¤ HWASEONG ACADEMY -Love, Music and Dreams- (화성 아카데미-사랑, 음악과 꿈-) ¤

20:02

¤ HWASEONG ACADEMY -Love, Music and Dreams- (화성 아카데미-사랑, 음악과 꿈-) ¤

 

. Judul: Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’
. Revised Romanization: Hwaseong Akademi ’salang, eum-aggwa kkum’
. Hangul: 화성 아카데미’사랑, 음악과 꿈’
. Author: shytUrtle_yUi
. Rate: Serial/Straight
  

Episode #8

Yongbae tersenyum bangga menunjukan hasil kerja timnya pada Ai. Minhyuk dan Jaejin dibuat terkagum-kagum melihat perubahan didalam gedung tua milik Bibi Han. Gedung yang dulu kosong dan tak terawat kini berubah menjadi semacam aula serbaguna lengkap dengan panggung. Isi gedung ini benar telah dirubah total oleh Ai.

“Dong Yongbae, aku tidak menyangka kau sehebat ini,” puji Minhyuk.

“Aku hanya menjalankan perintah Nona Besar,” terang Yongbae.

“Kau banyak menyumbang ide, terima kasih,” ungkap Ai membuat Yongbae tersipu malu mendengarnya.

“Gabungan ide Ai dan Yongbae bagus juga ya,” Jaejin menggut-manggut melihat sekeliling.

“Minki Hyung juga banyak membantu,” imbuh Yongbae.

“Jadi hanya kami yang tidak tahu?” Tanya Jaejoong.

“Ini untuk kalian, YOWL,” kata Ai. “Ini adalah markas baru kita.”

“Woa!!!” Minhyuk bertepuk tangan bersama Jaejin.

“Akan kau beri nama apa basecamp kita ini?” Tanya Wonbin.

“Eum, entahlah. Aku belum memikirkannya, hanya basecamp, itu saja.”

“White Lily Island?” celetuk Jaejin.

“Itu judul lagu!” Protes Jaejoong.

“Dong Yongbae, apakah kau masih mau bekerja sama dengan kami?” Tanya Ai.

“Dengan senang hati, Nona,” Yongbae tersenyum tulus.

“Makan malam!” seru Kibum yang baru sampai bersama Minki. Kemudian semua duduk diatas lantai panggung untuk menikmati makan malam. Ai tersenyum sendiri memperhatikan pemuda-pemuda itu. Ponsel Ai bordering tanda panggilan masuk.

“Yeoboseyo?” Ai tak berkata apapun dan langsung terburu-buru keluar.

“Ada apa dengannya?” Tanya Minhyuk dengan mulut penuh.

“Aku akan melihatnya,” kata Jaejoong hendak bangkit dari duduknya.

“Aku saja,” tahan Minki. “ Kau disini saja, temani yang lain.”

 

Ai berlari agar segera sampai ke rumahnya. Ai sampai juga dan berjalan mendekati Euichul yang sudah menunggunya. “Oppa kemari?”

“Ah, Jiyoo…” Euichul langsung memeluk Ai.

“Oppa!” protes Ai sambil melepas pelukan Euichul.

“Aku sangat rindu padamu.”

“Mwoya?? Ish!”

“Jiyoo, aku punya sesuatu untuk mu.”

Ai melihat ke belakang Euichul, “truk??”

“Ah, iya. Kau tidak suka?”

“Kenapa Oppa merepotkan diri Oppa?”

“Aku hanya ingin membantu mu Jiyoo, setelah menjual truk lama mu, kau harus mengeluarkan biaya sewa, itu pemborosan.”

“Ini perintah ayah?”

“Bukan. Ini inisiatif ku sendiri. Appa tidak tahu jika aku membeli truk ini untuk mu. Tapi cepat atau lambat Appa akan tahu, bukan hanya tentang ini, tapi rencana mu. Appa sudah tahu jika selama ini kau hanya menggunakan 25% dari uang yang Appa kirim, bahkan Appa juga tahu jika 50% dari uang itu kau sumbangkan pada yayasan atas nama Appa.”

“50% masih tersimpan rapi, ah tapi benar beberapa waktu lalu aku menggunakan 25% darinya.”

“Aku tak tahu apa yang kau pikirkan.”

“Apa ini pinjaman??” Ai berkeliling memeriksa truk (disini kita menyebutnya pick up) berwarna hitam itu.

“Jiyoo!!!” Euichul kesal.

“Hehehe… em, gomawo Oppa.”

“Jadi kau suka??”

“Suka.” Ai tersenyum tulus. Minki baru sampai dan melihat Ai sudah bersama Euichul namun Minki tetap menjaga jarak dan bersembunyi memperhatikan keduanya. Euichul tersenyum lebar lalu mengelus kepala Ai kemudian pergi. Setelah Euichul pergi, Minki pun mendekat.

“Dia kemari?”

“Kenapa Oppa sembunyi?” Ai masih sibuk mengamati truk pemberian Euichul. “Kau lihat Oppa, sama sekali tak ada sentuhan seni. Oppa, kita harus sedikit memolesnya.”

“Ok.”

***

Viceroy berkumpul dan main bilyard bersama. Byunghun dan Minhwan juga Hanbyul dan Jungshin sibuk bermain. Sunghyun duduk membaca buku sedang Myungsoo duduk diam dan cemberut.

“Terjadi sesuatu?” Tanya Sunghyun menutup buku ditangannya.

“Anee,” jawab Myungsoo singkat.

“Beberapa hari ini kau menghilang,” sahut Byunghun.

“Mengurus restoran di Hongdae.”

“Wah, mulai serius mengurus bisnis ya?” Tanya Minhwan yang hanya dijawab dengan senyuman oleh Myungsoo.

“Kalian sudah tahu berita terbaru tentang YOWL?” Tanya Byunghun.

“Ada hal baru?” Myungsoo tertarik.

“Ada grup khusus pendukung mereka dan itu di bentuk dari komunitas murid Hwaseong Academy,” terang Byunghun.

“Wah, pendukung mereka mulai bermunculan.” Hanbyul duduk bergabung.

“Tidak terlalu banyak tapi lumayan mengganggu,” sambung Minhwan.

“Apa saja isi dari grup itu? Kau tahu siapa pendirinya?” buru Myungsoo.

“Kau tertarik?” Byunghun balik bertanya.

“Aniya. Setelah penampilan mereka pasti keadaan akan sedikit berbeda,” bantah Myungsoo.

“Itu benar, tapi akan sulit untuk menyamai kita, Viceroy,” Minhwan membenarkan.

“Myungsoo, sebenarnya, apa kau mulai penasaran pada YOWL?” Tanya Jungshin tiba-tiba.

“Iya. Aku penasaran, setelah ini apa yang akan mereka perbuat.”

 

Myungsoo berbohong. Beberapa hari ini ia tak sibuk mengurus restoran. Myungsoo menghilang beberapa hari ini karena sibuk membuntuti Ai. Iya, Myungsoo sangat penasaran tentang siapa sebenarnya Ai, gadis pengamen misterius di Hongdae. Selasa malam ketika Myungsoo berkutat dengan laptop di meja kerjanya untuk mengecek hasil penjualan hari ini tiba-tiba seorang pelayan menghampirinya dan memberikan sebuah amplop merah. Pelayan itu hanya mengatakan seseorang memintanya mengantar amplop itu pada Myungsoo. Tanpa curiga Myungsoo langsung membuka amplop merah itu. Myungsoo terkejut hingga mulutnya terbuka melihat isi amplop tersebut. Uang pecahan 10.000 won? Dan sebuah surat? Myungsoo segera meraih surat tersebut.

Lupakan hutang pihutang. Apa kau menyesal pernah tersihir oleh ku? Bersiaplah untuk pertarungan baru. –Ai-

 

Myungsoo diam dengan pandangan lurus kedepan. Sunghyun yang duduk dibalik kemudi tersenyum melihatnya. “YOWL membebani mu?” Sunghyun memulai obrolan.

“Nee??” Myungsoo menoleh menatap Sunghyun.

“Aku tahu kau sedang berbohong. Aku menyadari ekspresi mu berubah ketika Ai mulai bernyanyi, kau sepertinya kaget mendengar nyanyian itu. Sebelumnya apa kau pernah bertemu dengan gadis itu?”

“Anee.”

“Kau itu paling payah dalam urusan berbohong. Jadi gadis pengamen itu Ai?”

“Kau tahu??” Myungsoo yang terkejut mendengarnya langsung menoleh menatap Sunghyun.

“Wah, dugaan ku benar ternyata,” Sunghyun tersenyum penuh kemenangan. “Kau pernah cerita tentang pengamen misterius itu pada ku.”

“Mungkin terdengar bodoh, tapi beberapa hari ini aku terus mengawasinya.”

“Dia gadis luar biasa. Dia tumbuh dengan baik di Jeonggu Dong. Kau tahu bagaimana lingkungan itu kan?”

“Kampung preman?”

“Iya. Selain preman dan mantan preman, banyak juga mantan penjahat dan mafia yang bermukim disana. Itulah kenapa YOWL sering di juluki band berandalan oleh Bapak Kepala sekolah.”

“Sepertinya kau tahu banyak tentang YOWL, tapi kenapa kau tidak pernah bicara tentang hal ini?”

“Lumayan. Aku penikmat musik YOWL dan aku juga dekat dengan beberapaa Yowlism.”

“Kau penikmat musik YOWL?? Yowlism??”

“Yowlism, julukan bagi fans YOWL, seperti Viceroy memiliki Princess. Aa, aku puny ide!” Sunghyun segera memutar mobilnya.

“Ya! Kita akan kemana?”

“Diam saja! Aku yakin kau suka.”

Sunghyun memimpin Myungsoo memasuki club kecil itu. Sunghyun sangat santai dan terlihat sudah terbiasa dengan tempat untuk orang kalangan menengah ke bawah ini. Lain dengan Myungsoo. Pangeran tampan ini terlihat kikuk sambil berjalan mengikuti langkah Sunghyun. Suasana club cukup meriah jum’at malam ini.  Ruang kosong di depan panggung penuh dengan penonton. Sunghyun memilih tempat duduk dipojok agar tak terlalu mencolok. Ia tersenyum melihat Myungsoo yang terlihat kaku. YOWL sedang tampil diatas panggung dan Ai sudah hampir selesai menyanyikan lagu ‘Complicated-Avril Lavigne’. Myungsoo lurus menatap panggung dan ingatannya terbang ke memori beberapa hari yang lalu ketika ia diam-diam membuntuti Ai. Myungsoo benar penasaran pada sosok Ai Si Pengamen Misterius. Beberapa hari membuntuti gadis itu, Myungsoo jadi sedikit tahu tentang Ai. Ai yang ternyata suka berkunjung ke sebuah florist bernama ‘Morning Glory’. Gadis yang suka tersenyum sendiri ketika duduk sendiri ditaman sambil melihat bunga azalea mekar. Sejenak Myungsoo menyadari jika Ai adalah gadis biasa dan normal seperti gadis lainnya. Namun bagaimana dengan rumor ia berbicara dengan hantu di toilet sekolah?

Sunghyun selesai mengobrol dengan beberapa orang yang menghampiri mejanya. Ia kembali menatap Myungsoo yang masih fokus melihat kearah panggung. Sunghyun tersenyum melihat rekannya itu yang seolah tak berkedip melihat penampilan YOWL. Sunghyun ikut bertepuk tangan ketika Ai selesai bernyanyi hingga Myungsoo terkejut dibuatnya.

“Malam ini adalah hari istimewa bagi YOWL,” kata Ai. “Mala mini kami akan tampil bersama legenda jalanan, Lee Minki. Oppa mohon naik,” pinta Ai dan penonton kembali bertepuk tangan.

“Legenda jalanan?” Tanya Myungsoo.

“Iya, Lee Minki Hyung. Kau tidak pernah melihatnya mengamen dengan Ai?” Myungsoo menggeleng. “Minki Hyung adalah mantan member band jalanan Road Sky.”

“Road Sky?? Band yang digawangi rocker ternama Korea Kim Junghyuk??”

“Em. Ah, lihat mereka akan tampil bersama. Aku ingin sekali melihat permainan gitar Minki Hyung.”

Minki naik keatas panggung. Jaejoong memeluk Minki kemudian Minki mempersiapkan gitarnya. Penonton bersorak memberi semangat lalu kembali diam. Minki mulai mengelus gitarnya memainkan intro lagu ‘Future World-Helloween’. Wonbin menemani Jaejoong membawakan lagu ini. Myungsoo dibuat ternganga oleh permainan gitar Minki. Ia tak menyangka jika YOWL dekat dengan Lee Minki, mantan member Road Sky yang kini terkenal sebagai band rock papan atas Korea. Suasana club kecil milik Jaesuk menjadi meriah. Suasana semakin panas ketika penonton turut bernyanyi menyanyikan reff lagu Future World menjelang lagu berakhir. Sunghyun berdiri dan turut bertepuk tangan ikut larut dalam kebahagiaan Yowlism membuat Myungsoo menatapnya.

“Ini menggelikan,” gumam Myungsoo.

“Mereka keren bukan?” Sunghyun kembali duduk.

“YOWL? Ish! Walau aku sempat terkejut mengetahui mereka dekat dengan mantan member Road Sky, bagi ku mereka tetap saja biasa.”

“Mereka memang biasa, tapi Ai berhasil menarik perhatian mu, itu luar biasa.”

“Tidak, bukan seperti yang kau duga,” bantah Myungsoo dan Sunghyun tersenyum menanggapinya. “Musik mereka membuat telinga ku sakit,” imbuh Myungsoo kemudian segera meneguk minuman yang tersaji didepannya.

“Tapi kau berhasil bertahan sampai akhir, itu hebat,” Sunghyun turut meminum minumannya. “Sa’at ini Minki Hyung bekerja mengurus Morning Glory Florist,” terang Sunghyun.

“Morning Glory Florist??”

“Kau pasti pernah melihat Ai disana dalam pengintaian mu.”

“Aa, itu…” Myungsoo jadi salah tingkah.

“Florist itu miliknya.”

“Florist itu milik Fujiwara??”

“Tidak banyak yang aku tahu tentang Ai, namun benar aku mengenalnya.”

“Tapi kenapa member YOWL tak menyadari hal itu dan bersikap sama padamu?”

“Mereka tidak tahu tentang ini.”

“Apa??”

“Nama Fujiwara Ayumu itu ia dapatkan karena Ai di asuh oleh pasangan suami-istri dari Jepang. Beberapa dari mereka mengatakan Ai adalah keturunan Korea asli namun tak ada yang tahu lebih dalam tentang hal itu. Pribadi Ai dan segala sisi misteriusnya membuat ku iri.”

“Iri??”

“Di kenal sebagai anak pejabat Negara, sangat membuat ku tidak nyaman. Andai bisa menyembunyikan jati diri ku seperti dia,” Sunghyun menatap ke arah member YOWL yang baru saja turun panggung dan duduk berkumpul. “Dia bebas pergi kemana pun ia mau.”

“Dia hanya gadis biasa, wajar jika sangat mudah baginya menyembunyikan jati diri. Kau terlalu berlebihan Sunghyun.”

“Itu benar. Dan sebaiknya kau berhati-hati dengan kedua mata mu itu.”

“Nee??”

“Sedari tadi aku perhatikan kau terus menatap Ai. Itu berbahaya.”

“Mwo?? Aniya. Sudah ku katakan itu tak seperti yang kau kira!” bantah Myungsoo lagi dan kembali membuat Sunghyun menertawakannya.

***

“Woa~ daebak!!” puji Minhyuk melihat truck hitam yang terparkir didepan florist. “Hyung, ini keren!!” ia memberikan dua jempolnya untuk Minki.

“Merah dan hitam, YOWL sekali,” Jaejin sambil mengitari truck dan masih memakai masker.

“Ini karena kecintaan Ai pada kita, YOWL…” Jaejoong membanggakan diri. Ai yang berdiri disamping Wonbin hanya tersenyum menanggapi sikap Jaejoong. Wonbin menyikut Ai ketika melihat sebuah mobil mendekat. Perhatian semua member YOWL termasuk Minki langsung tertuju pada mobil berwarna metalik itu. Kaca mobil itu terbuka dan Hyuri melongok sambil melambaikan tangan dan tersenyum lebar.

“Ada apa dengannya?” gumam Jaejoong lirih heran melihat tingkah Hyuri.

“Aaiii…..!!!!” Hyuri turun dari mobilnya dan berlari menghampiri Ai. “Ah, kalian masuklah!” perintah Hyuri penuh semangat pada Wonbin, Jaejoong, Jaejin dan Minhyuk membuat keempat pemuda itu menatapnya heran. “Aku akan ikut ke kebun bunga milik Ai. Atau kalian mau duduk di belakang truck?”

“Pergilah bersama Hyuri, aku akan menemani Minki Oppa,” Ai menyela.

“Ayo! Ayo!” Hyuri memimpin keempat member YOWL dan membukakan pintu mobil untuk mereka. “Masuklah!” Hyuri tersenyum lebar.

“Kalian???” Minhyuk kaget melihat Wooyoung dan Kibum sudah duduk manis di kursi belakang.

“Aku yang mengajak mereka. Ayo lekas naik!” perintah Hyuri yang sudah duduk di kursi depan.

Ai tersenyum melihat tingkah teman-temannya. Kedua mobil ini pun melaju pelan meninggalkan florist. Mobil sedan hitam yang berhenti agak jauh dari florist itu bergerak pelan dan berhenti tepat di depan ‘Morning Glory Florist’. Jinwoon membuka sedikit kaca mobilnya dan mengamati florist yang berdiri diseberang. Setelah mengamati selama beberapa sa’at, Jinwoon kembali menutup jendela mobilnya dan meminta sopir menjalankan mobil.

 

*Simple Plan-Welcome To My Life *

Mobil Ai memimpin di depan. Ai membiarkan jendela mobilnya terbuka lebar. Ai melihat keluar jendela dan menikmati hembusan angin yang menerpa wajahnya. Minki tersenyum melihat Ai.

“To be hurt. To feel lost. To be left out in the dark. To be kicked when you're down. To feel like you've been pushed around. To be on the edge of breaking down. And no one's there to save you. No, you don't know what it's like. Welcome to my life…” Ai dan Minki turut bernyanyi mengikuti alunan musik Simple Plan yang mereka putar dalam mobil.

“Oh??” Ai kemudian tertawa kecil usai membaca pesan singkat yang baru saja memasuki inbox ponselnya.

“Wae?” Tanya Minki.

From Yew: Ada Kibum dan Wooyoung disini. Mereka berdesakan di kursi belakang :-D

“Pesan dari Jaejoong?” Minki usai melihat ponsel Ai.

“Nee. Hyuri, dia itu benar-benar lucu.”

“Lucu? Kau sedang memuji atau menghina Hyuri?”

Wonbin duduk di kursi tengah berdampingan dengan Jaejoong. Minhyuk, Jaejin, Kibum dan Wooyoung duduk bersama berdesakan di kursi belakang. Satu jam perjalanan, mereka pun sampai di perkebunan bunga milik Ai. Semua turun. Jaejoong merentangkan tangan dan Minhyuk menghirup udara segar sambil melirik Jaejin yang sibuk membetulkan maskernya. Dua orang pemuda segera menghampiri rombongan Ai.

“Akhirnya bisa bertemu langsung dengan Nona, selamat datang. Bagaimana perjalanannya?” sapa Kang Dongwoon, putra sulung keluarga Kang, orang yang di percaya mendiang Minki untuk mengelola perkebunan bunga milik Ai.

“Panggil saja dia Ai,” jawab Minki. “Apa kabar Hyung?” ia segera memeluk Dongwoon.

“Bersyukur semua baik. Baiklah Nona Ai, perkenalkan saya Kang Dongwoon dan ini adik saya Kang Daesung,” Dongwoon memperkenal dirinya dan pemuda yang berdiri disampingnya.

“Fujiwara Ayumu,” Ai menjabat tangan Dongwoon kemudian Daesung. “Tolong jangan panggil aku Nona, itu terdengar aneh di telinga ku.”

“Iye??” Daesung melotot kaget.

“Hehehe… mohon bantuannya,” Ai menunduk sopan.

“Jangan heran Daesung, dia ini memang spesies langka,” Minki merangkul Ai.

“Ahahaha kau ini bisa saja Minki. Ah, mari,” Dongwoon memimpin rombongan ini masuk.

Sementara Ai dan Minki mengobrol bersama Keluarga Kang, Jaejoong dan yang lain berkeliling kebun bunga. Jaejin yang menderita alergi serbuk bunga memilih tinggal bersama Ai. Terlihat dari ekspresinya jika Jaejin ingin ikut berkeliling, namun ia tak berani mengambil resiko yang bisa membahayakan dirinya sendiri. Ia hanya bisa menghela nafas panjang melihat teman-temannya pergi.

Jaejoong dan Wonbin berjalan memimpin. Dibelakangnya ada Hyuri dan Minhyuk. Paling belakang Kibum dan Wooyoung menutup barisan. Jaejoong merentangkan tangan hingga menyentuh deretan bunga yang sedang bermekaran indah disamping kanan dan kirinya.

“Ish! Tingkah mu itu membuat ku geli Jaejoong!” protes Minhyuk.

“Aku preman berhati lembut,” jawab Jaejoong sukses mebuat yang lain tertawa.

“Aku tidak menyangka Ai mempunyai florist dan kebun bunga ini, sangat bertolak belakang,” komentar Hyuri.

“Aku juga tidak menyangka seorang cucu presedir mau berteman dengan berandalan seperti kami ini,” Jaejoong menimpali membuta Hyuri menatapnya tajam. “Wae? Kami semua tahu akan hal itu.”

“Mm-mwo?? Ai juga?? Apa dia yang menemukan jati diri ku??” Hyuri terlihat panik.

“Bukan, tapi Kibum,” jawab Minhyuk. “Dia pernah berkunjung ke rumah Nyonya Shin untuk mendapat kesempatan ulang bersekolah di Hwaseong Academy.”

“Aku melihat foto keluarga Nyonya Shin dan kau ada diantara mereka. Pantas saja aku seolah pernah melihat mu sebelumnya sa’at Ai mengenalkan mu pada kami,” terang Kibum.

“Lalu, kalian tidak ingin berteman dengan ku karena alasan itu?”

“Apa motif mu sebenarnya? Apa benar kau seorang Yowlism?” desak Wonbin.

“Kalian mencurigai aku?”

“Orang seperti mu lebih pantas berada bersama Viceroy dan Red Venus, tapi kenapa kau ada bersama kami?” imbuh Minhyuk. “Men-cu-ri-ga-kan!”

Hyuri terpojok dengan mata berkaca-kaca. “Ya, kalian membuatnya sedih,” sela Wooyoung. “Hyuri~ssi ma’afkan mereka.”

“Jangan cengeng,” Jaejoong memegang pundak Hyuri. “Kalau cengeng bagaimana bisa menjadi bagian dari preman-preman ini, em?”

“Jangan khawatir. Kami tidak akan berbuat macam-macam pada mu.” Sambung Minhyuk.

“Kami tahu kau tulus, ma’af kami keterlaluan,” Wonbin menepuk pundak Hyuri.

“Kalian…” Hyuri mengusap matanya.

“Kau menangis?” Kibum berusaha melihat wajah Hyuri.

“Anee. Mata ku terkena debu,” bantah Hyuri membuat kelima pemuda itu menertawakannya.

“Song Hyuri,” Minhyuk merangkul Hyuri, “kau harus kuat, em? Berada dekat dengan YOWL, disekolah aku rasa akan membuat mu sedikit tidak nyaman. Kau tidak takut dipandang aneh seperti alien Fujiwara Ayumu itu?” Hyuri menggeleng. “Kalau begitu kau harus kuat dan jangan cengeng, em? Makian dan pengasingan bisa datang kapan saja pada mu jika kau berada dekat dengan YOWL.”

“Tapi kau tidak perlu khawatir akan semua itu karena kami ada bersama mu,” Kibum meyakinkan. Hyuri tersenyum dan mengangguk.

“Lagi pula kami tidak bisa berbuat apa-apa karena sepertinya Ai telah jatuh hati pada mu,” celetuk Jaejoong.

“Mwo?? Jatuh hati??”

“Ma’af menyela Anda semua teman-teman Nona Fujiwara,” suara seorang gadis menyita perhatian mereka semua. Angin berhembus sepoi mengiringi senyum manis gadis itu. Kibum, Wooyoung, Minhyuk, Jaejoong dan Wonbin juga Hyuri terdiam menatap gadis cantik itu.

“Annyeong haseyo, jonun Kang Jiyoung imnida,” Kang Jiyoung –Jiyoung KARA- memperkenalkan diri. “Makan siang sudah siap, mari ikuti saya,” Jiyoung berjalan memimpin.

“Woa~ bidadari…” puji Minhyuk yang tersihir oleh kecantikan Jiyoung. Ia melepas tangannya dari pundak Hyuri dan berjalan mengikuti Jiyoung.

“Jika gadis tadi siluman rubah pemakan hati manusia, pasti Minhyuk jadi mangsa empuk buatnya,” komentar Kibum.

“Hahaha kau itu! Ayo!” ajak Jaejoong.

Berbagai makanan lezat tersaji di meja. Benar-benar menggoda selera. Semua berkumpul mengitari meja panjang itu dan duduk bersama untuk makan siang. Lagi-lagi Ai dibuat tersenyum melihat keakraban itu.

“Oppa, apa Nona Fujiwara tidak ikut makan?” bisik Jiyoung pada Daesung.

“Menurut Minki Hyung, Nona Fujiwara memang seperti itu, jarang makan.”

“Dia itu alien jadi tidak bisa memakan makanan manusia,” sahut Jaejin yang mendengar obrolan Daesung dan Jiyoung. “Jangan khawatir, dia tidak akan mati kelaparan.”

“Apa perlu aku menemani Nona Fujiwara berkeliling?” Tanya Daesung.

“Biarkan saja dia sendiri, itu lebih baik. Ayo makanlah,” ajak Jaejin.

*Helloween-If I Could Fly*

Puas berkeliling kebun krisan Ai pun duduk di dalam pondok beratap jerami yang berada dipinggir kebun. Tatapannya menerawang jauh melihat hamparan perkebunan yang terbentang luas di depannya. Pikiran Ai mulai mengembara mengingat semua tentang dirinya. Ai yang kehilangan ibu kandungnya sa’at ia di lahirkan. Ai yang kemudian di adopsi sahabat mendiang Sang Ibu pasangan suami-istri Jepang, keluarga Fujiwara. Ai yang harus kehilangan kedua orang tua adopsinya sa’at ia berumur 7 tahun. Ai yang memilih tetap tinggal di Korea dan bertahan hidup bersama keluarga Lee. Ai yang harus menerima kenyataan jika ia adalah putri bungsu dari Jung Jinyoung seorang pengusaha sukses sekaligus mantan mafia yang telah insaf, di usianya yang ke 10 tahun. Ai yang harus kehilangan pengasuh setianya, ibu kandung Minki. Ai yang hingga kini tidak bisa menghadapi kenyataan tentang jati dirinya dan terus melarikan diri dari kenyataan itu. Ai yang harus menghadapi sikap benci teramat sangat dari saudara tirinta Jung Jinwoon. Butiran Kristal bening itu memenuhi kedua mata Ai. Ai menekuk lututnya dan membenamkan wajahnya, menangis.

Minki menahan Jaejoong yang hendak menghampiri Ai. Keduanya hanya memperhatikan dari jarak ini.

-------

Ai tersenyum dan menyodorkan buket krisan kuning pada Hyuri. “Salam untuk Nyonya Shin.”

“Curang! Kau sudah tahu siapa aku namun pura-pura tidak tahu!”

“Kenapa kau tidak bicara jujur?”

“Apa penting mengungkap status ku yang sebenarnya?”

“Eum, tidak juga. Sudah pulang sana! Kau terlalu lama berada di luar rumah.”

“Nenek tidak akan protes jika aku mengatakan aku pergi dengan mu. Hah, sepertinya nenek telah jatuh hati juga pada mu.”

“Kau lupa aku ini penyihir? Aku bisa memantrai hati siapa saja dan membuat mereka bertekuku lutut di depan ku, termasuk kau Song Hyuri.”

“Ish! Sombong sekali! Baiklah, aku pulang. Sampai ketemu senin nanti di sekolah.”

“Nee.” Ai tersenyum menatap mobil Hyuri yang mulai berjalan menjauh. Tatapan Ai kemudian tertuju pada mobil hitam yang terparkir di seberang jalan lalu kembali masuk ke dalam florist.

“Apa dia tahu ini kita??” Tanya Daehyun yang berada di dalam mobil bersama Jinwoon.

“Ini bukan mobil ku, tidak mungkin dia mengenali kita.”

“Jiyoo Fujiwara di juluki The Wacky Way of YOWL karena dia itu luar biasa. Dia tahu banyak hal, seolah tahu segalanya. Dan Hyung mengajak ku mengintainya seperti ini, hah… ini pertanda buruk.”

“Dia bukan Tuhan, dia hanya tahu apa yang ingin dia ketahui, bukan tahu segalanya.”

“Siapa juga yang mengatakan Jiyoo Fujiwara itu Tuhan,” gerutu Daehyun sukses membuat Jinwoon menatap kesal padanya.

“Song Hyuri bukankah dia cucu dari Shin Min Gi?” Tanya Joonghun yang duduk di kursi tengah.

“Pendiri Hwaseong Academy?? Gadis itu??” Tanya Sungyeol yang duduk di sampingnya.

“Ya, bisa kita pergi sekarang?” Tanya Jonghyun yang berbaring di kursi belakang. “Ini sangat membosankan.”

“Iya, iya kita pergi!” Jinwoon melajukan mobilnya.

Ai yang memperhatikan dari dalam florist tersenyum geli dan menggelengkan kepala melihat hitam itu pergi. “Ada apa?” Tanya Minki.

“Seminggu ini berulang kali mobil parkir disana,” Ai menunjuk tempat dimana tadi mobil hitam berhenti. “Seperti mengintai tempat ini, tapi siapa mereka? Dan untuk apa mengintai florist kita ini? Apa mereka orang-orang ayah??”

“YOWL telah muncul ke permukaan Hwaseong Academy, bisa jadi mereka itu fans yang ingin tahu banyak tentang Ai.”

“Sasaeng fans?”

“Bisa jadi.”

“Ya! Oppa!”

-------

Nyonya Shin menata bunga krisan kuning pemberian Ai dalam vas. “Hari ini kalian pergi kemana?” Tanyanya sa’at Hyuri kembali.

“Kebun bunga milik Ai. Nenek, apa nenek tidak khawatir aku pergi bermain-main dengan berandalan YOWL itu?”

“Siapa yang mengenalkan mu pada YOWL?”

“Nenek.”

“Duduklah.” Hyuri pun duduk di dekat Nyonya Shin. “Melihat buku jangan hanya dari sampulnya saja, bukalah satu per satu halamannya maka kau akan tahu isi dari buku itu. Aku senang melihat kau bersama anak-anak YOWL.”

“Sedekat itukah nenek mengenal mereka?”

“Bagaimana dengan mu? Apa yang kau rasakan?”

“Em.. nyaman dan menyenangkan.”

“Bacalah halaman selanjutnya dan temukan fantasi lain didalamnya, em?” Hyuri tersenyum lebar mendengarnya.

***

“Nona meminta kami kemari?” Yongbae datang ke florist bersama ketujuh anak buahnya.

“Em. Duduklah!” Ai menggerakan kepala menunjuk meja kotak dengan sepuluh kursi. Empat kursi berhadapan dan dua kursi lainnya berjajar. Yongbae dan anak buahnya segera duduk. Ai memperhatikan satu persatu pemuda yang sudah duduk manis di depannya. Yongbae dan ketujuh rekannya menatap heran perlatan yang tersaji di depan mereka.

“Kita akan belajar seni merangkai bunga dari Jepang, ikebana,” terang Ai.

“Mwo??” Yongbae benar kaget mendengarnya begitu juga ketujuh rekannya. “Nona. Nona tidak sedang bercanda kan?”

“Tidak. Aku ingin kalian punya ketrampilan. Apa kalian ingin selamanya hidup dengan memukul dan menarget? Masuk penjara, di cap sebagai penjahat, tidak punya masa depan? Yang merasa keberatan silahkan keluar.”

Yongbae bangkit dari duduknya dan menunggu ketujuh rekannya. Namun tidak ada yang berdiri. Yongbae menatap satu per satu anak buahnya, mereka semua menunduk, enggan beranjak. Karena tak mendapat dukungan, Yongbae kembali duduk. Ai tersenyum penuh kemenangan.

“Baiklah, kita akan belajar seni merangkai bunga. Ini tidak sepenuhnya ikebana, kita akan membuat kreasi bebas. Perhatikan alat-alat di depan kalian. Gunting, mangkok dan kenzan (alas berduri tajam) untuk mencucukan bunga. Kita akan membuat rangkaian bunga sederhana terlebih dahulu.”

Minki muncul membawa sekeranjang bunga warna-warni. “Minki Hyung juga akan belajar?” Tanya salah seorang anak buah Yongbae.

“Iya. Ayo sama-sama belajar.”

*FT.Island-Wanna Go*

Ai mulai mengajarkan cara merangkai bunga. Dengan telaten Ai mengajari pemuda-pemuda jalanan itu. Minki yang sedikit mengusai seni merangkai bunga turut membantu Ai. Meskipun awalnya menolak, Yongbae akhirnya menikmati pelajaran merangkai bunga itu. Kedelapan preman ini benar-benar dilatih kesabarannya untuk merangkai bunga dengan baik. Ai berulang kali menggigit tangannya sendiri karena kesal mengajari preman-preman yang kadang tempramen ini. Ada saja kesalahan yang bergantian mereka buat. Melihat semangat Ai, kedelapan preman ini pun tak mau kalah. Mereka berusaha mengontrol emosi mereka dan terus mencoba membuat rangkaian bunga terbaik menurut versi mereka.

Ai berdiri siap menilai hasil kerja Yongbae dan rekan-rekannya yang telah berusaha mati-matian tiga jam ini. Delapan rangkaian bunga sederhana karya Yongbae dan ketujuh anak buahnya tersaji di meja. Yongbae dan yang lain juga terlihat harap-harap cemas menunggu hasil penilaian Ai.

“Ini hebat! Terima kasih kalian telah berusaha dengan baik hari ini,” puji Ai berhasil mmbuat kedelapan preman itu tersenyum lega. “Apa kalian kapok?”

“Jujur saja awalnya seperti membosankan tapi ini sangat menarik, terima kasi Nona bersedia mengajari kami secara cuma-cuma,” ungkap Yongbae.

“Kalau begitu, kita harus belajar lebih baik, em? Hwaiting!” Ai menyemangati.

“Non-na…” panggil salah seorang anak buah Yongbae. Preman bertubuh tambun ini tampak malu-malu.

“Kau ingin menyampaikan sesuatu?” Tanya Ai. Malu-malu pemuda tambun itu menunjukan sebuah rangkaian bunga pada kawat yang ia bentuk melingkar seperti mahkota. Ai tersenyum, “silahkan,” kata Ai sedikit merendahkan badannya. Malu-malu pemuda tambun itu meletakan mahkota bunga hasil karyanya di puncak kepala Ai. Semua bertepuk tangan untuknya.

 

Ai, Yongbae dan ketujuh anak buahnya berjalan bersama menuju basecamp. Langkah mereka terhenti ketika mobil sedan sport warna merah itu berhenti tak jauh dari mereka. Ai terus mengawasi dan seseorang keluar.

“Jang Hanbyul?” kata Ai.

“Nona mengenalnya?” Tanya Yongbae.

“Member Viceroy, untuk apa dia ke Jeonggu Dong??”

Hanbyul mengawasi sekitar. Tempat ini sangat asing baginya, Jeonggu Dong. Hanbyul bingung. Ia menjadi sedikit gusar, takut ketika gerombolan itu berjalan mendekat padanya. ‘Ya Tuhan, itu Fujiwara? Sial! Aku tertangkap. Bagaimana ini?’ gumam Hanbyul dalam hati. Walau ia tak pernah terlibat baku hantam dengan member YOWL namun tetap saja Hanbyul adalah member Viceroy. Dan datang sendiri ke Jeonggu Dong, daerah asal YOWL sebenarnya bukanlah ide baik. Namun sudah terlanjur. Hanbyul tertangkap oleh Ai.

“Jang Hanbyul? Apa yang kau lakukan disini?” sapa Ai ramah. Hanbyul heran dibuatnya. Ia menatap Ai dari atas ke bawah lalu menatap delapan pemuda yang berdiri di belakang Ai. “Sepertinya, kau tersesat.”

“Oh, iya. Rumah Bibi Han, aku mencari rumah Bibi Han,” terang Hanbyul.

“Em?” Ai memiringkan kepala mengamati Hanbyul. Pemuda ini benar-benar tersesat. Ai memutar badan membelakangi Hanbyul. “Kalian bertiga jaga mobil ini. Yongbae dan yang lain kembalilah ke basecamp dan katakan pada Jaejoong aku ada urusan dan akan segera menyusul,” Ai membagi tugas.

“Nona mau kemana?” Tanya Yongbae.

“Aku harus membantunya.”

“Oh, baiklah. Kami pergi.” Yongbae pamit.

‘Nona?’ Tanya di benak Hanbyul.

Ai kembali menghadap Hanbyul. “Ayo! Aku akan mengantar mu.”

“Iye??” Hanbyul merasa salah dengar.

“Jeonggu Dong tidak terlalu luas namun cukup menyesatkan. Kau takut aku berbuat jahat padamu?”

“An-anee.”

“kaja!” Ai mulai berjalan. Hanbyul berlari kecil menyusul langkah Ai.

Hanbyul berjalan mengikuti Ai. Ai tersenyum dan menggelengkan kepala melihat Hanbyul yang tetap berjalan di belakangnya. Mereka berhenti di depan pintu rumah sederhana.

“Ajumoni ini aku!” seru Ai. Hanbyul berdiri diam di belakangnya. “Ajumoni!!”

“Iya, tunggu sebentar!” terdengar suara wanita dari dalam. “Nona?” Bibi Han heran melihat Ai datang. “Oh??” ia lebih dibuat heran melihat pemuda yang berdiri di belakang Ai.

“Kenapa Ajumoni begitu kaget? Dia datang mencari Ajumoni.”

“Ha?? Dia siapa??”

Ai langsung membalikan badan menatap tajam pada Hanbyul. “Annyeong haseyo Ajumma, aku Hanbyul Jang Hanbyul.” Hanbyul memperkenalkan diri.

“Jang Hanbyul??” Bibi Han masih tampak bingung.

“Iya. Myungran Nuna, apakah dia ada?”

Ai turut duduk diruang tamu kediaman Bibi Han. Maksud kedatangan Hanbyul adalah mengantar obat untuk Han Myungran putri semata wayang Bibi Han yang sehari-hari bekerja di apartemennya. Ai menggembungkan pipinya dan mengamati Myungran lalu Hanbyul.

“Jadi Bodyguard Onni bekerja pada Jang Hanbyul? Wah, suatu kebetulan sekali.” Kata Ai.

“Nona, jangan panggil aku Bodyguard Onni!” protes Myungran, wanita bertubuh subur itu. “Aku bekerja bukan menjadi pengawal Tuan Muda!”

“Arasho.”

“Myungran Nuna banyak membantu ku, dia wanita hebat,” puji Hanbyul.

“Tentu saja, jika kau mengatakan dia buruk, dia bisa membanting mu, mengahajar mu habis-habisan. Dia itu pegulat,” Ai sedikit berbisik pada kata terakhir.

“Ya! Nona puas terus mengatakan itu?!” protes Myungran lagi. Dan Hanbyul masih di buat bertanya-tanya kenapa orang-orang ini memanggil Ai ‘nona’ dan terlihat sangat menghormati member kelima YOWL ini.

 

“Aku bisa pulang sendiri,” kata Hanbyul setelah keluar dari rumah Bibi Han.

“Baik. Silahkan!” Ai berdiri melipat tangan. Hanbyul membalikan badan dan melihat pemukiman padat di depannya. Gang-gang kecil itu, Hanbyul tak ingat gang mana yang ia lewati tadi. Hanbyul benar-benar tak bisa mengingatnya.

“Ayo!” Ai berjalan mendahului.

 

 

---TBC----

 

kamsahamnida

.shytUrtle_yUi.

 

You Might Also Like

0 comments

Search This Blog

Total Pageviews