian untuk menyelami siapa itu YOWL.” Imbuh Ai. “Nona ingin merubah kepanjangan YOWL menjadi sedemikian rupa. Aku paham arti dari kata-kata itu, Yuen, Odell, Wang, Leroy. Sangat tak berhubungan, walau memiliki arti yang sempurna. Raja-raja pembawa melody yang terkenal di seluruh dunia. Namun coba Nona lafalkan, apakah tak terdengar aneh? Coba Nona bandingkan dengan Young, Ordinary, Wild and Lovely.”
“Memang terdengar aneh, menggabungkan empat kata dari empat bahasa itu.”
“Arti yang sempurna, namun ketika di lafakan terdengar ganjil. Maaf, aku pribadi menolaknya.”
Taehee menatap Ai. Sejenak mencoba mengenal gadis itu lewat sorot mata Ai. “Kau memang mempesona. Aku akui itu. Andai saat ini kau masih bersama YOWL. Ah, maaf. Kau memang masih bersama mereka. Ayolah Fujiwara, kau masih di sini, bersama YOWL dan aku… aku ingin kerjasama ini. Kerjasama antara kau, aku dan YOWL. Kita bersama-sama akan membawa YOWL ke puncak. Kita akan bersama-sama membawa YOWL terbang menguasai dunia.”
***
Ai dan Minki berjalan pulang. Ai lebih banyak diam. “Merasa lega atau ada hal lain yang kau rasa?” Minki memulai obrolan.
“Terima kasih untuk kejutannya.” Ai menatap Minki dan tersenyum manis membuat Minki tersenyum tersipu. “Oh! Jinwoon Oppa?? Daehyun??” Ai mempercepat langkahnya. “Oppa kemari??”
“Jiyoo Fujiwara! Kemana saja kau!” Daehyun kesal.
“Maaf membuat kalian menunggu. Ada apa hingga Oppa kemari malam-malam begini? Daehyun??”
“Sebaiknya kita masuk.” Ajak Minki.
Ai, Jinwoon dan Daehyun duduk di ruang tamu, sedang Minki menyeduh teh untuk mereka. Ai benar penasaran tentang apa yang membawa Daehyun turut bersama Jinwoon, malam-malam ke Jeonggu Dong menemuinya. “Ada apa sebenarnya?” Tanya Ai.
“Karena ini.” Daehyun meletakan amplop coklat di meja dan mendorongnya pada Ai. “Tak tahu siapa yang mengirimnya.”
Minki kembali membawa teh untuk mereka. Minki membantu Ai membuka amplop coklat yang di berikan Daehyun. Mata sipit Minki melebar melihat isi amplop itu. “Ini?!!!” Minki menarik seluruhnya isi amplop itu. “Jiyoo, pria ini…..”
“Kim Youngduk Songsaengnim, kakak tiri Jaejoong.” Bisik Ai membenarkan dugaan Minki. “Daehyun~aa, dimana kau mendapatkan ini??”
“Bagaimanaa ini bisa terjadi??” Minki benar di buat heran.
“Sejak kapan kau dekat dengan Kim Youngduk Songsaengnim?” Tanya Jinwoon.
Ai terduduk lemas dan diam.

---TBC---
 
  shytUrtle

You Might Also Like

0 comments

Search This Blog

Total Pageviews