¤ HWASEONG ACADEMY -Love, Music and Dreams- (화성 아카데미-사랑, 음악과 꿈-) ¤

05:24

¤ HWASEONG ACADEMY -Love, Music and Dreams- (화성 아카데미-사랑, 음악과 꿈-) ¤

 

. Judul: Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’
. Revised Romanization: Hwaseong Akademi ’salang, eum-aggwa kkum’
. Hangul: 화성 아카데미’사랑, 음악과 꿈’
. Author: shytUrtle_yUi
. Rate: Serial/Straight
 
 Episode #12

Would you be my star? Kami YOWL secara resmi melamar Anda. Kami mengaharapkan kerjasama ini. Menerima atau menolak, kami menunggunya 010-XXXX-XXXX
                                                                                                            -YOWL-

Hyebyul menghela nafas usai membaca ulang isi dari amplop merah yang ia dapatkan pagi ini.

“Aku sudah mengirim pesan pada nomer itu,” kata Himchan, “ayo kita pulang!”
“Secepat itu kau memutuskannya? Kau akan bergabung dengan YOWL?”
“Kenapa jika itu YOWL? Apa kau berharap Viceroy yang melamar kita? Itu tidak akan pernah terjadi. Aku tidak ingin mempengaruhi pikiran mu. Terserah kau mau menerima atau menolaknya. Ayo pulang!” Himchan berjalan keluar.
 Hyebyul kembali menghela nafas panjang. Ia merapikan barang-barangnya lalu menyusul langkah Himchan.
-------

Suasana sekolah mulai sepi. Jaeki dan Luhan duduk dibangku yang terletak dibawah denah sekolah. Keduanya memperhatikan murid-murid yang berjalan keluar meninggalkan sekolah.

“Oh Sehun dan Park Chaebin Sunbaenim, apa mereka menerima lamaran YOWL ini? Apa mereka mengirim SMS pada nomer ini?” Tanya Luhan.
“Entahlah. Aku hanya tahu keduanya mendapatkan amplop yang sama, seperti kita. Luhan, sekarang bagaimana? Menurut mu, apa yang harus kita lakukan?”
“Aku akan menerimanya.”
“Mwo??”
“Terlibat dalam even besar tahunan sekolah, siapa yang tak tertarik?”
“Tapi ini YOWL.”
“Kau berharap Viceroy? Terus saja bermimpi. Viceroy hanya untuk Red Venus dan begitu sebaliknya.”
“Bukan begitu. Kenapa YOWL melamar kita? Kau, aku, Sehun dan Chaebin Sunbaenim, kita semua, apa yang YOWL inginkan dari kita?”
Chaebin dan Sunggyu melintas. Tak lama kemudian Hyebyul dan Himchan juga pulang bersama, melintas didepan Jaeki dan Luhan.
“Rencana apa yang mereka susun?” gumam Luhan.
“Lihat! Itu YOWL!” tuding Jaeki pada kelima member YOWL yang pulang bersama Kibum, Wooyoung dan Hyuri. “Song Hyuri tampak begitu nyaman bersama mereka.”
“Mungkin YOWL benar-benar orang-orang yang bisa membuat nyaman.”
“Nee??”
“Ayo kita pulang!”
***

Hyuri memasuki rumahnya. Ia menghentikan langkahnya dan mengamati Nyonya Shin. Nenek itu senyum-senyum sambil memperhatikan ikebana di depannya.

“Halmoni mendapatkannya lagi?” Tanya Hyuri.
“Kemarilah.” Hyuri pun mendekat. “Bukan mendapatkannya tapi aku menjadi pelanggan Morning Glory Florist sekarang.”
“Nee??”
“Aku bercanda. Hari ini Fujiwara kembali mengirim ikebana krisan kuning ini untuk ku. Dia meminta restu untuk memulai pertarungan YOWL dengan Viceroy. Kau turut andil?”
“Ai menolak lamaran Viceroy dan juga urung melamar Stardust, aku tidak tahu apa rencananya. Dan jika andil, aku bisa jadi apa? Ah, Halmoni benar mengawasi semua ini?”
“Bukankah ini sangat menyenangkan? Aku sangat bersemangat menyambutnya, kau tidak? lekas ganti baju dan temani nenek.”
“Nee.” Hyuri bergegas menuju kamarnya. Usai ganti baju, Hyuri memuntahkan seluruh isi tasnya. “Apa ini?” Hyuri memungut amplop merah dengan inisial Y dan membukanya. Mata Hyuri melebar, ia terkejut membaca isi surat amplop tersebut.
-------

“Ess, aku masih tidak paham pada pernyataan Fujiwara. Pandangannya tertuju pada Sunghyun lalu Myungsoo. Apa terjadi sesuatu juga pada kalian?” tanya Byunghun.
“Ok! Aku akan jujur sekarang. Aku sebenarnya sering melihat pertunjukan YOWL di club kecil milik Paman Yoo Jaesuk, tempat YOWL biasa manggung. Aku boleh di katakan mengenal Ai sejak setahun yang lalu, sebelum dia pergi meninggalkan Korea dan YOWL.” terang Sunghyun membuat teman-temannya melongo.
“Jadi kau banyak tahu tentang berandalan itu namun kau pura-pura tidak tahu, ha?!”
“Ma’af, aku tak sengaja melihat pertunjukan mereka lalu aku tertarik dan beberapa kali datang berkunjung. Aku tak banyak tahu tentang mereka, tapi mereka memang sangat tenar, dijalanan. Lagi pula jika aku mengatakan aku mengenal salah satu personel YOWL, apa kalian akan percaya?”
“Kau bahkan diam sa’at YOWL berulah menyembunyikan member kelima mereka.”
“Jika aku mengatakan semua maka permainan tidak akan seru bukan?”
“Ck! Anak ini!” Byunghun beralih menatap Myungsoo. “Lalu, apa yang terjadi padamu?”
“Sunghyun sudah berkata jujur. Aku juga Hanbyul juga sama. Kau jika ada sesuatu dengan YOWL, Fujiwara khususnya, tak mau kah kau jujur pada kami?” Minhwan urun suara.
Sunghyun tersenyum menatap Myungsoo. “Gadis pengamen misterius di Hongdae yang menarik perhatian Myungsoo adalah Fujiwara Ayumu, Ai, member kelima YOWL,” terang Sunghyun tanpa seijin Myungsoo. Myungsoo menatap tajam Sunghyun. “Kau atau aku yang akan melanjutkannya?”
Myungsoo menghela nafas, “benar yang dikatakan Sunghyun, begitulah adanya. Aku terkesan pada pertunjukan gadis itu. Dia terlihat misterius, bahkan aku tidak bisa melihat wajahnya,” Myungsoo tersenyum mengenang pertemuan pertamanya dengan Ai. “Aku membayar untuk pertunjukannya, dia mengatakan itu terlalu banyak dan aku menolak, lalu dia mengatakan jika dia berhutang pertunjukan pada ku. Lalu baik aku juga dia tahu jika aku adalah Viceroy dan dia YOWL, dia mengembalikan uang itu pada ku dan mengatakan untuk bersiap pada perang baru kita.”
“Wah, Romeo and Juliet?” komentar Minhwan. “Apa kalian jatuh cinta?” Minhwan dengan polosnya dan segera ditertawakan oleh rekan-rekannya.
“Ckckck! Apa yang terjadi padamu? Kau tidak pernah bersikap demikian sebelumnya pada gadis-gadis disekitar mu.” Byunghun heran.
“Karena dia berbeda, dia jadi menarik,” komentar Hanbyul.
“Aku hanya menyukai pertunjukannya, itu saja.” bantah Myungsoo.
“Bagaimana dengan kesan misterius?” goda Sunghyun.
“Itu cover yang semakin memperindah tampilannya bukan?” sambung Jungshin.
“Kalian!” Myungsoo kesal.
“Kalau aku, pertama kali melihatnya, aku terkesan. Dia tidak pernah ragu setiap bertatap muka dengan seseorang, sikapnya tegas, dingin dan datar, tidak akan mudah meraba bagaimana dia. Itu membuat ku penasaran. Gadis seperti apa Fujiwara Ayumu itu?” Ungkap Byunghun. “Ya, bagaimana kalau kita taruhan?”
“Mwo??” mulut Minhwan membulat. “Taruhan??”
“Diantara kita berenam, siapa yang berhasil menakhlukan gadis itu, Fujiwara Ayumu.”
“Itu tidak adil untuknya.” Tolak Sunghyun.
“Kau sadar pada ucapan mu itu?” tanya Myungsoo.
“Tapi kedengarannya menarik.” Sahut Jungshin. “Yang aku dengar dia bisa melihat hantu bukan? Dia berbicara dengan hantu di toilet siswi kelas X. Aku tidak yakin ini akan berhasil, tapi aku akan mencobanya.”
“Kau ikut? That’s good!” Byunghun menyambut baik.
“Apa yang harus aku lakukan?” gumam Minhwan.
“Bagaimana dengan kalian? Woo Sunghyun, Kim Myungsoo, Jang Hanbyul?” tanya Byunghun.
“Permainan konyol!” kata Sunghyun.
“Itu gila!” komentar Myungsoo.
“Ini benar tidak adil untuk Fujiwara, seperti kata Sunghyun.” Komentar Hanbyul.
“Ya, Byunghun, jika benar taruhan, lalu saatu diantara kita ada yang benar menyukai Fujiwara dan Fujiwara juga menyukainya, bagaimana? Itu semacam karma mengerikan bukan? Seorang Viceroy jatuh cinta pada seorang YOWL? Romeo and Juliet versi Hwaseong Academy.” Minhwan menggelengkan kepalanya.
“Jika itu terjadi…” Byunghun diam sejenak, “yang lain harus merelakan. Kita bukan penjajah, jika itu terjadi maka Tuhan sedang menunjukan kuasa-Nya yaitu cinta bisa tumbuh dimana saja baik itu diatas perbedaan sekali pun. Perasaan itu sangat hakus dan cinta itu layaknya angin yang bisa berhembus ke dalam hati siapa saja.”
“Dan itu tandanya semua manusia adalah sama, kenapa kita jadi bersitegang dengan YOWL?” kata Sunghyun.
“Ok! Kita akan bekerja individual, sendiri-sendiri. Dan ingat, ini hanya permainan jadi jangan sampai kalian melibatkan perasaan kalian tapi jika itu terjadi,,, ah, kita pikirkan nanti. Kita harus sportif.”
“Bukannya yang lain harus merelakan?” Minhwan meralat.
“Oh, iya, yang lain harus sportif dan merelakan. Yang setuju atau tidak, semua punya hak untuk maju. Perang akan di mulai besok. So, good luck guys!” tutup Byunghun.
***

Ai sibuk dengan kartu-kartu diatas meja. Ia sedang meramal. Ai terlihat sangat serius. “Kau sedang meramal? Ramal aku juga ya?” pinta Jaejin yang sudah duduk tepat didepan Ai.
“Kau masih melakukannya? Setelah pengembaraan mu, kau kembali dan masih percaya dengan semua ini?” tanya Minhyuk.
“Beberapa yang pernah Ai baca dari kartu-kartu ini benar adanya bukan?”
“Itu kebetulan saja, menurut ku.”
“Kau sedang meramal YOWL?” tanya Wonbin.
“Global. Hah, apa-apa’an ini?” Ai menggerutu.
“Buruk ya?” tanya Jaejin.
“Ai, apa ini?” Jaejoong datang membawa binder yang seharian ini di bawa kemana-mana oleh Ai.
“Mereka adalah orang-orang yang kita lamar.” Ai membereskan kartu-kartunya. “Yang aku beri tanda centang yang sudah memberikan respon.”
Jaejin dan Minhyuk merebut binder Ai dan membacanya bersama. “Centang berarti setuju bergabung?” tanya Jaejin.
“Bukan, tapi yang sudah mengirim pesan saja pada ku.”
“Tidak ada yang terkenal kecuali Oh Sehun. Dia mengirim pesan pada mu?” tanya Minhyuk.
“Nee, tapi belum pasti gabung.”
“Tapi, kapan kau melamar mereka?” tanya Jaejoong.
“Kau ingat kardus yang di bawa Yongbae waktu itu?”
“Amplop merah keramat?” kata Jaejin.
“Nee, itu adalah amplop berisi lamaran YOWL untuk mereka.”
“Aa, sistem gerilya? Anak ini benar-benar. Tapi apa benar kau memantrainya?” tanya Minhyuk.
“Kau pikir aku ini penyihir apa? Memantrai amplop-amplop itu.” Minhyuk menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Aku hanya menggunakan kekuatan warna merah dari YOWL. Keberanian dan cinta yang tulus, itu saja. Semoga berhasil.”
“Lalu, apa yang harus kami lakukan?” tanya Wonbin.
“Kau merencanakan semua ini dan perlahan membayar keterpurukan YOWL, apa yang bisa aku lakukan?” kata Jaejoong.
“Ini hanya apa yang ada di otak ku, Daehyun atas nama sekolah sudah memberi wadah jadi kita harus memanfa’atkannya dengan baik. Dua bulan efektif, itu yang perlu kita lakukan bersama patner kita. Dan aku tidak mau melihat ekspresi buruk kalian lagi.”
“Ekspresi buruk kami?” tanya Minhyuk.
“Sa’at pertama kali tampil di sekolah, ada apa dengan kalian?”
“Oh, itu. Melihat penonton itu, kita di sekolah, aku jadi sedikit canggung.” Jawab Jaejoong.
“Jujur saja memang sedikit gugup. Selama ini YOWL di pandang miring dan hari itu adalah pertama kali kita menunjukan siapa kita.” sambung Jaejin.
“Sedikit merasa di adili.” Imbuh Wonbin.
“Memangnya kau tidak merasa demikian?” tanya Jaejoong.
“Entahlah. Terasa biasa saja.” jawab Ai.
“Kau itu wanita bukan? Datar sekali pada segala hal.” Jaejin merangkul Ai yang hanya tersenyum menanggapi olokannya.
“Lalu, apa isi ramalan tadi? Buruk ya?” tanya Wonbin.
“Ah, tidak ada.” Ai tersenyum manis.
***

Hyuri melemparkan amplop merah ke meja tempat Ai merangkai bunga. Ai tak bergeming dan tetap melanjutkan merangkai bunga. Hyuri menghela nafas kesal menarik kursi dan duduk disamping Ai.

“Menolak atau menerima, kau tahu aturannya bukan?” kata Ai.
“Kenapa aku juga di lamar?”
“Tidak bisa di jelaskan sekarang.”
“Jadi, aku juga harus mengikuti aturan mainnya?”
“Em.” Ai mengangguk.
“Ck! Anak ini!” Hyuri mengambil ponselnya dan sibuk mengetik pesan.

Ai bangkit dari duduknya karena ada pelanggan yang datang. “Selamat datang di Morning Glory Florist, ada yang bisa saya bantu?” sapa Ai ramah. Jungshin berbalik menghadap Ai dan tersenyum manis. Melihat salah satu member Viceroy mengunjungi toko bunga miliknya, Ai tetap bereaksi datar.
“Anda mencari bunga? Untuk hadiah? Atau ucapan selamat? Atau yang lain?” tanya Ai sopan.
“Aku sedang mengagumi seseorang, bunga apa yang pantas untuk aku berikan padanya?”
Hyuri mengintip dan kaget melihat Jungshin datang berkunjung ke florist milik Ai. “Untuk apa dia kemari? Hanya kebetulan atau sengaja?” gumam Hyuri.
“Dia perempuan?”
“Tentu saja, apa mungkin dia laki-laki dan aku memberinya bunga?”
“Bunga bisa diberikan pada siapa saja, baik laki-laki atau perempuan.” Ai tersenyum tulus.
“Oh, ma’af. Iya dia perempuan.”
“Eum, bunga matahari, mewakili jika Anda selalu mengaguminya, aku selalu memandang mu dimana pun kau berada. Tapi memberi kiriman bunga matahari bukan hal umum. Bagaimana kalau bunga daisy kuning? Bentuknya lebih kecil dan lebih cantik tampilannya dari bunga matahari. Artinya matahari bersinar di wajah mu, kuning lambang semangat dan kegembiraan, keceriaan. Aku rasa itu cocok mewakili perasaan Anda sa’at ini.”
“Baiklah. Aku ambil daisy kuning. Lalu berapakah jumlah yang harus aku beli untuk menyatakan jika aku tertarik pada gadis itu?”
“Lima tangkai.”
“Baiklah, aku ambil lima tangkai bunga daisy kuning.”
“Baik, mohon tunggu sebentar. Ah, Anda ingin pita warna apa?”
“Kuning saja.”
“Baiklah. Mohon ditunggu sebentar.”


“Untuk apa dia kemari?” tanya Hyuri usai Ai melayani Jungshin.
“Membeli bunga.”
“Iya aku tahu! Mana mungkin dia kemari untuk membeli buku!” Hyuri sewot dan Ai tersenyum melihatnya. “Aku sudah mengikuti prosedur YOWL.”
“Nee, gomapsseumnida.”
“Jiyoo, sepertinya bunga ini untuk mu.” Minki masuk sambil membawa bunga daisy kuning yang terbungkus rapi dalam plastik lengkap dengan pita warna kuning. Minki mengamati bunga itu, “sepertinya bunga ini di beli disini?”
Hyuri menatap Ai. Ia sadar itu pasti ulah Jungshin yang baru saja membelu bunga di florist Ai. Jungshin membeli bunga itu lalu sengaja meninggalkannya.
“Pasti orang ini sangat mengagumi mu dan ia sangat tertarik pada mu, itu arti dari daisy kuning bukan?” imbuh Minki.
“Mengagumi? Sangat tertarik?” Hyuri menatap Ai. Ai tak menjawab dan kembali merangkai bunga membuat Hyuri kesal.
-------

Sabtu malam YOWL menggelar konser jalanan di Hongdae. Mereka berlima tampil bersama disana. Wooyoung, Hyuri dan Kibum turut berdiri diantara kerumunan penonton. Ai bersama YOWL membawakan ‘Things I’ll Never Say-Avril Lavigne’. Myungsoo sempat melihat pada kerumunan ini ketika ia tiba namun ia langsung masuk ke dalam restorannya.

Myungsoo menjatuhkan diri di sofa. Entah perasaan apa ini. Myungsoo sangat ingin melihat pertunjukan itu namun ia gengsi. Myungsoo kembali mengambil amplop berisi uang 10.000 Won miliknya yang di kirim kembali oleh Ai. Myungsoo kemudian tersenyum sendiri.

“Jieun??” Minhyuk kaget melihat Jieun. Ia masih bertahan ditempat ia berdiri usai penonton bubar. Ketiga member YOWL yang lain juga Wooyoung, Hyuri dan Kibum ikut menatap heran Jieun.
“Gadis cantik itu sering melihat pertunjukan ku. Baru aku tahu dia adalah member Red Venus Lee Ji Eun ketika aku masuk Hwaseong Academy.” Terang Ai kemudian tersenyum manis pada Jieun yang segera mendekat.
“Annyeong…” sapa Jieun.
“Aneh rasanya melihat member Red Venus melihat pertunjukan YOWL,” kata Jaejin masih menatap heran Jieun.
“Kau sendirian?” tanya Jaejoong.
“Nee. Yiyoung dan yang lain mana ada waktu, jika ada mereka tak akan memilih Hongdae.”
“Iya, kau benar.”
“Sobat! Hari ini aku akan mentraktir kalian semua makan malam.” Ai sudah menyangklet gitarnya. “Termasuk Lee Jieun Sunbaenim.”
“Aku juga?? Ah, gomawo.” Jieun tersenyum riang.
“Ai, jangan katakan kau…” belum selesai Kibum bicara, Ai sudah memasuki restoran milik Nyonya Kim, Ibunda Myungsoo.
“Anak itu!” Minhyuk menyusul masuk.
Ai memilih meja panjang di pojok yang cukup untuk mereka bersembilan. Jieun terlihat nyaman berada diantara YOWL dan teman-temannya.
“Apa??” Myungsoo kaget mendengar laporan salah satu pelayannya. Pelayan itu mengatakan bahwa teman-teman Myungsoo sedang makan bersama di restoran. Myungsoo penasaran, apakah mungkin itu YOWL? Diam-diam Myungsoo mengintip. Ia keget melihat Jieun duduk diantara geng YOWL. Pantas saja jika si pelayan mengatakan teman-teman Myungsoo karena ia melihat Jieun disana. Jantung Myungsoo terasa copot ketika ia menyadari jika Ai menatap ke arahnya dan menyadari keberadaan Myungsoo. Ai tersenyum pada Myungsoo yang segera menarik diri kembali ke kantornya.
“Hah… gadis macam apa dia?? Bagaimana bisa dia menemukannku?” gumam Myungsoo sendiri.
-------

Sunghyun tersenyum usai membaca pesan singkat yang dikirim Myungsoo padanya. “Ai dan YOWL makan malam di restoran Myungsoo,” kata Sunghyun.
“Mwo?? Mereka di Hongdae??” tanya Minhwan.
“Mereka makan malam bersama di restoran Bibi Kim usai menggelar pertunjukan di Hongdae dan… Jieun ada bersama mereka.”
“Jieun?? Untuk apa dia bersama YOWL?? Ah, jangan-jangan YOWL memaksa Jieun untuk mentraktir mereka makan malam?”
“Byunghun, tujuan mu mengadakan taruhan itu, apakah ini?” tanya Sunghyun. “Kau menduga Myungsoo menyukai Fujiwara?”
“Kau tidak bodoh kan? Iya, karena itu.” Byunghun membenarkan.
“Tapi melibatkan yang lain bukanlah ide baik.”
“Simpel saja, jika benar dia suka, biarkan dia bertindak. Karena jika tidak, dia akan kalah dari yang lain.”
“Kau ini! Apa kau sudah memperhitungkan resikonya?”
“Aku luput dan tak mengetahui perihal kau dan Fujiwara, aku tidak mau lalai lagi.”
“Dasar!”
“Hari ini kau berkunjung ke Morning Glory Florist, Lee Jungshin?” tanya Byunghun.
“Kau menyebar mata-mata?” tanya Jungshin.
“Hanya penasaran pada tempat itu, aku sendiri ke sana dan melihat mu keluar dari toko bunga itu. Aku urung untuk masuk. Kau benar tertarik pada Fujiwara?”
“Aku hanya membeli bunga.”
“Tapi kau meninggalkannya disana dan seorang pria memungutnya kembali.”
“Itu pasti Lee Minki Hyung.” Sahut Sunghyun.
“Lee Minki??”
“Legenda rock jalanan. Dia adalah mantan member Road Sky.”
“Mwo?? Road Sky?? Band rock kebanggaan Korea??” Minhwan benar tak percaya.
“Nee, tentunya sebelum Road Sky tenar seperti sekarang.”
“Oh, satu lagi fakta mengejutkan dari Fujiwara dan YOWL.” komentar Byunghun. “Jadi kau hanya membeli bunga? Lalu untuk apa kau tinggalkan lagi?”
“Aku tertarik pada kemampuan Fujiwara. Benarkah dia bisa bicara dengan hantu?”
“Wow! Teman-teman ku mulai bergerak? Jadi hanya aku yang ketinggalan?”
“Aku belum melakukan apa-apa dan aku tak tahu harus melakukan apa.” Kata Minhwan pesimis.
“Walau aku orang yang tak punya motif tapi aku mulai khawatir pada hokum wanita menarik pria.”
“Hah, Hanbyul. Kemana dia pergi?” Sunghyun mengalihkan obrolan.
-------

Minki baru sampai. Ia kaget melihat mobil sport warna merah terpakir didepan kediamannya. Minki mengamati pemuda jangkung yang berdiri menyandarkan punggung pada tembok. Minki segera menghampirinya.

“Kau teman Ai?” tanya Minki.
“Oh, nee.” Hanbyul tersenyum manis.
“Kau pasti sudah lama disini.” Minki sambil mengamati Hanbyul dari atas ke bawah. “Ai dan YOWL menggelar konser jalanan di Hongdae, harusnya sudah selesai. Mereka mungkin ada di basecamp kini. Kau mau aku mengantar mu kesana? Karena kemungkinan Ai akan pulang karut atau mungkin tidak pulang dan tidur di basecamp.”
“Mwo??” Hanbyul kaget mendengar penjelasan Minki.
“Sepertinya kau bukan teman dekat Ai ya? Kenapa kau kaget mendengarnya? Siapa kau ini?”
“Ah, aku… aku Jang Hanbyul dan benar aku belum terlalu mengenal Fujiwara. Kalau begitu aku pergi dulu.” Hanbyul pamit pergi.
“Hah! Bukankah dia Viceroy? Ada apa dengan anak-anak ini?” Minki kemudian menaiki tangga.
“Oppa!” Ai berlari kecil menyusul. “Oppa baru pulang?”
“Kau juga.”
“Ma’af, aku memberikan layanan pada seorang fans malam ini hehehe…” Ai berjalan dibelakang Minki.
“Jang Hanbyul, dia baru saja pergi. Sepertinya dia sudah lama berdiri menunggu disini.”
“Nee?? Jang Han-byul??”
“Em.” Minki melanjutkan berjalan membelakangi Ai.
“Jang Hanbyul? Untuk apa dia kemari?” gumam Ai.
“Sepertinya mencari mu.”
“Mencari ku??”
***

Drap! Drap! Drap! Ai berlari menghindari Joongki. Ia masuk ke dalam ruang ganti dan segera menuju celah paling pojok diantara deretan lemari (loker). Ai menghentikan langkahnya disana, duduk mengatur nafas.

“Oh, kapchagi!” Ai benar kaget ketika menoleh dan mendapati Hanbyul duduk disana menatap heran padanya.
“Fujiwara?” Hanbyul melepas headset yang bertengger di kedua telinganya. Ai memberi isyarat agar Hanbyul diam. Hanbyul menurut dan diam. Setelah beberapa sa’at Ai memastikan kondisi aman.
“Hah…” Ai menyamankan posisi duduknya.
“Bagaimana bisa kau masuk ruang ganti pria?” tanya Hanbyul.
Ai mengamati ruangan dimana dia berada. Baru ia sadari jika ia masuk ruang ganti murid laki-laki. “Aku sedang menghindari seseorang dan ruangan ini sedikit terbuka, aku masuk saja. Kau sendiri, apa yang kau lakukan disini?”
“Sama seperti mu, aku juga sedang menghindari seseorang. Ada guru yang tak kau suka?”
“Nee. Aku pura-pura sakit, sialnya Dokter Song berada di klinik hari ini, susah payah aku kabur darinya. Dokter itu lebih mengerikan dari guru killer di sekolah ini. Ini benar-benar sial, keluar dari mulut harimau masuk ke mulut singa.”
Hanbyul tersenyum memperhatikan Ai. Gadis ini, Hanbyul mengagumi kesederhanaan Ai. “Kau berhasil lolos, itu hebat.”
“Oh, hehe… menurut mereka itu keahlian ku, melarikan diri dan menghilang. Predikat yang buruk bukan?”
“Apa kau benar sakit?”
Ai melepas tangan kanannya yang memegang perutnya.  “Aku baik saja,” Ai mengamati ponselnya.

From Song Hyuri: Joongki Oppa bilang kau kabur? Dimana kau sekarang? Oppa bilang kau sakit? Cepatlah kembali ke klinik!!!

“Anak ini! Apa dia sama sekali tak merasa menyesal telah berbuat ini pada ku?” gerutu Ai dan lagi-lagi sukses membuat Hanbyul tersenyum kagum. “Ma’af, apa kau punya air? Aku harus minum obat ku, aku lupa sarapan pagi ini dan… akhirnya aku harus minum obat lagi… aku tidak bisa mengunyahnya begitu saja, itu akan membuat ku muntah.”
Hanbyul berdiri dan mengulurkan tangan. “Kaja! Aku jamin kau aman. Melarikan diri di jam pelajaran adalah keahlian ku.”

Ai tersenyum dan meraih tangan Hanbyul. Hanbyul menggenggam tangan Ai dan membawanya keluar dari ruang ganti pria. Hanbyul masih menggandeng tangan Ai, mengendap-endap untuk menghindari petugas tata tertib. Hanbyul menarik Ai kebawah tangga dan membawa gadis itu masuk keruang sempit tempat menyimpan alat kebersihan ketika ia melihat petugas tata tertib. Ruangan ini terlalu sempit untuk mereka berdua. Dan entah sadar atau tidak, Hanbyul memeluk Ai dengan tangan kirinya sedang tangan kananya masih menggenggam tangan Ai. Suara langkah itu semakin jauh kemudian tak terdengar lagi. Hanbyul juga Ai tersenyum lega dan baru mereka sadari bagaimana posisi mereka dalam ruangan sempit ini. Hanbyul dan Ai sama-sama menarik diri membuat alat-alat kebersihan disekitar mereka berantakan. Hanbyul kembali membawa Ai keluar dari ruang sempit dan pengap itu.

Hanbyul berhasil membawa Ai tanpa ketahuan petugas tata tertib. Hanbyul kembali menemui Ai dan membawa sebotol air mineral. Ai segera meminum obatnya.

“Gomawo,” Ai tersenyum manis. Baru Hanbyul menyadari jika gadis itu memiliki lesung pipit di pipi kanannya.
“Kau juga punya itu?” Hanbyul menuding pipi kanan Ai.
“Nee. Kau juga bukan? Di pipi kiri mu, itu terlihat jelas walau kau tida sedang tersenyum.” Ai melihat jam tangannya. “Omo! Sebentar lagi kelas Bahasa Inggris, Junki Songsaengnim. Hanbyul Sunbaenim, kamsahamnida,” Ai membungkuk di depan Hanbyul. “Aku harus pergi!” ia segera berlari dan menghilang dari pandangan Hanbyul.
Hanbyul tertawa sendiri dibuatnya dan menggelengkan kepala melihat tingkah Ai. “Oh?” Hanbyul menemukan ponsel Ai tergeletak di dekat botol mineral.
-------

Kelas Junki hari ini di kuasai penuh oleh Ai. Setiap kali Junki mengajukan pertanyaan, Ai langsung mengangkat tangan dan menjawab dengan benar setiap pertanyaan itu. Bel tanda istirahat berdering. Murid kelas X-F berhamburan keluar kelas.

“Are you enjoy my class today?” tanya Junki sa’at Ai membantu menghapus papan tulis, “I like your English ability, that’s great.”
“Do you like me, Songsaengnim?” tanya Ai membuat kaget Junki.
“I like all my student who joined my class. Excuse me.” Junki pun pergi lebih dulu.
Ai tersenyum puas lalu merogoh sakunya. “Oh! Omo! Ponsel ku!” Ai berubah panik dan segera keluar kelas.

Ai tak menemukan ponselnya. Ai segera menuju kantin untuk mencari Kibum dan Wooyoung namun melihat antrian panjang murid-murid itu, Ai menjadi pusing. Ai memilih pergi. Ia berjalan lesu menyusuri koridor berusaha mengingat dimana terakhir kali ia menaruh ponselnya.

“Hah, pasti terjatuh sa’at aku lari menuju kelas…” Ai menunduk putus asa.
“Ai!” Hyuri merangkul Ai. “Disini kau rupanya. Kita ke taman belakang sekolah dan makan siang disana? Lalu kau harus minum obat mu, ya?”
“Ponsel ku, hilang…”
“Mwo?? Bagaimana bisa??”
“Entahlah, mungkin terjatuh sa’at aku berlari kembali ke kelas.”
Tanpa di perintah Hyuri langsung menelfon nomer Ai. “Di matikan.”
“Gawat!”
“Wae??”
“Nomer semua calon patner ku disana dan aku belum membalas satu pun pesan mereka.”
“Mwo?? Bagaimana kau bisa begini ceroboh?? Sekarang bagaimana??”
“Entahlah, aku tidak bisa berpikir jernih. Aku mau ke toilet saja.”

Dari arah berlawanan Hanbyul berjalan berdampingan dengan Sunghyun yang sibuk dengan buku ditangannya. Hyuri melihat Hanbyul yang berjalan disamping kanan Sunghyun namun mengabaikannya. Hanbyul-Sunghyun berpapasan dengan Ai-Hyuri. Hanbyul menyelipkan kertas ditangannya pada tangan Ai sa’at keduanya berpapasan. Ai terkejut namun menyembunyikan hal itu dari Hyuri.

Ponsel mu ada pada ku. Nanti sore aku tunggu di depan gang utama Jeonggu Dong. –Hanbyul-

Ai tersenyum lega membaca isi pesan dalam kertas kecil yang ditulis Hanbyul.
“Apa itu?” tanya Yoojin mengejutakan Ai yang segera melipat ulang kertas itu dan menyembunyikannya.
“Bukan apa-apa. Ah, aku lapar.”


Hari ini pertama kalinya Ai berada di kantin sekolah. Suasana sudah tak begitu ramai. Wooyoung dan Kibum turut menemani Ai dan Hyuri di kantin. Hanbyul dan Sunghyun masuk bersama ke kantin. Sunghyun sempat tersenyum pada Ai namun tak menyapa dan langsung memilih menu makan siangnya. Hanbyul pun sama langsung memilih menu makan siangnya.

“Suasana sore di taman, bukankah itu menyenangkan?” kata Ai hingga terdengar oleh Hanbyul yang sedang memilih menu makan siang tepat di dekat meja tempat Ai dan teman-temannya duduk.

“Iya. Lama tak menghabiskan waktu disana.” Jawab Kibum. “Ai, dulu kau suka bermain ayunan di taman bermain dekat Jeonggu Dong bukan?? Kapan-kapan kita nikmati waktu sore ditaman bersama, seperti dulu, kau mau kan?”

“Aku ikut…” rengek Hyuri.

“Boleh. Iya kan Ai?”

“Nee…” Ai tersenyum.

Hanbyul tersenyum dan kemudian pergi mencari meja kosong untuk makan siang bersama Sunghyun.


-------TBC--------

matur suwun
.shytUrtle_yUi.

You Might Also Like

0 comments

Search This Blog

Total Pageviews