The Next Story Of Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’ (다음 이야기 화성 아카데미’사랑, 음악과 꿈’)

04:52

The Next Story Of Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’
            다음 이야기 화성 아카데사랑, 음악과
 
. Judul: The Next Story Of Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’
. Revised Romanization: da-eum iyagi Hwaseong Akademi 'salang, eum-aggwa kkum'
. Hangul: 다음 이야기 화성 아카데미사랑, 음악과
. Author: shytUrtle
. Rate: Serial/Straight
. Cast
- Fujiwara Ayumu (
藤原歩) aka Jung Jiyoo (정지유)
- YOWL
1. Kim Jaejoong (
김재중)
2. Oh Wonbin (
오원빈)
3. Lee Jaejin (
이재진)
4. Kang Minhyuk (
강민혁)
- Song Hyuri (
송휴리)
- Kim Myungsoo (
김명수)
- Jang Hanbyul (
장한별) and all cast in Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’ ver. 1


New Cast:
- Jung Shin Ae
- Trio Orenji High School:
1. Kim Hyerien
2. Han Sunyoung
3. Song Hami
- Kim Taerin
- Kim Changmi
- Etc…
   

Cinta, musik dan impian adalah tiga ritme yang mampu membuat manusia tetap bersemangat dalam hidup. Cinta akan menunjukan jalan untuk meraih impian, dan musik memberikan harapan dalam mengiringinya. Cinta menguatkanmu, musik menginspirasimu dan impian akan memberimu ribuan harapan untuk tetap berjuang dan hidup…
 
 
EPISODE #11
Jaejoong merangkul Taerin, namun ia diam sepanjang perjalanan menuju kediaman mereka. Taerin melihat mobil Hanbyul terparkir dan juga Jaejoong di tempat yang sama. Taerin paham apa yang penyebab kemurungan Jaejoong.
“Oppa datang di saat tak tepat?” Taerin memulai obrolan.
“Hanbyul yang baru sampai, dia yang datang di saat tak tepat. Dia sering kemari?”
“Eum, entahlah. Lalu kenapa Oppa yang mengalah dan pergi?”
“Aku akan lebih lama di sini, tapi Hanbyul tidak. Jika tak sering-sering kemari untuk bertemu Ai, aku rasa Hanbyul akan sangat menyesal.”
“Ha? Kenapa begitu?”
“Kemungkinan Hanbyul akan kembali ke Amerika. Hanbyul lolos seleksi masuk tim basket remaja di Amerika. Ini impiannya sejak lama, tapi Hanbyul merasa terombang-ambing kini. Ia merasa bingung, haruskah pergi mengejar mimpinya atau tetap tinggal bersama Ai di sini.”
Senyum menyincing terkembang di bibir Taerin, “Hanbyul pikir ini drama televisi? Maaf, menurutku ini sangat konyol. Apalagi jika ia memilih tetap tinggal. Dimana logikanya sebagai lelaki?”
Jaejoong menghentikan langkah mendengar komentar Taerin. Ia menghadap lurus pada Taerin. “Konyol? Mungkin. Tapi cinta tak mengenal kata konyol itu sendiri.”
“Seperti yang Oppa lakukan? Ok, ok. Lalu, kemana Noh Yiyoung yang sempat Oppa elu-elukan sebagai bidadari kala itu? Ini semua, membuang waktu saja!”
“Lalu bagaimana denganmu? Bagaimana dengan kecintaanmu pada kesendirian dan buku-buku itu? Bagi orang lain yang tak sejalan denganmu, itu juga membuang waktu saja.”
Taerin menggembungkan kedua pipinya. Ia kalah. Tak tahu harus menjawab apa atas pernyataan Jaejoong.
***
Hanbyul melepas genggaman tangannya pada tangan Ai. Ia tersenyum dan berdiri tepat di hadapan Ai. Hanbyul kemudian mundur tiga langkah dari tempat ia berdiri kini. Ai diam menatapnya, namun dalam pikirannya ia terus menerka-nerka maksud Hanbyul membawanya kemari.
“Flashback?” Celetuk Ai kemudian.
Hanbyul tersenyum dan mengangguk. “Seingatku, di sini pertama kali aku menginjakan kakiku di Jeonggu Dong. Aku berdiri di sini, bingung tak tahu harus mulai dari mana untuk mencari rumah Myeongran Nuna. Ada rasa takut, meningat bagaimana citra Jeonggu Dong di luar sana. Tiba-tiba seorang gadis muncul, dari arah tempat kau berdiri kini. Gadis itu muncul dengan beberapa pria di belakangnya. Gadis yang tak lain adalah member YOWL yang cukup membuat gempar Hwaseong Academy kala itu. Kau tahu apa yang aku rasakan ketika kau tiba-tiba muncul kala itu? Takut. Selama ini aku hanya berdiri di belakang Myungsoo, dan malam itu, aku sendirian di sini. Kau muncul dengan beberapa anak buahmu. Aku berpikir, kau pasti akan mengambil kesempatan ini untuk membalas apa yang di lakukan Viceroy, pada YOWL. Aku pasrah.” Hanbyul menghembuskan napas panjang. ”Tapi, semua yang berkecamuk di otakku malam itu, salah. Seorang Fujiwara Ayumu, membantuku. Sepanjang perjalanan, aku terus bertanya dalam hati, apa yang ada di benaknya? Kenapa ia membantuku? Belum terjawab tentang itu, muncul pertanyaan baru, kenapa orang-orang memanggil gadis ini ‘Nona’ dan tampak begitu menghormatinya?”
Ai tersenyum mendengarnya. “Dalam perjalanan pulang, semua pertanyaan it uterus berputar-putar di otakku, tanpa aku sadari kau menghentikan langkahmu dan aku hampir menabrakmu dari belakang. Lalu kau mundur selangkah dan berdiri tepat di samping kananku dan mengatakan,  “Kau bukan bodyguard, jadi jangan berjalan dibelakang ku,”. Aku dibuat tak paham, dan kau mengatakan dengan nada ketus itu, “Berjalan beriringan, paham tidak?”  Dan kita mulai berjalan, beriringan. Lalu kau kembali bertanya, apa aku takut padamu.” Hanbyul tersenyum mengenangnya. “Setelah itu, begitu banyak kebetulan menghampiri kita.”
“Kau membuat kehebohan karena tiba-tiba menggendongku ke klinik.”
“Kau membuatku panik. Pucat, kesakitan dan… saat sampai di klinik, bukannya berterima kasih, kau malah mengatakan, “Kau bisa mati Jang Hanbyul,”. CK! Aku bukan pria lemah!”
“Kau masih mengingatnya. Kala itu, apa Myungsoo sangat marah padamu? Viceroy dan YOWL bagai Tom and Jerry kala itu.”
“Tidak. Myungsoo itu, tak banyak bicara. Aku heran bagaimana kau bisa menarik perhatiannya.”
“Lalu bagaimana aku menarik perhatianmu? Aku pun heran dan sempat berpikir ada yang salah dalam dirimu karena kau bisa tertarik padaku.”
“Apa??” Hanbyul tertawa geli kemudian. “Sejak kau menolongku di Jeonggu Dong, aku terus memikirkan tentangmu. Banyak hal yang membuatku penasaran darimu. Pernah sekali, aku melihatmu dengan Jang Wooyoung di belakangmu. Ekspresimu kala itu, sungguh lucu.” Hanbyul kembali tersenyum mengenangnya. “Semua kebetulan itu, yang paling mengejutkan, Song Hyuri. Tanpanya mungkin, aku tak akan bisa sampai pada titik ini. Nomer ponselmu, Hyuri yang memberikannya padaku.” Hanbyul maju lebih dekat pada Ai. “Semua yang terlewati, sangat manis. Kebetulan di café, di ruang ganti, tertinggalnya posnelmu, dan Namsan.”
“Aku hampir pingsan di ruang sempit penyimpanan alat-alat kebersihan itu.”
“Oh, itu? Iya, bagaimana aku bisa menyeretmu masuk ke sana?” Hanbyul menatap Ai. Seperti memutar ulang sebuah video, ingatan itu kembali muncul di benak Hanbyul. Ketika ia dan Ai berada dalam ruang sempit di bawah tangga tempat penyimpanan alat-alat kebersihan. Ruangan ini terlalu sempit untuk mereka berdua. Dan entah sadar atau tidak, Hanbyul memeluk Ai dengan tangan kirinya sedang tangan kananya masih menggenggam tangan Ai. Suara langkah itu semakin jauh kemudian tak terdengar lagi. Hanbyul juga Ai tersenyum lega dan baru mereka sadari bagaimana posisi mereka dalam ruangan sempit ini. Hanbyul dan Ai sama-sama menarik diri membuat alat-alat kebersihan disekitar mereka berantakan.
Hanbyul kemudian tertawa geli, “Itu konyol.” Ia menggeleng pelan. “Saat akan ke Namsan, bagaimana kau menyampaikan pesan untuk kita bertemu di taman, itu keren. Untung aku ini cerdas, jadi cepatn tanggap.”
“Kau mencuri banyak gambar saat di Namsan!”
“Itu kau.” Keduanya kembali tersenyum. “Apa ini efek dari gembok cinta itu? Hingga akhirnya kau juga menyukaiku? Apa yang membuatku menyukaiku?”
“Entahlah.”
“Entahlah?”
“Tiba-tiba saja. Seperti dalam dongeng, cinta bersemi di tengah peperangan.”
“Ish!” Hanbyul mengelus kepala Ai. “Saat kau tertimpa atap, itu benar-benar membuatku takut.” Hanbyul memegang kedua lengan Ai. “Aku tak akan berjalan di belakangmu lagi, karena aku bukan bodyguardmu, tapi aku akan berjalan di sampingmu, karena aku pendampingmu. Aku akan berjalan di sampingmu, selalu. Aku tak ingin jauh darimu lagi. Aku ingin bersamamu, memilikimu, selamanya.” Hanbyul menatap lekat Ai.
“Andai malam ini, kita kembali pada titik itu, mungkin semua bisa diperbaiki.”
“Ini sempurna menurut-Nya bagi kita. Tak ada yang ingin aku rubah, tak ada yang harus diperbaiki. Inilah taakdir, kau dan aku hingga sampai pada titik ini.”
“Kau merasa terombang-ambing kini.” Ai menatap Hanbyul, begitu sebaliknya. Ai tersenyum daan perlahan menyentuh wajah Hanbyul, “Star…” bisiknya lirih.

Hanbyul membaringkan tubuhnya di bangku panjang di depan rooftop Ai. Kepalanya bersandar pada pangkuan Ai yang duduk di bangku yang sama. Hanbyul tersenyum dengan mata terpejam. Tangan kanan Ai berada di dada Hanbyul dan menepuknya pelan, seperti seoraang ibu yang menina-bobokan anaknya. Damai. Hanbyul merasa sangat damai malam ini. Sejenak gemuruh yang bergejolak di dadanya redam. Hanbyul menggenggam tangan Ai kemudian.
***
YOWL bekerja keras mempersiapkan debut mereka. Di basecamp juga terlihat sibuk. Yongbae dan ketujuh anak buahnya sibuk mengangkat barang-barang masuk ke dalam basecamp. Semua keperluan untuk membangun gudang bunga di lahan kosong di samping rumah Paman Hwang telah dikirim oleh TOP. Shin Ae sibuk memberi komando dimana barang-barang itu harus diletakan. Minhwan yang sejak mengenal Shin Ae jadi rajin mengunjungi basecamp, juga terlihat membantu. Byunghun yang selalu diseret Minhwan untuk turut serta juga tak kalah antusias membantu. Sesekali Byunghun bercanda bersama Kibum dan Wooyoung.
Tak hanya Byunghun daan Minhwan yang terihat di basecamp sore ini. Euichul juga berada di sana. Ia sibuk berdiskusi bersama Minki. Ai duduk dan fokus pada tumpukan buku-buku di depannya. Jinwoon yang menemani Ai juga samaa, menunduk fokus membaca buku di depannya. Daehyun juga demikian, tapi sesekali ia  mecolek Ai lalu mengungkapkan apa yang ia temukan sebagai usulan untuk nama basecamp. Ai lebih banyak mengacuhkan Daehyun, hanya menggeleng sambil menghela napas panjang karena kesal. Ini entah yang ke berapa, dahi Ai mengkerut menatap Daehyun yang lagi-lagi mencoleknya. Daehyun meringis dan kembali membaca kamus bahasa Inggris di depannya.
Semua selesai. Mereka duduk istirahat dan makan. Ai masih bertahan di tempat ia duduk, tak turut makan bersama yang lain. Ai yang duduk menghadap pintu tiba-tiba berdiri. Yongbae meletakan kotak makanannya dengan kesal kemudian berdiri. Minki dan Wooyoung pun demikian. Mereka berdiri mendampingi Ai. Euichul menahan Byunghun ketika pemuda itu akan bangkit dari duduknya. Ia meminta yang lain tetap duduk tenang. Hanya Minki, Wooyoung dan Yongbae yang berdiri mendampingi Ai. Mereka menyambut kubu lawan yanag sering mereka sebut ‘para pembangkang’.
Pria dengan gaya sok jagoan itu masuk ke dalam basecamp ditemani Sembilan orang anak buahnya. Kim Hyunsik rentenir yang dahulu hendak menyita gedung milik Bibi Han ini ketika Bibi Han terlibat hutang padanya. Dia bertindak sebagai tangan kanan dari pimpinan tertinggi kelompok ‘para pembangkang’ ini. Kubu Hyunsik dan kubu Ai bertemu. Saling berhadapan.
“Jadi memulai persiapan perang? Dulu gedung ini lalu sekarang lahan kosong itu?” Kata Hyunsik. “Walau satu tanganmu lumpuh, kau tak bisa diremehkan, ini mengagumkan. Kau bahkan membuat anak buahku tunggang langgang kala itu.”
“Terima kasih tak mengacau Hwaseong Academy lagi.” Ai dengan tenang. “Kami hanya berbenah.” Imbuhnya.
“Memperluas wilayah?”
“Siapa saja berhak memperluas wilayahnya di sini. Apa yang membawa Anda kemari?” Ai masih dengan sopan. “Bukankah masalah hutang piutang Bibi Han telah beres?”
Hyunsik menatap Ai, Minki, Wooyoung dan Yongbae. “Ini akan benar menjadi perang. Apa untungnya bagimu mengotak-atik Jeonggu Dong?”
“Jika aku jelaskan pada Anda, belum tentu juga Anda paham.” Ai terdengar mengejek membuat senyum terkembang di wajah Minki dan sukses membuat Wooyoung dan Yongbae menahan tawa geli mereka. Hyunsik kesal dibuatnya. “Aku akan segera menemuninya, Bos Besar kalian. Aku benci kekerasan, jadi aku mohon hentikan membuat gara-gara. Tolong hargai wilayah kami selama kami berbenah.”
Hyunsik diam dan kemudian pergi begitu saja meninggalkan basecamp. “Mereka berani menginjakan kaki mereka di sini,” komentar Yongbae, “Nona benar akan menemui bos mereka?”
“Tidak ada jalan lain. Semua ini sebenarnya hanya salah paham bukan?”
“Tapi tidak akan mudah memberi penjelasan pada mereka. Ini terlalu beresiko.” Jawab Wooyoung.
“Tidak ada salahnya mencoba untuk bicara langsung. Aku yakin jika Jiyoo menggunalan bahasa yang tepat, maka salah paham bisa diatasi.” Minki ikut bicara.
***
“Seperti inilah situasi yang sebenarnya. Ini akan terlalu beresiko bagi kalian jika kalian sering-sering kemari. Oppa, Daehyun, Byunghun, Minhwan. Aku tak mengatakan ini pada Jaejoong dan member YOWL yang lain, juga Hanbyul.” Ai menutup penjelasannya.
“Jang Hanbyul? Jadi benar kalian menjalin hubungan khusus? Kalian pacaran?” Buru Daehyun penasaran dan segera mendapat sikutan Jinwoon. “Maaf.” Daehyun menundukan kepala.
“Kami akan merahasiakan ini dari Hanbyul, iyakan Minhwan?” Janji Byunghun yang segera diamini anggukan kepala Minhwan.
“Lalu tentang surat yang dikirim padaku, apa ada perkembangan?” Tanya Daehyun dengan tampang polosnya.
“Surat?” Tanya Byunghun.
“Kami masih menyelidiknya.” Jawab Wooyoung.
“Itu surat ancaman.” Daehyun kembali bicara. “Foto dengan tulisan ‘bagaimana jika ini tersebar?’ Bahkan pelaku memakai permainan karakter font penulisan surat.”
“Foto apa?” Tanya Byunghun penasaran.
Ai menatap kesal Daehyun. “Fotoku dan Youngduk Songsaengnim, entah siapa yang mengambilnya.” Terang Ai.
“Kau dan Kim Youngduk Songsaengnim??” Pekik Minhwan. “Apa yang kalian lakukan??”
“Hanya mengobrol di kantin, dan ketika Kim Youngduk berempati dengan memegang tangan Jiyoo, seseorang memotretnya, lalu mengirimnya pada Daehyun.” Jinwoon melanjutkan penjelasan Ai.
“Kami tak tahu.” Minhwan lirih.
“Lalu kenapa dikirim pada Daehyun? Berarti pelaku tahu seluk beluk tentangmu.” Byunghun mengutarakan pendapatnya. “Karena kau dan Daehyun masih punya hubungan saudara. Siapa pelakunya?” Byunghun penasaran.
“Satu foto lagi dan surat ancaman yang sama dikirim pada Jinwoon Oppa. Foto itu diambil di sini, Jeonggu Dong.” Ungkap Ai lagi-lagi membuat Byunghun terkejut.
“Di sini tak ada yang gemar mengambil gambar kecuali aku.” Kibum angkat bicara.
“Apa mungkin orang bayaran? Yang bersedia mengawasimu selama 24jam penuh?” Byunghun kembali urun pendapat. “Jadi begini rumit. Aku rasa musuhmu tak hanya satu.”
“Minuman dingin!” Shin Ae menyela.
Semua kompak menatap Shin Ae. Byunghun, Jinwoon dan Daehyun menatap curiga pada Shin Ae.
***
Minggu pagi menjelang siang. Ai masih bertahan di dalam rooftop-nya. Ia dibuat pusing oleh jumlah debit keuangan yang ia miliki kini. Ai kembali mengurut keningnya. Terdengar bunyi bel berdering. Siapakah yang bertamu sepagi ini? Pikir Ai. Dengan malas Ai berjalan menuju pintu. Ai terkejut ketika pintu terbuka. Kim Changmi, Son Naeun dan seorang wanita sudah berdiri di depan pintu.
Semua duduk mengitari meja di ruang tamu. Ai menatap Naeun, Changmi kemudian wanita yang sedari tadi terus menatapnya. Wanita itu diam, namun wajahnya tersenyum menatap Ai.
“Ibuku.” Changmi memecah kebisuan. “Sangat ingin bertemu denganmu, karenanya aku membawa Ibuku kemari.”
“Ini karena… Kim Yoojin?” Ai langsung pada pokok kemana maksus kunjungan ini.
“Iya. Ibuku mengikuti segala sesuatu tentang Hwaseong Academy setelah kematian Yoojin Onni di sekolah. Termasuk rumor tentangmu yang sempat beredar, kau berbicara dengan hantu di toilet siswi kelas X. Ibu ingin aku mengenalmu. Itu alasan kenapa kami membuntutimu tempo hari. Dan Ibu ingin bertemu denganmu, secara langsung.”
“Apa kami mengganggumu, Nak?” Kata Ibu Changmi lembut.
“Tidak.” Ai tersenyum. Ai terkejut ketika Ibu Changmi tiba-tiba meraih tangannya dan menggegnggamnya.
“Kau benar-benar melihatnya? Kau bicara dengannya?” Buru Ibu Changmi.
“Iy-iya.”
Ibu Changmi tersenyum dengan mata berkaca-kaca. Genggaman tangannya mengendur dan ia kembali duduk menundukan kepala.
Ai turut sedih melihatnya. “Kim Yoojin, sudah menyeberang kini. Dia tak ada lagi di toilet sekolah.” Terang Ai lirih.
Air mata Ibu Changmi meleleh. Bahunya bergoyang karena tangisannya. Kesedihan dan penyesalan kembali mengurungnya. Ai tak tega melihatnya. Ia mendekati Ibu Changmi dan memeluk wanita itu. Ibu Changmi terperanjat beberapa detik saat Ai memeluknya. Ibu Changmi tidak hanya melihatnya namun juga merasakannya. Kebahagian dan kehangatan Yoojin ketika arwah gadis cantik itu menemani hari-hari Ai. Hingga saat terakhir Yoojin memeluk Ai. Ibu Changmi melihat senyum Yoojin sebelum gadis itu hilang menjadi butiran-butiran cahaya putih terang yang segera menghilang di udara. Ibu Changmi kembali menangis dan mendekap tubuh Ai. Changmi dan Naeun turut menitikan air mata melihatnya.

Ai mengantar ketiganya turun. Ibu Changmi terlihat lebih tenang. Ia tersenyum kembali mengelus wajah pucat Ai.
“Datanglah saat kami menggelar upacara untuknya, kau mau kan?” Pinta Ibu Changmi sebelum pergi.
“Akan saya usahakan untuk datang.” Ai menyanggupi.
“Kau bisa memanggilku ibu, seperti yang Yoojin lakukan.”
Ai tersenyum dan mengangguk. Ibu Channgmi masuk ke dalam taksi disusul Naeun. Changmi berdiri di depan Ai. “Terima kasih.” Ucapnya seraya tersenyum tulus kemudian masuk ke dalam taksi.
Ai menghela napas panjang menatap taksi yang berjalan meninggalkannya. Ai tersenyum kemudian menoleh. Di seberang jalan Taerin berdiri menatapnya. Ai balas menatap Taerin. Keduanya saling menatap sejenak, sebelum akhirnya Taerin berjalan pergi. Ai menggelengkan kepala dan kembali menaiki tangga menuju rooftop-nya.
***
Hanbyul sedang menemani Ai di teras rooftop ketika Minki tiba. Sepasang kekasih ini sedang bercanda. Minki tersenyum dan berjalan mendekat.
“Oppa.” Ai tersenyum menyambut Minki.
“Jadi ini yang menahanmu seharian di rumah?” Goda Minki duduk bergabung.
“Aku baru saja sampai, Hyung.” Sanggah Hanbyul.
“Terjadi sesuatu di florist?” Tanya Ai.
“Lee Junki datang mencarimu.” Jawab Minki singkat.
“Ap-apa?? Lee Junki Sonsaengnim??” Ai menatap Minki lalu Hanbyul. Ia tak percaya mendengarnya.
“Memangnya ada Lee Junki yang lain?”
“Untuk apa mencariku? Ke florist?? Kenapa tak kemari saja.” Sesal Ai.
Hanbyul terlihat sedikit cemburu melihat ekspresi Ai. Minki yang menyadarinya tersenyum. “Lee Junki mempercayakan pernikahannya pada Morning Glory Florist.” Lanjut Minki.
“Mwo???” Ai terkejut lebih dari sebelumnya hingga mulutnya membulat. “Pernikahannya???”
“Ck! Kau terkejut karena tawaran kerjasama itu atau karena pernikahan Lee Junki?” Minki kesal.
“Dua-duanya.”
Hanbyul tersenyum melihat ekspresi Ai. Baginya ini pertama kali Hanbyul melihat Ai dalam ekspresi yang terlihat bodoh. Sangat alami.
“Oppa menerimanya??” Buru Ai penasaran.
“Karena tak bertemu denganmu langsung hari ini, ia akan menemuimu besok, di sekolah mungkin.”
“Lee Junki Sonsaengnim datang bersama calon istrinya?”
“Tidak. Dia datang dengan wanita yang membantu kalian kala itu, guru wanita itu.”
“Park Gahee Sonsaengnim?”
“Iya, dia itu.”
“Kenapa memilih kita? Ini aneh.”
“Kau merasa tertusuk?” Minki kemudian melirik Hanbyul. “Jang Hanbyul, kau tahu tentang ini sebelumnya?”
“Iya, Hyung? Ah, tidak. Tapi menurut penilaianku, ya Jiyoo-ya, kau pernah menyukai Junki Sonsaengnim?”
“Jika, iya, apa kau akan menertawakan aku?” Ai lirih.
Hanbyul tersenyum geli. “Itu wajar. Hanya sedikit mengejutkan, kau suka pria yang jauh lebih tua darimu. Ah, tapi itu wajar. Lee Junki Sonsaengnim memang keren. Tapi tetap saja aku lebih keren darinya, karena aku berhasil menakhlukan Fujiwara Ayumu yang terkenal itu.” Ai tersipu mendengarnya. “Menurutku, karena kau adalah sahabat baginya, karena itu Lee Junki Sonsaengnim mempercayakan dekorasi pernikahannya padamu. Ini semacam penghargaan yang ingin Beliau berikan padamu. Penghargaan atas rasa suka yang pernah kau berikan padanya.”
Ai terdiam menatap Hanbyul. Minki diam menatap Ai. “Eum, kita tunggu saja bagaimana besok.” Ai kemudian tersenyum.
“Begitu lebih baik.” Hanbyul membalas senyum. Minki turut tersenyum. “Hyung, boleh aku ajak Ai jalan-jalan sebentar?” Hanbyul meminta izin.
“Harusnya kau bertanya padanya.” Minki menggerakan kepala menunjuk Ai.
-------
Hanbyul menggandeng tangan Ai menyusuri jalanan Hongdae yang lumayan ramai di Minggu malam ini. Keduanya berhenti di depan stan pedangang asesoris. Ai asik mengamati cincin. Hanbyul tersenyum melihatnya lalu mengamati deretan kalung. Hanbyul tersenyum menemukan sebuah kalung. Tanpa sepengetahuan Ai, Hanbyul membeli kalung itu.
Ai menghentikan langkahnya di depan restoran milik Ibu Myungsoo. “Kim Myungsoo.” Ai sambil menunjuk restoran yang tampak ramai itu. “Pertama kali aku bertemu dengannya di sana.” Ai menunjuk tempat dimana ia biasa bermain gitar. Ia heran melihat padatnya orang berkerumun di sana. Ai mengerutkan dahi. Ia penasaran ada apa dengan kerumunan itu. Ai buru-buru mendekat. Hanbyul sedikit berlari menyusulnya.

 
---TBC---
 
  shytUrtle
 

You Might Also Like

0 comments

Search This Blog

Total Pageviews