Wisteria Land: Another Story of Hwaseong Academy - Land #37

05:03

 

Wisteria Land: Another Story of Hwaseong Academy

 


 

 

It's about rainbow, love, hate, glory, loyalty, betrayal and destiny.

 

 

. Judul: “Wisteria Land: Another Story of Hwaseong Academy”

. Author: shytUrtle

. Rate: Serial/Straight/Fantasy/Romance.

. Cast:

-                  Song Hyu Ri (송휴리)

-                  Rosmary Magi

-                  Han Su Ri (한수리)

-                  Jung Shin Ae (정신애)

-                  Song Ha Mi (송하미)

-                  Lee Hye Rin (이혜린)

-                  Park Sung Rin (박선린)

-                  Song Joongki, L,Joe Teen Top, L Infinite, Jung Daehyun B.A.P, Jo Jonghwan 100%, Baro B1A4, Jang Geunsuk, Yoo Seungho, Kim Sunggyu Infinite, Choi Joonghun FT.Island, Cho Kyuhyun Super Junior, and many other found it by read the FF.

 

 

Ketika kau melihat pelangi, apa yang ada di benakmu? Tujuh warnanya yang indah atau...? Di sini, di Wisteria Land, kami percaya jika pelangi adalah jelmaan sang Naga. Naga arif dan bijaksana yang selalu mengawasi dan menjaga tanah Wisteria Land. Naga yang pada suatu waktu muncul dengan keelokan wujudnya dengan tujuh warna pelangi. Apa kau juga percaya akan hal ini?

 

 

 Land #37

 

Istana sibuk dari kemarin. Persiapan untuk memperkenalkan Putri Ahreum kepada publik telah matang disusun. Mulai dari hal kecil sampai persiapan paling rumit telah selesai. Pagi ini semua persiapan telah beres. Persiapan konvoi beserta seluruh pasukan keamanan juga telah menunggu keluarga raja. Mereka bersiap memboyong keluarga raja menuju Balai Agung Kota Artemisia tempat perkenalan putri Ahreum kepada rakyat Wisteria land akan digelar.

Hyuri tak terlihat baik. Semalaman ia terjaga. Memikirkan dan terus membayangkan tentang hari ini benar-benar menyiksanya. Membuatnya tidak bisa tidur semalaman.

Hyuri telah mengenakan hanbok-nya. Ia terlihat cantik dalam balutan hanbok perpaduan jeogori putih dan chima merah. “Saatnya Yang Mulia berias”, kata Dayang Choi mengejutkan Hyuri yang melamun.

“Berias??” tamya Hyuri dengan ekspresi bingung.

“Iya, Yang Mulia. Sekaligus untuk menutupi lelah dari wajah Yang Mulia.”

“Terlihat sekali ya?” Hyuri menangkup kedua pipinya dengan tangan.

“Iya, Yang Mulia. Pasti ini sangat membebani hingga membuat Yang Mulia terjaga.”

“Mm. Benar sekali. Aku benar-benar gugup, benar-benar takut. Bagaimana jika nanti aku tak bisa berpidato dengan baik? Walau terus berlatih, aura bangsawan itu benar-benar tak muncul pada diriku. Memalukan.”

Dayang Choi yang sedang menyisir rambut  Hyuri tersenyum mendengarnya.

“Belum lagi membayangkan bagaimana reaksi rakyat yang anti aku. Bagaimana jika tiba-tiba aku diserang, atau parahnya diculik. Atau tiba-tiba Ratu Maesil muncul dan…” Hyuri benar-benar lelah karena terus memikirkan hal-hal buruk.

“Ini adalah keinginan Ratu Maesil, hamba yakin Yang mMulia akan aman pada tahap  ini.”

“Dayang Choi tahu perihal itu semua? Rencana Ratu Maesil?” Hyuri menatap penasaran pada bayangan Dayang Choi di dalam cermin.

“Setelah sekian lama, kini para pendukung semakin menggantungkan harapan kepada Yang Mulia. Semoga Yang Mulia bisa melewati semua. Yang Mulia harus kuat demi memenuhi takdir Yang Mulia.”

Hyuri mendesah pelan, masih menatap bayangan Dayang Choi yang sibuk mendandaninya di dalam cermin.

***

 

Jalan-jalan utama terlihat ramai sejak pagi. Rakyat yang penasaran pada sosok fenomenal Putri Ahreum mulai memadati jalan utama yang akan dilewati konvoi. Di sekitar Balai Agung Kota Artamesia pun mulai ramai. Semakin siang semakin ramai. Rakyat benar-benar antusias dan tak sabar menunggu pukul sepuluh waktu Wisteria lLnd tiba. Karena saat itulah mereka akan melihat sosok nyata dari tokoh fenomenal Putri Ahreum.

Rombongan istana tiba di Balai Agung Kota Arlemisia 15 menit sebelum acara dimulai. Melihat antusiasme rakyat sepanjang perjalanan menuju Balai Agung Kota Artamesia, Hyuri semakin gugup. Wajahnya yang telah dihiasi make up mendadak terlihat pucat.

Joongki menghampiri Hyuri yang duduk sendiri dengan kepala tertunduk. “Ini seperti bukan dirimu.”

Hyuri langsung mengangkat kepala mendengarnya. Ia terkejut saat menemukan Joongki.

“Kenapa tatapanmu … terlihat begitu kaget?” Joongki segera menarik senyumnya ketika melihat reaksi Hyuri. “Ah! Aku pasti mengejutkanmu. Kamu pasti benar-benar gugup sekarang.”

Hyuri mendesah pelan. “Kerumunan itu sepertinya akan semakin brtambah.”

“Tentu. Karena rakyat sangat antusias menyambut ini semua.”

“Benar-benar gugup dan tak bisa tenang. “

“Itu yang aku katakan seperti bukan dirimu. Dua kali bertemu, kamu selalu terlihat tegar. Gadis kuat dan penuh percaya diri, walau sendirian berada di tengah keramaian.”

“Situasinya jauh berbeda. Saya tak yakin sanggup menghadapi ini semua.”

“Kamu di sini sekarang. Dan kamu pasti bisa karena kamu harus bisa. Bayangkan saja seperti saat kamu berada di keramaian Kafe Golden Rod, atau kembali pada Festival Gardenia.” Joongki tersenyum tersipu setelah menyebut dua tempat itu.

Hyuri mengerutkan kening melihat ekspresi Joongki. Gawat! Sepertinya Yang Mulia Raja ini benar-benar telah jatuh hati pada Magi, batinnya.

“Yang Mulia rRaja dan Yang Mulia Tuan Putri harap bersiap. Acara akan segra dimulai.” Sekretaris Istana menghampiri Joongki dan Hyuri.

Joongki mengangguk paham. “Sudah waktunya,” ucapnya pada Hyuri.

Hyuri bangkit dari duduknya. Sejenak menggenggam erat kalung naga yang tergantung di lehernya, kemudian berjalan mengikuti Joongki.

***

 

Sangat ramai di Balai Agung Kota Artemisia. Rakyat dan wartawan berkumpul. Mereka tak sabar ingin melihat sosok nyata dari tokoh fenomnal Putri Ahreum. Seluruh televisi dan radio di Wisteria Land menayangkan dan meliput secara live prosesi perkenalan Putri Ahreum pada saat itu. warga yang tak bisa hadir secara langsung tak kalah antusias. Mereka duduk menunggu di depan televisi dan radio.

Di Hwasong Academy sendiri semua murid dan staf sekolah sengaja dikumpulkan di aula utama untuk bersama-sama menyaksikan prosesi perkenalan Putri Ahreum pada rakyat. Suri, Magi dan Sungrin mau tak mau pun turut duduk di dalam aula utama bersama Jonghwan dan Seungho, juga seluruh murid dan staf Hwasong Academy. Layar besar di atas panggung siap menayangkan liputan prosesi perkenalan Putri Ahreum pada rakyat yang disiarkan secara langsung oleh seluruh televisi nasional Wisteria Land.

Sekretaris Istana membuka prosesi disusul dengan pidato raja Wisteria Land Song Joongki. Saat yang paling ditunggu-tunggu pun tiba. Joongki mengundang Putri Ahreum untuk menampakkan diri. Ragu-ragu Hyuri melangkah, kemudian berhenti tepat di samping kiri Joongki yang kemudian memperkenalkan Hyuri sebagai Putri Ahreum pada publik. Sorotan kamera para pemburu berita langsung menyerbu Hyuri yang tak bisa menutupi ekspresi canggung di wajahnya.

Teman teman Hyuri dalam geng Chrysaor; Kris, Amber, JB dan Rap Monster yang menyaksikan siaran langsung pengenalan Putri Ahreum pada publik di sekolah mereka Hyeseong Highschool benar dibuat terkejut. Mereka tak menyangka jika Hyuri sebenarnya adalah sosok fenomenal Putri Ahreum Yang Hilang.

Di dalam aula utama  Hwaseong Academy menjadi sedikit ribut ketika Hyuri muncul di layar kaca. Tak hanya murid-murid  yang saling berbicara lirih mengomentari kemunculan Hyuri sebagai Putri Ahreum di layar kaca. Para guru dan staf sekolah pun melakukan hal yang sama. Jika Magi tampak tenang dalam duduknya, tetap diam menatap layar besar yang terpajang di hadapannya. Suri dan Sungrin tampak gusar karena ulah murid-murid di sekitarnya. Begitu juga dengan Seungho dan Jonghwan yang duduk dalam satu deret bersama mereka. sementara itu, Junki yang duduk di antara para guru hanya bisa menghela napas mendengar gumaman para guru di sekitarnya.

Siapa yang tak terkejut dengan kenyatan ini? Kenyataan bahwa Song Hyuri adalah Putri Ahreum Yang Hilang. Junho dan keluarganya pun masih merasa tak percaya dengan kenyataan ini walau sebelumnya Suri telah memberi tahunya ketika ia menitipkan barang-barang milik Hyuri. Walau telah diperkuat dengan kedatangan salah satu anak menetri Wisteria Land—Lee Hyerin—yang dipercaya untuk mengambil barang-barang milik Hyuri, tetap saja Junho seolah tak percaya pada kenyataan bahwa gadis yang bekerja padanya selama ini adalah putri Wisteria Land, pewaris tahta sah Wisteria Land.

Sementara itu di Balai Agung Artamesia, Hyuri yang tampak canggung dengan wajah pucat mau tak mau harus memulai pidatonya. Dengan pelafalan yang tak begitu lancar, Hyuri memulai pidatonya. Pidato singkat yang seharusnya bisa Hyuri selesaikan dalam waktu tak lebih dari 10 menit itu berakhir dalam hitungan genap 20 menit. Tangan Hyuri berkeringat dan bergetar. Wajah pucat dengan ekspresi canggung itu pun basah oleh keringat. Hyuri benar-benar tak bisa menyembunyikan rasa gugupnya di depan publik. Meski pidato telah selesai ia lakukan, Hyuri belum bisa bernapas lega dalam prosesi itu.

***

 

Hari yang menjadi hari diperkenalkannya Putri Ahreum kepada rakyat seolah menjadi hari yang sakral di Wisteria Land. Bahkan beberapa sekolah, perkantoran, mall, toko dan fasilitas lainnya sengaja diliburkan. Sedang sekolah, perkantoran, atau tempat-tempat lain yang tetap buka memilih menghentikan rutinitas mereka setelah perkenalan dengan jalan pidato resmi Putri Ahreum selesai digelar. Mereka memilih kebijakan itu agar bisa menonton konvoi. Arak-arakan yang membawa keluarga kerajaan dan Putri Ahreum sangat sayang untuk dilewatkan begitu saja. Menyaksikan Putri Ahreum secara langsung tentu lebih menarik daripada hanya menontonnya di televisi. Terlebih istana telah mengumumkan jika rombongan keluarga kerajaan akan menaiki kereta kuda, bukan mobil. Tentu saja rakyar dibuat sangat penasaran dan antusias.

Murid-murid Hwaseong Academy telah dipulangkan. Mereka berhamburan keluar kelas dan meninggalkan sekolah. Mereka yang penasaran pada sosok Putri Ahreum langsung menuju jalan utama untuk menonton konvoi. Banyak pula yang memilih untuk pulang atau melakukan kegiatan lain yang tak berhubungan dengan ingar bingar konvoi.

“Hah! Ini akan sangat merepotkan! Pulang pun nggak bisa karena nggak ada jalan alternatif. Hey! Apakah kita juga akan turun ke jalan utama untuk menyaksikan karnaval?” Tanya Seungho sembari membetulkan tas punggungnya.

“Karnaval? Itu konvoi!” Suri meralat.

“Apa pun itu! Ah! Jujur aku penasaran. Ingin melihat Hyuri duduk di atas kereta kuda kerajaan yang mewah.”

“Apa kita akan pergi?” Sela Jonghwan ingin memastikan apakah teman-temannya tertarik untuk turun ke jalan dan menonton konvoi.

“Kalau aku sih terserah Magi,” jawab Suri malas-malasan. Ia melirik Magi. Seharian ini gadis itu terlihat lesu. “Kalau Magi pergi, aku pun pergi.”

“Menurutku nggak ada alasan untuk tinggal,” sahut Sungrin. “Aku ingin memastikan apakah yang duduk di atas kereta kerajaan itu benar-benar Putri Ahreum Yang Hilang atau hanya teman kita, Song Hyuri.”

“Kenapa kamu ngomong gitu?” Jonghwan mengerutkan dahi mendengar pernyataan Sungrin.

“Kalaupun dia benar Putri Ahreum Yang Hilang, dia tetaplah teman kita, Song Hyuri. Karena itu, sebaiknya kita datang ke jalan utama untuk memberinya dukungan.” Magi yang sebelumnya bungkam akhirnya angkat bicara sembari mengembangkan seutas senyum di wajahnya yang lesu.

“Kamu yakin? Kamu tampak nggak sehat hari ini. Apa sebaiknya kamu pulang aja?” Seungho mengkhawatirkan Magi.

“Seperti yang kamu bilang tadi, ini akan sangat merepotkan. Pulang pun nggak bisa karena nggak ada jalan alternatif. Pasti padat di sana-sini, lalu apakah kita akan tetap menunggu di sekolah? Turun ke jalan, aku rasa akan sangat menyenangkan.”

“Kamu yakin, Magi?” Sahut Suri cepat. “Magi, aku...” imbuhnya ragu dan wajahnya menunjukkan ekspresi khawatir.

“Baiklah! Jangan khawatir! Aku akan menjagamu dengan baik!” Seungho tersenyum manis dan merangkul Magi, menarik tubuh gadis itu untuk lebih dekat padanya.

“Ey!” Suri memaksa melepas tangan Seungho dari pundak Magi, lalu mendorong tubuh pemuda itu untuk menjauh. “Jaga sikapmu!” ia membentak dengan ekspresi serius.

Jonghwan kembali mengerutkan dahi dalam diam mengamati Suri.

“Kenapa sih?” Protes Seungho yang merasa terganggu oleh tindakan Suri.

“Lihat itu! L.Joe Seonbaenim menuju kemari.” Sungrin dengan suara lirih. Memberi kode tentang kedatangan L.Joe.

Seperti di komando, semua menatap ke arah L.Joe yang semakin dekat pada mereka. Mereka menyambut kedatangan pemuda berambut pirang itu dengan sedikit canggung. Senyum kecil terkembang di wajah Magi yang lesu saat ia menatap L.Joe yang semakin dekat dengannya.

“Seonbaenim.” Seungho yang lebih dulu menyapa L.Joe.

“Di sini kalian.” L.Joe tersenyum lega. Ia menatap Magi, lalu Suri, dan Sungrin. Tak lupa ia menatap pada Jonghwan dan terakhir pada Seungho yang wajahnya berseri-seri.

“Shin Ae nggak masuk. Kalian pasti tahu bagaimana sibuknya istana hari ini. Shin Ae tergabung dalam Reed. Prajurit muda istana yang pasti akan dilibatkan dalam acara hari ini.” L.Joe menjelaskan kenapa ia datang sendiri, tanpa Shin Ae. “Jang Geun Seuk Hyung juga seorang Reed, kan? Bukankah seharusnya kamu udah tahu tentang hal ini, Yoo Seungho?”

“Iya. Maafkan saya, Seonbaenim.” Seungho tersenyum canggung.

“Cinta emang bikin orang jadi nggak waras,” Suri bergumam. Mengolok Seungho yang berdiri tepat di sampingnya.

“Kau ini!” Seungho menepuk pelan lengan Suri, pura-pura kesal.

“Apa kita akan tetap di sini? Kalau nggak ingin turun ke jalan utama, seenggaknya mari kita pergi ke suatu tempat. Apa kalian nggak bosan dengan sekolah?” L.Joe kembali menatap satu per satu teman Magi dan tatapannya terhenti pada Magi yang berdiri tepat di hadapannya.

“Kami akan turun ke jalan utama untuk melihat konvoi. Saya ingin melihat Hyuri, anu maksud saya Putri Ahreum duduk di atas kereta kerajaan. Dia...” Magi ragu, “.. dia pasti sangat cantik hari ini.”

L.Joe menangkap guratan kesedihan di wajah Magi ketika gadis itu membagi rencana yang sudah ia susun bersama teman-temannya untuk melihat konvoi di jalan utama.

Mendengar ucapan Magi, Suri langsung menundukkan kepala. Lalu, dalam sekejap suasana berubah menjadi hening.

Melihat situasi canggung itu, Sungrin pun berkata, “Kalau begitu, tunggu apalagi? Ayo berangkat sekarang! Kita harus menerobos kerumunan untuk bisa bisa berada di barisan depan. Karena kita datang untuk memberi dukungan pada Hyuri, maka kita harus terlihat olehnya. Untuk itu kita harus berada di barisan paling depan.” Suaranya ceria dan penuh semangat. Wajahnya pun dihiasi senyum manis dan tulus saat menyulut api semangat untuk membakar kelima rekannya.

“Seungho! Kamu mau kan jadi patnerku untuk menerobos kerumunan? Kita harus bersatu, bergerak bersama untuk bisa sampai di barisan paling depan!” Sungrin meminta bantuan Seungho. Nada bicaranya masih dipenuhi antusiasme.

“Tentu saja! Aku rasa aku cukup mampu untuk membuka jalan!” Seungho membusungkan dada.

“Kalau begitu, aku dan Jonghwan akan berjalan di belakang.” Suri beralih dan berdiri di samping kiri Jonghwan. “Kamu mau kan?” Ia menyikut Jonghwan.

“Oh ya! Tentu saja!” Tanpa ragu Jonghwan menggandeng tangan Suri.

L.Joe menyadari jika nanti posisinya akan berada di tengah-tengah dan tugasnya adalah melindungi Magi. Ia pun tersenyum, dengan tatapan penuh kasih, tangannya terulur untuk meminta Magi pergi bersamanya.

“Kenapa aku harus di posisi tengah?” Tanya Magi seraya meraih uluran tangan L.Joe dan berjalan untuk berdiri di samping kiri L.Joe.

“Karena kamu terlalu mencolok dan arogan. Aku khawatir jika kamu menjadi pembuka pintu, kamu akan membuat banyak orang terluka!” Seungho menggoda.

Sungrin yang akan memimpin rombongan tersenyum puas. Begitu juga Suri yang memilih menjadi penjaga di lini belakang.

“Baiklah! Mari membuat kekacauan dan kita kuasai lini depan!” Seungho antusias sembari melemaskan otot-ototnya.

“Ya, Seungho-ya! Kamu pikir kita akan tawuran?” Olok Suri.

“Lini depan pasti menjadi incaran banyak orang. Ini akan jadi perang buat kita. Bersiaplah, Han Suri! Jangan sampai kau ketinggalan rombongan dan hilang dalam kerumunan, lalu menangis.”

“Dih! Jangan-jangan kau yang akan menangis lebih dulu!”

Rombongan Magi pun berangkat dengan Seungho dan Sungrin yang berjalan di barisan paling depan. Disusul L.Joe dan Magi, ditutup Jonghwan dan Suri. Mereka menyapa Sukjin saat melewati gerbang sekolah untuk meninggalkan Hwaseong Academy.

Tukang kebun dengan kostum serba hitam yang sedari awal Magi dan teman-temannya berkumpul terus mengawasi itu menghela napas saat melihat Magi dan rombongannya meninggalkan sekolah. Ia pun bergegas merapikan peralatannya, kemudian segera pergi meninggalkan sekolah.

***

 

Suasana semakin hening di area Hwaseong Academy. Tak terlihat satu pun murid di sana. Padahal beberapa menit yang lalu masih ada yang wara-wiri di area sekolah.

Junki telah selesai dengan tugasnya. Gahee sudah pamit lima belas menit yang lalu. Menyisakan Junki sendiri di dalam ruang guru. Ia menggeliat untuk melepas lelah sembari mengamati sekelilingnya. Hanya ada dirinya di dalam ruangan itu. Begitu sepi. Yang terdengar hanya suara jam dinding yang letaknya berada tepat di atas pintu masuk ruang guru. Junki bergegas merapikan barang-barangnya dan beranjak keluar.

Dengan langkah santai Junki berjalan menyusuri koridor sekolah yang kosong. Ia berjalan sembari membenahi letak tali tas yang bertengger di pundaknya. Dari arah berlawanan Shi Hoo berjalan dengan langkah tegasnya. Melihat kemunculan Shi Hoo, Junki yang sejak awal bergabung ke Hwaseong Academy sudah dihadapkan dengan Ketua Tim Tata Tertib itu karena ulah anak didiknya—Hyuri, Magi dan Suri—tiba-tiba merasa tak nyaman. Ia yakin pertemuannya dengan Shi Hoo kali ini pun tak akan berakhir baik. Guru transfer dari SMA Mae Hwa dan segala citra buruknya yang hingga kini masih disandang Junki kerap kali digunakan Shi Hoo sebagai senjata untuk memojokkan Junki dalam setiap situasi.

Junki memilih tetap menunduk saat berpapasan dengan Shi Hoo. Namun, tak lupa ia memberi salam pada seniornya itu.

“Pulang selambat ini, sepertinya rencanamu berhasil,” kata Shi Hoo yang sudah menghentikan langkahnya saat Junki memberi salam.

Mau tak mau Junki pun turut menghentikan langkahnya. Ia membalikkan badan untuk menghadap pada Shi Hoo yang bertahan berdiri membelakanginya. “Ada beberapa tugas yang harus saya selesaikan. Itu kenapa saya sampai pulang paling akhir.” Junki menjawab dengan jujur.

Shi Hoo menyunggingkan sebuah senyum mencibir saat mendengar jawaban Junki. Ia membalikkan badan dan berhadapan dengan Junki yang berdiri jarak dua langkah di depannya. “Aktingmu benar-benar sempurna!”

“Maaf?” Tanya Junki yang merasa salah dengar. Ia benar tak paham pada apa yang sedang dibicarakan Shi Hoo.

“Jadi, mereka benar-benar pilihan? Membawa tiga gadis itu masuk ke dalam Hwaseong Academy agar istana lebih mudah mengawasi mereka dan inikah puncaknya? Jadi, gadis itu yang kau lindungi mati-matian?”

“Apa maksud Seonbaenim?” Junki masih tak paham.

“Kau anggota Lesovik, kan?” Tuduh Shi Hoo.

“Nee??” Junki semakin dibuat bingung.

“Jujur ini juga sangat mengejutkanku. Dari ketiganya... aku memiliki keyakinan pada satu gadis, tapi kenapa dia? Apa ini taktik kalian?”

“Maafkan saya, Seonbaenim. Tapi, saya benar-benar tidak mengerti akan apa yang Seonbaenim katakan.”

Shi Hoo kembali tersenyum mencibir. “Tak apa. Teruslah berakting. Wajah yang lugu, tampan dengan kedua mata bersinar. Benar-benar innocent. Kalian memiliki aktor yang sempurna. Kau memang pantas untuk mengemban tugas ini. Siapa yang tak akan percaya jika kau hanyalah seorang guru biasa? Perlu kau tahu, kau tidak akan bisa berlama-lama berakting di sini. Perang terbuka sudah dimulai. Jadi, sebaiknya kau lebih berhati-hati mulai saat ini.” Ia pun meninggalkan Junki begitu saja.

Junki berdiri masih dengan ekspresi bingung, menatap punggung Shi Hoo yang berjalan semakin jauh meninggalkannya.

***

 

Jalan-jalan utama Kota Artemisia menjadi lautan manusia. Semakin mendekati jalan utama semakin sempit ruang gerak karena padatnya kerumunan. Semua ingin berdiri di barisan paling depan agar bisa melihat dengan jelas sosok Putri Ahreum yang fenomenal.

Sungrin berada di barisan paling depan. Dengan lincah ia bergerak mencari celah dalam kerumunan, membuka jalan untuk teman-teman yang berjalan di belakangnya. Seungho yang berjalan tepat di belakangnya membantu Magi untuk melewati kerumunan. L.Joe berjalan tepat di samping Magi. Sejak sampai di area keramaian, ia semakin erat menggenggam tangan Magi. Ia bertekad menjaga Magi dengan baik. Dengan dibantu Seungho, ia memberikan ruang bagi Magi untuk berjalan dicelah-celah kerumunan yang ditemukan Sungrin. Suri berjalan di belakang Magi dan L.Joe. Jonghwan berada tepat di belakangnya sebagai penutup barisan kelompok Magi.

Setelah berusaha keras, akhirnya Sungrin berhasil membawa rombongannya ke barisan paling depan. Walau sempat dimaki bahkan disikut, usahanya tak sia-sia. Saat ini ia dan teman-temannya telah berhasil berdiri di barisan paling depan kerumunan, tepat di tepi jalan utama. Suri dan Seungho kompak memberi pujian atas kerja kerasnya. Namun, ucapan terima kasih dari Magi lah yang paling membuat hatinya berbunga-bunga.

Sungrin berdiri di samping kiri Magi dan Seungho berdiri di belakangnya. L.Joe berdiri di samping kanan Magi. Suri berdiri di samping kiri Sungrin dan Jonghwan berdiri tepat di belakangnya. Mereka berkumpul di tepi jalan bersama ribuan massa untuk menunggu rombongan konvoi lewat di depan mereka.

Lima menit kemudian terdengar riuh sorak-sorai dari kerumunan massa yang berada di arah kiri. Tanda bahwa rombongan Raja telah tiba. Detak jantung Magi meningkat ketika mendengar kegaduhan itu. Ia meraih tangan kiri L.Joe dan menggenggamnya erat.

L.Joe terkejut ketika Magi tiba-tiba meraih tangan kirinya dan menggenggamnya dengan erat. Ia merasakan tangan Magi dingin namun berkeringat. Ia paham Magi sedang gugup namun tetap saja hal itu membuatnya khawatir.

“Kamu nggak papa?” Tanya L.Joe yang mendekatkan wajah ke telinga Magi. Ia khawatir Magi tidak akan mendengar suaranya yang kalah dengan sorak-sorai massa.

“Saya sangat gugup. Tolong jangan jauh-jauh dari saya,” pinta Magi dengan sungguh-sungguh.

“Aku di sini, bersamamu.” L.Joe membalas genggaman tangan Magi. Berusaha meyakinkan gadis itu jika semua akan baik-baik saja.

Magi merasakan kehangatan yang bermula dari tangan kanannya yang digenggam erat L.Joe mulai menjalari tubuhnya. Walau masih belum berhasil meredam rasa gugupnya, ia merasa lebih aman kini.

Kereta kencana pertama mulai terlihat. Joongki duduk di atasnya. Ia yang mengenakan kostum militer raja Wisteria Land terlihat sangat gagah. Wajahnya yang tampan dihiasi senyuman lebar dan tulus. Tangan kanannya tak lelah melambai pada rakyat yang berkumpul di kanan dan kiri jalan utama yang dilewati kereta yang menjadi tunggangannya. Kereta itu berjalan pelan dengan diiringi prajurit istana di samping kanan dan kirinya. Sedang di bagian depan rombongan ada dua mobil militer yang menjadi kendaraan beberapa prajurit pilihan.

Prajurit dan polisi yang ditugaskan menjaga jalan semakin siaga ketika kereta pertama melewati mereka. Mereka terus memperingatkan warga agar tak saling dorong hingga melampaui garis yang sudah dibuat.

Kereta kedua adalah kereta yang menjadi kendaraan untuk Ratu Kyeong Mi dan Putri Ha Mi. Senada dengan Joongki, wajah keduanya pun dihiasi senyuman lebar sambil sesekali melambai pada kerumunan massa.

Kereta ketiga adalah kereta yang paling ditunggu-tunggu karena di atasnya duduk Putri Ahreum yang selama ini menjadi misteri bagi seluruh penghuni Wisteria Land. Massa yang berkumpul semakin riuh ketika kereta yang membawa Hyuri muncul. Berbeda dengan antusiasme massa, Hyuri yang duduk di atas kereta hanya diam dengan kepala sedikit tertunduk. Menatap kerumunan massa membuatnya merasa teradili. Karena itu ia memilih untuk menghindar, tapi sesekali masih mengangkat kepala untuk mengintip kondisi jalan.

Seungho terus berteriak memanggil nama Hyuri ketika kereta ketiga mulai terlihat. Sungrin tak kalah antusias membantunya dengan turut berteriak memanggil nama Hyuri. Namun, Hyuri tetap duduk dengan kepala tertunduk. Ia pasti tak bisa mendengar teriakan Seungho dan Sungrin karena teredam oleh riuh sorak-sorai massa.

Suri menatap Hyuri yang duduk di kereta. Rasa kasihan dan juga benci memenuhi ruang di dadanya. Rasanya begitu sesak hingga membuatnya ingin menangis. Sekuat tenaga ia menahan agar air mata itu tidak jatuh. Menangisi Hyuri di tengah kerumunan massa dan di depan Magi bukanlah pilihan yang bagus. Jika ia menangis di sini dan Magi melihatnya, pasti gadis itu akan merasa sedih.

Magi pun terfokus pada Hyuri. Melihat Hyuri duduk dengan kepala tertunduk seperti itu membuat hatinya sakit. Hyuri berada di sana adalah karena kesalahan yang ia buat. Hyuri terjebak sebagai boneka dan berpura-pura sebagai Putri Ahreum adalah karena kesalahan yang ia buat. Rasa sesak di dadanya semakin menjadi, bahkan kedua matanya mulai terasa panas. Maafkan aku, Hyuri-ya... bisik Magi dalam hati ketika kereta yang ditumpangi Hyuri melintas di depannya.

Kedua mata bulat Magi terbeliak bersamaan dengan seruan terkejut massa ketika melihat sebuah benda melayang dan kemudian jatuh tepat menimpa pundak kanan Hyuri. Telur busuk itu pecah dan mengotori baju Hyuri.

Hyuri yang mendapat serangan tiba-tiba itu pun terkejut. Spontan ia menyentuh pundak kanannya. Ada sesuatu yang lengket dan menguarkan bau busuk di sana.

“Dia bukan Putri Ahreum! Dia putri palsu! Dia penipu!” Sesosok dengan baju kotor dan compang-camping tiba-tiba muncul dan meracau. “Dia putri palsu! Dia bukan Putri Ahreum! Dia menipu kita semua dan mengakui dirinya sebagai Putri Ahreum.”

Mendengar seruan tentang Putri Ahreum yang sedang duduk di atas kereta untuk mengikuti konvoi, massa yang berkerumun pun jadi ribut.

“Hahaha. Dia palsu! Dia putri palsu! Dia bukanlah Putri Ahreum yang sebenarnya. Dia palsu. Hahaha.” Pria itu melanjutkan racauannya dan sesekali tertawa terbahak.

Polisi dan prajurit berusaha menangkap pria pengacau yang tiba-tiba melempar telur busuk pada Hyuri dan kemudian meracau.

Melihat para petugas berlari menuju padanya, pria itu pun berusaha menembus kerumunan untuk melarikan diri. Karena kejadian itu, kekacauan di tengah kerumunan massa pun tak bisa dihindari.

***

 

You Might Also Like

0 comments

Search This Blog

Total Pageviews