¤ HWASEONG ACADEMY -Love, Music and Dreams- (화성 아카데미-사랑, 음악과 꿈-) ¤

03:15

¤ HWASEONG ACADEMY -Love, Music and Dreams- (화성 아카데미-사랑, 음악과 꿈-) ¤

 

 

. Judul: Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’
. Revised Romanization: Hwaseong Akademi ’salang, eum-aggwa kkum’
. Hangul: 화성 아카데미’사랑, 음악과 꿈’
. Author: shytUrtle_yUi
. Rate: Serial/Straight
 
 Episode #15

Seperti yang sudah-sudah, hanya selang beberapa menit saja, skandal Jinwoon-Ai-Minhwan sudah mengisi halaman Hwaseong Academy Community. Tidak hanya itu, foto-foto Ai bersama Hanbyul dan Byunghun juga turut menghiasi komunitas khusus murid Hwaseong Academy itu. Semua murid di buat terkejut dengan di unggahnya foto-foto itu. Foto Hanbyul mengusap kening Ai dengan sapu tangan. Foto Ai dan Byunghun di dalam gedung olah raga. Serta foto Minhwan memapah Ai melewati Jinwoon, kini menjadi bahasan hampir seluruh murid.

*Good Charlotte-Keep Your Hands Of My Girl*

Jaejoong menghampiri Hanbyul yang sedang duduk bersama Jungshin di taman. Sedang Minhyuk dan Jaejin menghadang langkah Byunghun dan Minhwan. Jaejoong menatap sinis pada Hanbyul, begitu pula Minhyun dan Jaejin pada Byunghun dan Minhwan.

“Apa ini karena foto-foto itu?” tanya Byunghun.
“Apa maksud dari semua ini?” Minhyuk balik bertanya.
“Apa ini termasuk tak-tik kalian?” sambung Jaejin.
“Bukan kami yang menyebarkan foto-foto itu,” bantah Minhwan. “Kami juga di buat kerepotan karenanya.”
“Sebaiknya kalian berhenti sekarang! Berhenti menganggu gadis kami, Ai.” Minhyuk menegaskan. “Apa maksud semua ini? Taruhan kalian?”
“Minhyuk... itu, itu tidak seperti yang kau duga,” Minhwan kembali membantah.
“Kami tidak segan memakai cara kekerasan. Kami tidak takut sekali pun itu Woo Sunghyun.” Ancam Jaejin.
“Ini peringatan pertama dan terakhir bagi kalian!” imbuh Minhyuk yang kemudian pergi bersama Jaejin.
“Ottokke??” bisik Minhwan. Byunghun memijat keningnya dan menggeleng. “Bukankah harusnya mereka menemui Jinwoon Sunbaenim juga?” imbuh Minhwan.

Hanbyul bangkit dari duduknya dan berdiri tepat berhadapan dengan Jaejoong. “Maksud kedatangan mu...”
“Jauhi gadis ku!” potong Jaejoong yang masih menatap sinis Hanbyul. “Ini peringatan pertama dan terakhir bagi kalian, jauhi gadis ku!”
Hwaseong Academy Community makin ramai ketika foto-foto member YOWL menemui member Viceroy juga diunggah beberapa menit kemudian.
-------

“Mwo?? Hagh!” Hyuri tersenyum geli. “Kau pikir aku akan menggunakan cara rendahan ini untuk mengacaukan kalian? Lagi pula aku tidak punya banyak waktu untuk menjadi penguntit, itu bukan keahlian ku. Menggelikan memakai skandal ini untuk menghancurkan kalian? Itu bukan jalan yang aku pilih.”
“Kau mengelak?” tandas Myungsoo.
“Mengelak?? Oh, jadi hanya ini yang bisa kau lakukan? Menuduh dan menuduh? Kenapa tidak kau tanyakan pada member-member Viceroy itu? Kenapa mereka ada di sekitar Ai? Oh, atau jangan-jangan kalian merencanakan Ai sebagai taruhan?”
“Mwo??”
“Ini aneh. Kenapa tiba-tiba member Viceroy ada di sekitar Ai? Dan kau, dengan sikap-sikap mu ini, menurut ku semakin menunjukan betapa kecil dan lemahnya diri mu, Kim Myungsoo.”
“Song Hyuri!”
“Nada mu meninggi? Sunbaenim? Jangan membentak ku! Jika kau merasa hebat, carilah bukti dan berhenti menuduh orang tanpa bukti!” Hyuri melewati Myungsoo dan pergi.
“Hah!!” Myungsoo mengacak rambutnya. “Anak itu! Dia benar-benar!”
-------

“Hyuri. Kau menemukan Ai?” Kibum berlari menghampiri Hyuri.
“Bukannya dia di klinik? Joongki Oppa mengirim pesan pada ku, katanya Ai sedang tidur. Aku akan menjenguknya.”
“Nona tidak ada di kamarnya. Kami tak menemukan Nona di rumah Paman Lee juga di taman belakang sekolah.” Terang Wooyoung.
“Hah! Apalagi ini?? Anak-anak YOWL menemui anak-anak Viceroy?? Ini benar mereka??” Kibum menatap layar ponselnya dan Hyuri juga Wooyoung segera bergabung. “YOWL melabrak Viceroy??”
“YOWL melabrak Viceroy dan Viceroy melabrak ku?” bisik Hyuri.
“Wae??” tanya Kibum.
“Ah, aniya.”
“Oh, Hyuri. Apa mungkin Ai di toilet?”
“Ah, aku akan melihatnya. Ayo!”

Kibum dan Wooyoung menunggu agak jauh dari toilet. Hyuri kembali namun tak bersama Ai. Hyuri, Kibum dan Wooyoung kembali mencari Ai. Tanpa sengaja mereka bertemu Sunghyun yang mengamati tempat kejadian dimana Ai tertimpa lapisan atap. Tempat itu sudah di bersihkan namun luka di atap masih di biarkan menganga.

“Gadis ini benar-benar kuat. Dia bahkan tidak pingsan dan yang aku dengar dari Minhwan, dia tetap dalam kondisi stabil,” Sunghyun bicara lalu menatap tiga teman Ai yang berhenti di lorong itu.”Padahal beberapa kasus menyebabkan amnesia sementara dan kehilangan keseimbangan selama beberapa sa’at.”
“Faktor keberuntungan, Ai akan menjawabnya demikian jika kau bertanya.” Jawab Kibum.
“YOWL menemui Viceroy, ini keren bukan? Don’t touch my girl. Apa dia baik sekarang?”
“Ai menghilang. Tidak ada di klinik juga di semua tempat ia biasa berada.” Jawab Hyuri.
“Kami belum menemukannya.” Imbuh Wooyoung.
“Hobi sekali melarikan diri. Ma’af aku tidak bisa membantu.” Sunghyun tersenyum lalu pamit pergi.
“Kalian tahu, menurut ku hanya dia yang normal dalam Viceroy. Aku pernah melihatnya beberapa kali menonton pertunjukan YOWL di club milik Paman Yoo Jaesuk.” Kata Kibum.
“Viceroy Woo Sunghyun menonton pertunjukan YOWL??” Hyuri tak percaya mendengarnya.
“Entah kenapa aku merasa ia dan Ai saling kenal.”
“Ayo kita mencari Nona.” Sela Wooyoung.

Joongki tersenyum melihat kotak bekalnya. Ai tiba-tiba menghilang dan belum kembali hingga kini. Joongki heran, apakah obat tidur yang ia campur dalam minuman Ai tak bereaksi pada gadis itu? Padahal Joongki melihat isi dari botol air mineral itu berkurang separuh lebih.

Jinwoon duduk menyendiri di tribun penonton lapangan sepak bola. Jerit suara Ai sewaktu memanggilnya ‘Oppa’ terus terniang di telinga Jinwoon. Kejadian di koridor itu terputar berulang kali di otak Jinwoon. Ia menunduk dan menutup wajah dengan kedua tangannya.
-------

“Omo! Kapchagi!” Minhwan kaget sa’at membuka pintu ruang latihan yang biasa menjadi markas Viceroy di sekolah. Minhwan kaget mendapati Ai sudah duduk di sofa. Ai duduk dengan tatapan datar itu dan tetap tenang. Kelima member Viceroy yang berjalan di belakang Minhwan juga di buat terkejut dengan keberadaan Ai disana.
“Fuj-fujiwara? Apa yang kau lakukan di sini? Bukankah seharusnya kau beristirahat di klinik?” tanya Minhwan.
“Foto-foto itu, siapa pelakunya?”
“Kami juga tidak tahu. Sadarkah kau jika bukan hanya kau yang di rugikan atas kejadian ini?” jawab Byunghun yang ketahuan kalah duel dari Ai.
“Kalian tidak bisa mengendalikan situasi ini, Raja Muda Hwaseong Academy?”
“Ya! Masalah teknologi bisa jadi mimpi buruk bagi siapa saja. Kau pikir kami ahli dalam segala hal?” nada Byunghun sedikit meninggi.
“Kau menyalahkan kami? Apa mau mu?” tanya Myungsoo.

Ai bangkit dari duduknya dan berjalan mendekat. Ia berhenti dan menatap satu per satu member Viceroy di hadapannya. “Harusnya kalian puas bukan? Aku dalam foto-foto itu seperti piala bergilir yang berpindah dari satu tangan member Viceroy ke tangan member Viceroy lainnya. Inikah tak-tik kalian karena aku satu-satunya wanita dalam YOWL?! Cara itu benar-benar rendah dan membuat kalian semakin mirip burung bangau yang gemar berada di tempat becek dan berlumpur. Apa arti dari warna putih yang selalu kalian banggakan sebagai warna negara Viceroy?! Aku pikir kalian benar-benar putih tapi aku tahu, aku salah menilai. Aku kecewa. Lawan ku...” Ai tak melanjutkan ucapannya dan kembali menatap satu per satu member Viceroy lalu berjalan membelah mereka dan keluar. Hanbyul menyusul langkah Ai dan suasana dalam ruang latihan berubah hening.

“Semua menggila hari ini...” kata Minhwan lirih.
“Ini karena ide konyol Lee Byunghun.” Myungsoo kembali melontarkan tuduhan.
“Kau menyalahkan aku?!” Byunghun terlihat emosi.
“Sudahlah. Hentikan.” Jungshin melerai. “Semua sudah terjadi, tidak ada gunanya saling menyalahkan.”
“Biarkan saja mereka berpesta, sa’at bosan pasti akan hilang juga dengan sendirinya.” Kata Sunghyun. “Masalahnya hanyalah, ini tentang YOWL dan Viceroy, karena itu jadi semakin heboh.”
“Tetap saja, jika begini, bagaimana mengatasinya?” tanya Minhwan.


“Tunggu!” Hanbyul meraih lengan Ai mencoba menahan langkah gadis itu. “Tolong berhenti dan dengarkan aku,” pinta Hanbyul. Ai menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Hanbyul dengan tatapan datarnya.
“Ini hanya salah paham.” Kata Hanbyul.
“Kebetulan saja? Begitu menurut mu? Lalu, kau ingin agar aku membantu mu untuk memenangkan taruhan di antara kalian?”
“Tidak ada taruhan.”
“Omong kosong! Tanpa alasan khusus tiba-tiba member Viceroy, satu per satu berada di sekitar ku. Tidak ada kebetulan yang terjadi secara berjama’ah, seperti demikian ini. Itu omong kosong.”
Hanbyul menelan ludah dan terdiam. Ia tak menyangka Ai begitu jeli dan mengetahui perihal taruhan itu. Ai menyincingkan senyum di bibir tipisnya dan melepas pegangan tangan Hanbyul pada lengannya. “Jadi benar ada taruhan di antara kalian?”
“Fujiwara, itu tidak seperti yang kau duga. Sungguh, aku...” Hanbyul serba salah kini. Ia memang tak menyetujui taruhan itu namun dia adalah member Viceroy.
Ai menggeleng pelan lalu kembali berjalan. Hanbyul kembali mengejar dan berhenti tepat di depa Ai kembali memaksa gadis itu berhenti.
“Aku tahu kau tidak akan percaya aku, apapun yang aku katakan. Aku sudah mendapatkan mu Fujiwara Ayumu dan aku tidak akan mundur. Sedari awal aku sudah mengatakannya dan aku tidak akan menarik kata-kata ku.”
“Ok! Aku terima tantangan mu! Kita lihat, sampai mana kau mampu bertahan Jang Hanbyul.”
Hanbyul perlahan melepas pegangan tangannya pada Ai. “Ok...” bisiknya membiarkan Ai pergi. Hanbyul menatap punggung Ai yang berjalan menjauh meninggalkan dirinya.


Hanbyul kembali. Kelima member Viceroy menatap Hanbyul dengan tatapan mengadili. Hanbyul berusaha rileks dan duduk bergabung.

“Kenapa kau mengejarnya?” tanya Minhwan.
“Ya, Jang Hanbyul, ada apa dengan mu?” sambung Byunghun.
“Kau menyukainya?” tanya Myungsoo yang duduk lurus berhadapan dengan Hanbyul.
Hanbyul menatap satu per satu rekannya. “Iya. Aku menyukainya. Aku menyukai Fujiwara Ayumu.” Tegas Hanbyul membuat kelima rekannya benar terkejut.
-------

“Sebaiknya kau kembali ke klinik. Lihat, kau pucat sekali.” Yoojin mengkhawatirkan Ai. “Kau harus banyak istirahat. Hari ini benar-benar berat untuk mu.”
Ai masih duduk melipat tangan dan memejamkan mata. “Bagaimana jika Lee Junki Songsaengnim berpikir buruk tentang ku? Bagaimana jika Beliau membenci ku?” Ai masih dengan mata terpejam.
“Ck! Kau masih mengkhawatirkan hal itu? Lee Junki, Lee Junki! Apa hebatnya dia? Apa untungnya bagi mu begitu memikirkan dia dan harus sempurna di depannya? Apa dia memperhatikan mu? Apa dia membalas semua sikap mu?!”
“Kenapa kau marah?” Ai membuka mata dan menatap Ai.
“Aku melihat tidak ada harapan untuk mu bersamanya, Lee Junki. Sebaiknya kau berhenti atau kau akan sakit sendiri nanti.”
“Haruskah aku mempercayai ucapan arwah penasaran seperti mu?”
“Ai Chan.....”
“Aku pergi.”

“Akhirnya kau kembali.” Sambut Joongki. “Kemana saja kau?”
“Menghindari kunjungan jam istirahat.” Jawab Ai santai.
“Mereka mencari mu kemana-mana dan panik.”
“Dokter mencampur obat tidur dalam minuman ku?”
“Kau tahu? Kau meminumnya?”
“Anee. Aku membuangnya, terlihat alami? Aku tidur sejenak karena aku mau dan kepala ku terasa sangat berat.”
“Kau ini benar-benar bandel! Sekarang apakah massih terasa berat?”
“Lebih dari itu. Kenapa aku tidak mengalami amnesia saja?”
“Gadis bodoh! Jika itu terjadi lalu bagaimana pertempuran YOWL? Sebaiknya makan ini dan lekas istirahat.” Joongki memberikan kotak bekal ditangannya.
“Dari Hyuri?”
“Mwo?? Oh, nee... ini dari Hyuri, karena tak menemukan mu, dia menitipkannya pada ku. Kau harus bertahan Fujiwara, kau tahu kenapa? Aku sudah memberikan suara ku untuk YOWL, jika YOWL kalah, itu akan sangat memalukan aku.”
“Dokter mendukung kami?”
“Nee. Skandal kecil ini hanya kerikil, jangan sampai menjatuhkan dan mematahkan semangat mu. Kau harus tetap bertahan. Fighting!” Joongki menyemangati.
Ai tersenyum. “Kamsahamnida.”
“Mau aku temani makan siang? Kebetulan aku juga belum makan.”
“Nee.”
***

Wooyoung turut dalam rombongan YOWL. Ia mengantar Ai pulang. Ai menghentikan langkahnya melihat mobil sedan mewah warna hitam itu sudah terparkir di dekat tangga menuju ke rumahnya. Ai membalikan badan hendak kabur namun Wonbin menahannya.

“Sampai kapan kau akan menghindar?” Wonbin masih memegang lengan Ai. “Mereka pasti sangat mengkhawatirkan mu dan itu akan mempersulit Minki Hyung juga Wooyoung.”

Ai menghela nafas dan kembali berjalan menuju rumahnya. Ai menunduk di depan pintu, kembali menghela nafas panjang. “Aku pulang!” seru Ai sa’at membuka pintu dan berjalan masuk. Wooyoung ikut masuk ke dalam. Setelah melihat Ai masuk, Wonbin mengajak Jaejoong, Minhyuk, Jaejin dan Kibum pergi.
Jinyoung, Hyunjung dan Euichul bangkit dari duduknya. Ai diam menatap mereka lalu menundukan kepala memberi salam. Minki memberi isyarat agar Ai mendekat. Ai pun berjalan mendekat namun masih diam menatap Jinyoung, Hyunjung dan Euichul.
“Kau baik-baik saja?” tanya Hyunjung dengan mimik khawatir itu.
“Nee. Aku sangat baik, jangan khawatir.” Ai menunjukan senyum terbaiknya. “Terima kasih sudah mengkhawatirkan aku dan berkunjung. Aku mohon jangan marah pada Jinwoon Oppa.”
“Dia mengabaikan mu, kau msih bisa membuat permohonan ini untuknya?” Jinyoung angkat bicara.
“Jiyoo, Omma harap kau mema’afkan sikap-sikap Jinwoon pada mu selama ini.” Sela Hyunjung.
“Aku tidak pernah mempermasalahkannya. Omma harus menjamin agar Appa tak memarahi Jinwoon Oppa.”
“Jiyoo~ya.” Protes Jinyoung.
“Yaksokhae! Appa tidak akan marah pada Jinwoon Oppa.”
Jinyoung menghela nafas panjang. “Nee, choa. Yaksokhae.”
Ai segera tersenyum lebar mendengarnya.

“Kami pergi. Istirahatlah dengan baik.” Euichul mengelus kepala Ai.
“Nee. Oppa jangan khawatir, aku ini wanita kuat.”
Euichul tersenyum lalu masuk ke dalam mobil dan pergi. Ai, Minki dan Wooyoung masih menatap mobil yang melaju semakin menjauh dan menghilang di tikungan. Wooyoung kemudian pamit pergi. Minki dan Ai menaiki tangga.
“Aku khawatir jika Appa akan marah pada Jinwoon Oppa.”
“Laki-laki itu selalu memegang teguh kata-katanya. Kau harus percaya pada Tuan Besar.”
“Hah... kepala ku masih terasa berat...”

“Jiyoo Fujiwara!!!” Daehyun tiba-tiba muncul mengejutkan Ai dan Minki. Daehyun segera memnghampiri Ai. “Kau baik-baik saja? Kenapa tadi kau tiba-tiba menghilang??”
“Tenanglah. Aku baik-baik saja.”
Jinwoon muncul dan berjalan pelan menaiki tangga. Ai terkejut melihatnya. “Jinwoon Hyung, datang bersama ku.” Kata Daehyun antusias.

Minki menemani Daehyun duduk di teras. Ai dan Jinwoon duduk di ruang tamu namun saling terdiam.

“Tidak perlu merasa bersalah. Ini murni kecelakaan. Ma’af soal foto-foto itu.” Ai memecah kebisuan.
“Kenapa kau menolong ku?”
“Itu... spontan. Terjadi secara tiba-tiba, begitu saja. Beberapa hari aku mimpi buruk dan ada kau dalam mimpi ku. Baru hari ini kita bertemu dan ternyata ini jawabannya.”
“Bagaimana pun juga terima kasih.”
“Nee.” Ai tersenyum manis.
***

Wooyoung mengawal Ai dan Kibum menemaninya. Beberapa Princess, fans fanatik Viceroy, gadis-gadis itu berkumpul di depan gerbang. Sepertinya mereka benar-benar menunggu Ai. Wooyoung memasang tampang paling sangar yang ia punya untuk melindungi Ai. Ai tetap terlihat tenang. Gadis-gadis itu minggir memberi jalan pada Wooyoun, Ai dan Kibum. Murid-murid menatap Ai kemudian saling berbisik satu sama lain ketika Ai melintas di depan mereka.
Junki di buat heran. Ai memilih tidur di kelas sa’at jam pelajarannya berlangsung. Junki membiarkan gadis itu mengingat peristiwa kemarin. Sesudah pelajaran Junki berakhir, Ai memilih keluar dan berdiam diri di toilet bersama Yoojin. Ai mengunci toilet, benar-benar ingin menghindari teman-temannya.

Hanbyul duduk sendiri di taman belakang sekolah. Hanbyul duduk di bangku tempat Ai biasa menghabiskan waktu. Ia terus mengirim sms pada Ai walau Ai tak membalas satu pun sms-nya. Hanbyul kembali mencoba menelfon namun sia-sia. Ai memasukan nomer Hanbyul dalam daftar tolak.

“Skandal ini menguntungkan siapa?” tanya Chaerin. “Aku ikut pusing karenanya. Siapa pelaku yang melakukan semua ini?”
“Bukan dari kubu kalian?” tanya Byunghun.
“Kau sudah gila ya? Menuduh kami demikian? Itu cara rendahan!” Gyuri tak terima.
“Ma’af.”
“Minhwan, kenapa Jinwoon Sunbaenim ada dalam foto kalian?” tanya Soojung.
“Kemarin...” Minhwan diam, “...kemarin aku memang membuntuti Fujiwara. Aku melihat mereka berpapasan, Fujiwara menahan langkah Jinwoon Sunbaenim. Mereka saling diam dan tiba-tiba Fujiwara mendorong Jinwoon Sunbaenim dan atap itu menimpanya.”
“Apa dia punya hubungan dengan Jinwoon Sunbaenim?”
“Entahlah.” Minhwan mengangkat kedua bahunya.
“Ia sempat mengatakan ingin melamar Stardust, apa karena Jinwoon Sunbaenim?” Soojung menduga-duga.
“Kalian ini. Bukankah itu sangat tidak penting?” sela Yiyoung. “Sebaiknya kita fokus pada proyek kita.”
“Itu benar. Skandal ini sangat tidak penting. Byunghun, kau tidak perlu begini murung,” Chaerin merangkul Byunghun.
“Aku ketahuan kalah duel, itu aku yang menantang Fujiwara.” Byunghun masih lesu.
“Kalah dalam sebuah pertarungan bukankah wajar? Setidaknya kau tidak penasaran lagi karena Fujiwara telah meladeni tantangan mu.” Jungshin angkat bicara.
“Lakukan kesalahan, namun jangan menyeasalinya. Jika kau lakukan keduanya, kau akan terus terpuruk.” Komentar Sunghyun.
“Hah... aku benar-benar penasaran pada rencana YOWL.” Keluh Minhwan.
-------

“Oh? Nona?” Moonsik kaget melihat Ai sudah berbaring i ranjangnya. “Nona sudah merasa baik hari ini?”
“Kepala ku hampir pecah.”
“Memikirkan ini semua?”
“Nee.”
“Dari sudut pandang saya ini tak terlalu merugikan YOWL.”
“Bagaimana jika dia memiliki pemikiran yang sama? Aku gadis serakah yang ingin mengencani semua member Viceroy?”
“Jika dia orang yang pandai dan bijaksana, tentu dia tidak akan berpikir sedangkal itu. Aku yakin dia tidak akan menelan mentah-mentah kasus ini.”
Ai bangkit dari tidurnya. “Itu tidak akan menjadi sepenuhnya benar kecuali aku angkat bicara. Kenapa aku begitu khawatir? Jika aku angkat bicara, mungkin dia akan memahaminya. Sore ini, aku akan mengatakan semua, di depan mereka. Paman, terima kasih.” Ai bergegas pergi dan Moonsik tersenyum serta menggelengkan kepala melihatnya.
***

Seluruh tim YOWL sudah berkumpul di basecamp bersiap latihan. Ai naik ke atas panggung dan memperhatikan rekan-rekannya yang sibuk di bawah sana.

“Mohon perhatiannya sejenak.” Pinta Ai. Semua diam dan menatap panggung. Ai menatap Junki sejenak. “Ada yang ingin aku sampaikan. Hal ini benar membebani dan memenuhi otak ku. Tentang skandal, foto-foto itu..... aku minta ma’af jika aku membuat kalian kecewa. Terserah kalian mau berpikir apa tentang ku setelah melihat foto-foto itu. Disini aku hanya ingin mengatakan, ma’af. Itu semua terjadi, memang terjadi. Tapi sama sekali tak ada niat dari ku untuk berbuat demikian dan... dan mengencani satu per satu member Viceroy, tentang itu sangatlah tidak benar. Tudingan jika itu adalah tak-tik YOWL, itu juga tidak benar. Tentang dugaan itu tak-tik Viceroy... juga tidak benar. Baik YOWL juga Viceroy, kami sama-sama korban.”

“Dia membela Viceroy?” bisik Hyebyul pada Himchan.
“Biarkan dia selesai bicara.”

“Aku... aku tidak tahu harus bicara apalagi. Tak-tik ku hanya ini, menjadikan kalian semua patner ku. Aku.....” Ai menundukan kepala. Suasana dalam basecamp hening sejenak.

“Hanya karena itu kau menjadi lemah?” suara Gahee memecah keheningan. “Jika itu benar berarti siapa pun itu yang menyebarkan foto-foto itu, kau membiarkannya menang. Padahal pelaku itu hanyalah orang kerdil dengan pemikiran kerdil yang terlalu membenci mu padahal ia sangat mencintai mu dan menciptakan semua kekacauan ini. Ini hanya bumbu penyedap, harusnya kau makin kuat karenanya.”

“Gahee Songsaengnim keren,” puji Chaebin dan Sunggyu tersenyum mengangguk.

“Kalian yang merasa ragu pada YOWL, boleh pergi dan memutuskan kerjasama ini.” Imbuh Gahee yang kemudian diam. Suasana masih hening. “Ok. Aku anggap semua tetap pada kerjasama ini. Fujiwara, lihat. Mereka tetap bersedia tinggal, apa kau masih merasa takut? Apa kau masih ragu?” Ai tersenyum lebar. “Ayo! Berlatih yang giat anak-anak ku! Fighting!” Gahee menyemangati lalu kembali duduk di samping Junki.

“Huft...” Gahee menghela nafas panjang.
“Kau hebat!” puji Junki.
“Gahee Songsaengnim,” Ai tersenyum lebar berdiri di depan Gahee dan Junki. Gahee terkejut melihat ekspresi Ai. “Domo arigatou gozaimasu,” Ai membungkuk di depan keduannya.
“Akhirnya kau tersenyum pada ku setelah sekian lama seolah aku tak ada di sini.” Komentar Gahee.
“Jongmal jeosonghamnida. Sekarang aku yakin jika Gahee Songsaengnim ada di pihak YOWL.”
“Mwo?? Memang selama ini kau tidak percaya pada ku?”
“Oh, bukan, bukan demikian... aduuh bagaimana ya...” Ai menggaruk kepalanya.
Gahee tersenyum tulus, berdiri merangkul Ai. “Jangan murung lagi dan berlatih yang baik, em?”
“Nee, Songsaengnim.”
-------

“Hah, menurut ku, YOWL dan patner mereka adalah tim hebat. Fujiwara, gadis itu benar-benar luar biasa. Bagaimana dia bisa memunculkan ide hebat ini? Tapi, bagaimana bisa dia sedikit kehilangan rasa percaya dirinya hanya karena foto-foto tak bertuan itu?” Junki sambil fokus menyetir.
“Itu karena kau!”
“Mwo?? Aku??” Junki sampai menoleh.
“Seseorang, ketika sedang jatuh cinta bisa kehilangan akal sehatnya. Fujiwara sedang membangun citra baik di depan mu, untuk mencari perhatian mu. Tapi tiba-tiba foto-foto itu muncul, skandal Fujiwara dengan lebih dari satu member Viceroy, tentu saja ini menjadi mimpi buruk bagi Fujiwara. Ia takut kau benar berpikiran sama seperti orang-orang yang membencinya dan mempercayai kebenaran foto-foto itu. Iya memang foto-foto itu asli, tapi aku yakin Fujiwara bukanlah gadis seperti itu.”
“Aku tidak berpikir sejauh itu. Hah, Fujiwara tidak boleh terus memupuk rasa sukanya pada ku.”
“Dia mungkin tidak mau tapi dia sendiri tidak bisa menolaknya. Menurut pengalaman ku, semakin di tolak jadi semakin menggebu.”
“Kenapa ini terjadi pada kami? Begitu banyak pria tampan di sekitar Fujiwara, tapi kenapa dia malah menyukai aku?”
“Jika dia tahu alasannya pasti dia sudah berhenti mengejar mu dan menetralkan perasaannya. Cinta itu sederhana namun sangat rumit.”
-------

“Teisatsu-san makin ketat menjaga ku.”
Wooyoung yang berjalan di samping kanan Ai tersenyum mendengarnya. “Tidak bisakah kita menjadi seperti yang lain? Teman?”
“Selama ini, apa kita bukan teman?”
“Nona selalu memanggil ku Teisatsu-san, apakah itu sebutan untuk seorang teman?”
“Kau selalu memanggil ku Nona, apakah itu sebutan untuk seorang teman?”
“Itu suatu keharusan bagi ku pada Nona.”
“Teman tidak mengenal kata itu, Nona, berarti aku majikan bagi mu. Kau sendiri yang membangun tembok itu. Panggil saja Ai atau Jiyoo, bisa kan?”
“Itu...itu tidak mudah, Nona.”
“Jang Hanbyul?”
“Nee?? Jang Hanbyul??” Wooyoung menatap ke depan. Mobil Hanbyul terparkir dan pemuda itu duduk di ujung tangga menuju rumah Ai. “Untuk apa dia kemari? Nona, apa perlu aku mengusirnya?”
“Kita lihat apa maunya.” Ai berjalan mendahului. Hanbyul bangkit dari duduknya dan tersenyum manis menyambut Ai.
“Kau, untuk apa kemari?” tanya Wooyoung.
“Aku ingin menjenguk Fujiwara.”
“Kau lihat, dia baik sekarang. Jadi kau bisa pergi.”
Hanbyul menatap Ai berharap gadis itu mau bicara padanya. Namun Ai tetap datar, diam menatapnya.
“Sebaiknya kau pergi sebelum member YOWL yang lain melihat mu.” Saran Wooyoung.
“Baik. Aku pergi.” Hanbyul pun pamit.

Ai dan Wooyoung menatap mobil Hanbyul hingga menghilang di tikungan. “Pantang menyerah sekali,” suara Wonbin mengejutkan Wooyoung dan Ai.
“Sejak kapan kau di sana?” tanya Ai.
“Baru saja.” Wonbin berjalan mendekat. “Netbook mu tertinggal.”

Ai dan Wonbin duduk di teras rumah Ai menatap langit malam.
“Ramalan waktu itu, inikah jawabannya?” Wonbin memulai obrolan.
“Itu hanya ramalan.”
Wonbin menatap Ai yang masih mendongak menatap langit. “Sikap mu sangat dingin pada Jang Hanbyul. Sepertinya dia sangat mengkhawatirkan mu.”
“Hanya perasaan mu saja. Dia Viceroy, tidak berbeda dengan yang lain, Viceroy, bangau-bangau itu.”
“Hanya itu letak kesalahannya? Dia Viceroy? Aku melihat tatapan berbeda darinya.”
“Bagaimana dengan Junki Songsaengnim?”
“Kau yakin pada apa yang kau rasakan padanya?”
“Kau meragukan perasaan ku pada Junki Songsaengnim?”
“Terkesan kau takut patah hati. Jika benar, kenapa kau tetap maju? Jika takut sakit, lebih baik berhenti saja.”
-------

Hyuri segera berlari keluar. Benar Hanbyul sudah menunggunya di depan gerbang. Hyuri mempersilahkan Hanbyul masuk dan mengajaknya duduk di teras untuk mengobrol. Hanbyul butuh teman bicara dan ia memutuskan menemui Hyuri. Hanbyul menceritkan apa yang baru ia lakukan dan apa yang ia rasa belakangan ini. mendengar cerita Hanbyul, sejenak Hyuri merasa bersalah. Ia merasa semua ini karena ulahnya. Andai ia tak membuka jalan bagi Hanbyul untuk lebih dekat dengan Ai.

“Sunbae, benar menyukai Ai?” tanya Hyuri setelah Hanbyul selesai bicara.
“Awalnya aku pikir ini biasa namun semakin lama, aku semakin menginginkannya, Fujiwara. Semua kebetulan itu...” kenang Hanbyul.
“Ma’af aku tidak bisa membantu banyak.”
“Nee, gwaenchana. Aku hanya ingin ada seseorang yang tahu jika aku tidak ingin mempermainkan Fujiwara, dan aku percaya pada mu Hyuri.”
“Kamsahamnida sudah mempercayai aku. Aku akan menjaga kepercayaan itu tapi Sunbae harus membuktikannya, jika Sunbae tidak akan mempermainkan Ai.”
“Kau yang pertama memberi kepercayaan pada ku. Aku akan melakukan yang terbaik yang aku bisa.”
“Nee.” Hyuri tersenyum tulus.
-------

Ai berdiri berhadapan dengan Bibi Han. Myeongran menelan ludah melihat keduanya. Myeongran minggir. Ai menyincingkan senyum lalu mulai menyerang Bibi Han. Myeongran minggir dan melihat duel antara ibunya dengan Ai. Ai tiba-tiba datang dan menantang Bibi Han untuk berduel. Bibi Han menurutinya dan mengikuti Ai ke basecamp. Hanya ada mereka bertiga di dalam basecamp, Ai, Bibi Han dan Myeongran. Myeongran sedikit khawatir karena menurutnya Ai bukanlah lawan yang sepadan untuk Ibunya. Myeongran menutup mata ketika Bibi Han berhasil menjatuhkan tubuh Ai di lantai. Ai terbaring di lantai dengan nafas terengah-engah. Bibi Han turut berbaring di samping Ai menatap langit-langit. Ai tersenyum sendiri. Myeongran menghampiri keduanya dan mengamati keduanya.

“Nona, kau baik-baik saja? Omoni?” tanya Myeongran.
Bibi Han kembali duduk. “Kau merasa lebih baik sekarang?” tanyanya pada Ai yang masih terbaring di lantai.
Ai tertawa kecil, “ini menggelikan.” Ai menertawakan dirinya sendiri. Pikirannya di buat kacau oleh makhluk bernama laki-laki.


Ai berjalan pulang sendiri. Mata bulat Ai melebar mobil Hanbyul kembali terparkir disana. Dan Hanbyul kembali duduk di ujung tangga. Ai mengerjapkan matanya, berharap ini hanya ilusi. Namun Hanbyul telah menyadari kehadirannya dan berlari menghampiri Ai. Hanbyul tersenyum manis di depan Ai.

“Annyeong...” sapa Hanbyul kemudian mengamati Ai. “Kenapa kau berkeringat? Malam-malam begini kau olah raga?”
“Nee. Aku baru berduel dengan Bibi Han.”
“Duel??”
“Ada apa kau kemari? Lagi.”
Hanbyul tersenyum dan menunjukan sebuah apel merah ranum. “Seperti yang aku katakan sebelumnya, aku telah mendapatkan mu Fujiwara Ayumu, dan aku tidak akan mundur. Aku tidak akan bertindak bodoh dengan terus mengejar mu, mulai sekarang aku akan menunggu. Aku akan menunggu sampai kau kembali seperti sebelumnya pada ku, ngobrol dengan ku. Sa’at itu terjadi, tolong ijinkan aku bicara dan sesudahnya aku akan mendengar mu, aku akan terima apapun keputusan mu.” Hanbyul meraih tangan Ai dan memberikan apel merah ranum itu pada Ai. “Aku pergi.” Hanbyul tersenyum lalu pergi.
Ai berdiri mematung menatap mobil Hanbyul yang segera menghilang di tikungan. Ai kemudian menatap apel merah ranum di tangannya dan menggeleng pelan sambil berjalan menaiki tangga.


-------TBC-------



matur suwun
.shytUrtle_yUi.

You Might Also Like

0 comments

Search This Blog

Total Pageviews