¤ HWASEONG ACADEMY -Love, Music and Dreams- (화성 아카데미-사랑, 음악과 꿈-) ¤

23:00

¤ HWASEONG ACADEMY -Love, Music and Dreams- (화성 아카데미-사랑, 음악과 꿈-) ¤

 

. Judul: Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’
. Revised Romanization: Hwaseong Akademi ’salang, eum-aggwa kkum’
. Hangul: 화성 아카데미’사랑, 음악과 꿈’
. Author: shytUrtle_yUi
. Rate: Serial/Straight
 
 Episode #13

Jam sekolah berakhir. Jaejoong dan ketiga rekannya Wonbin, Minhyuk dan Jaejin menunggu Ai di gerbang. Namun yang muncul hanya Wooyoung dan Kibum.
“Nona bersama kalian?” tanya Wooyoung.
“Itu yang akan aku tanyakan pada mu.” Jawab Jaejoong.
“Ai tidak bersama kalian, apa dia bersama Hyuri?” tanya Jaejin.

Hyuri berjalan menyusuri koridor sendirian. Ia berjalan sambil sibuk mengotak-atik ponselnya dan tidak fokus hingga ia menabrak seseorang. Ponsel Hyuri terjatuh di lantai dan ia terbelalak melihat mpat orang gadis yang berdiri mencegatnya.
‘Red Venus?’ batin Hyuri. Hyuri sedikit merasa takut dan khawatir karena ia sendirian kini. Dan diketahui banyak orang jika ia dekat dengan YOWL. Ini bisa jadi mimpi buruk bagi Hyuri.
“Kenapa cucu dari penndiri Hwaseong Academy ini memilih bergaul dengan orang kelas rendah seperti YOWL?” Gyuri mulai bicara.
“Menurut hukum psikologi, sejenis akan menarik sejenis, mungkin karena sejenis maka mereka bisa bertahan bersama,” sambung Soojung.
“Bagaimana dengan strata sosial diantara mereka?” imbuh Chaerin.
“Strata sosial dan perbedaan dengan sendirinya akan melebur ketika seseorang telah merasa cocok dengan orang lainnya,” jawab Yiyoung.
Chaerin memungut ponsel Hyuri dan mengembalikannya. “Sebaiknya kau berhati-hati dengan siapa kau bergaul.” Kata Chaerin sebelum pergi.
Hyuri berdiri diam menatap empat member Red Venus yang berjalan pergi meninggalkannya.
“Kenapa kau memilih jalan yang membawa mu untuk di lukai?” Myungsoo berjalan menuruni tangga. Hyuri membalikan badan dan menatap Myungsoo. Myungsoo berjalan mendekat dan berhenti di depan Hyuri. Ditatapnya gadis itu. Myungsoo tersenyum lalu pergi.

Hyuri berjalan cepat memeluk buku dan menundukan kepala. “Hyuri!” Jaejoong menyambut Hyuri. “Ai, apa dia bersama mu?”
“Tidak.” jawab Hyuri tanpa menghentikan langkahnya atau mengalihkan pandangannya pada Jaejoong.
“Kau tahu dimana Ai?” tanya Jaejin.
“Molla!”
“Dia kenapa?” Minhyuk heran.
“Hyuri!” Kibum mengejar Hyuri, menarik tangan gadis itu hingga Hyuri menghentikan langkahnya. “Apa terjadi sesuatu?” tanya Kibum setelah berhasil menghentikan langkah Hyuri. Hyuri menatap Kibum, Wooyoung lalu keempat member Viceroy. Hyuri menghela nafas panjang dan kembali tenang.
“Mianhae,” kata Hyuri lirih. Kibum melepas pengangannya pada lengan Hyuri.
“Mereka menyakiti mu lagi? Viceroy?” Tanya Jaejin.
“Empat member Red Venus menemui ku, mengatakan hal-hal yang… yang sangat tidak penting.”
“Red Venus??” Minhyuk tak percaya yang di dengarnya.
“Kenapa aku kesal karenanya? Harusnya aku bangga akan hal ini. Mereka memperhatikan aku dan mungkin merasa iri pada ku karena aku bisa dekat dengan kalian, YOWL.”
Minhyuk merangkul Hyuri, “kau semakin kuat sekarang.”
“Benar. Mereka itu iri pada mu, jadi kau harus tunjukan siapa diri mu sebenarnya, em?” Jaejin ikut menyemangati.
“Lihat! Bagaimana orang yang kau kejar mati-matian itu. Mereka tak secantik penampilannya,” Minhyuk menatap Jaejoong.
“Hah… dimana Ai?” Jaejoong masih gusar mencari Ai.
“Oh, kalian tahu jika ponsel Ai hilang? Mungkin dia pergi mencarinya.” Kata Hyuri.
“Hilang?? Bagaimana bisa?” tanya Jaejoong.
“Pantas saja tidak aktif,” Kibum menyimpan ponselnya kembali. “Hilang dimana?”
“Entahlah, Ai juga tidak yakin akan hal itu. Dia sangat panik, semua nomer calon patner YOWL ada disana dan Ai belum membalas satu pun pesan yang masuk.”
“Wah… ini gawat. Mimpi buruk.”
***

Ai melompat turun dari bangku taman ketika Hanbyul datang. “Kau datang!” sapa Ai. Hanbyul menoleh dan menatap heran seseorang yang berjalan menghampirinya dengan kepala tertutup topi jaket. “Ini aku!” Ai membuka topi jaketnya.
Hanbyul tersenyum lebar melihat Ai. “Syukurlah benar disini tempatnya.”
“Ponsel ku!” Ai menadongkan tangan.
Hanbyul segera menarik senyumnya dan ekspresi itu berubah terkejut. ‘Apa tidak bisa basa-basi dulu? Padahal sangat sulit untuk bertemu.’ Batin Hanbyul.
Ai memiringkan kepala dan menurunkan tangannya mengamati Hanbyul, “kau meminta kompensasi?”
“Mwo??” pertanyaan Ai membawa kesadaran Hanbyul kembali. “Kompensasi?” bisik Hanbyul. “Oh, nee. Tentu saja. Bayangkan jika yang menemukan ponsel mu itu orang lain?”
“Baiklah. Apa ganti ruginya? Kau mau apa?”
‘Orang macam apa gadis ini?’ gumam Hanbyul dalam hati. “Temani aku, aku bosan.”
“Ok!”
“Ok?”
“What can I do to get rid of your boredom?”
“Eum? Accompany me going somewhere.”
“Ok. Where do you want to go to? Let's kick out your boredom.”
“Namsan?”
“Namsan?”
“Nee. I’m really wanna go to Namsan Tower.”
“Ok. Kau bawa mobil?”
“Nee, wae?”
“Ponsel ku, tolong, sebentar saja.” Hanbyul pun memberikan ponsel Ai kembali. Ai mengaktifkan ponselnya dan menelfon seseorang. “Kita tunggu sebentar,”  Ai kembali mematikan ponselnya dan memberikannya kembali pada Hanbyul. Ai memimpin Hanbyul untuk duduk dibangku taman.

Ai dan Hanbyul duduk berdampingan namun saling terdiam. Keduanya menunggu hingga beberapa menit. Ai kemudian bangkit dari duduknya dan melambaikan tangan. Myeongran berlari mendekati Ai dan Hanbyul.

“Nuna??” Hanbyul turut bangkit dari duduknya.
“Annyeong…” Myeongran memberi salam. “Ada apa Nona meminta ku kemari?” tanya Myeongran pada Ai.
“Onni bisa menyetir?”
“Nee.”
Ai beralih menatap Hanbyul, “mana kunci mobil mu?”
“Nee??” Ai tetap menadongkan tangannya dan sekali lagi Hanbyul menurut. Ia memberikan kunci mobilnya pada Ai.
“Onni, tolong bawa mobil Hanbyul pergi dari sini.” Ai memberikan kunci ditangannya pada Myeongran.
“Mwo??” Myeongran dibuat bingung.
“Bawa kemana saja, asal jauh dari Jeonggu Dong, nanti aku akan menelfon Onni lagi untuk membawanya kembali, bisa kan?”
“Ah, nee…” walau masih bingung Myeongran menurut saja dan pergi.
“Fujiwara, what’s that mean?” tanya Hanbyul.
“Let’s go to Namsan Tower!”
“But you sent my car to somewhere else?”
“Let me take you there using my own way, kaja!” Ai berjalan memimpin. Hanbyul berlari kecil mengejar lalu berjalan disamping kanan Ai.
“You make me so confused.”
Ai hanya tersenyum menanggapinya.


*Led Apple-Barae (Hope)*

Ai mengajak Hanbyul naik bus untuk menuju Namsan. Ini pertama kalinya bagi Hanbyul, naik angkutan umum, bus. Hanbyul terlihat benar menikmati perjalanannya. Ia taak sungkan bertanya-tanya pada Ai. Ai pun bertindak sebagai pemandu yang baik bagi Hanbyul. Suasana di Namsan Tower cukup ramai sore itu ketika Ai dan Hanbyul tiba disana.

“Kenapa kebanyakan orang ingin pergi ke Namsan?” Ai kembali memulai obrolan.
“Karena tempatnya romantis?”
“Romantis?? Itu terdengar lucu.”
“Kau pernah kesini sebelumnya?”
“Nee.”
“Bersama kekasih mu?”
“Minki Oppa lalu bersama Jaejoong, Wonbin, Minhyuk, Jaejin dan Kibum. Aku senang melihat panorama dari kereta kabel, sangat indah. Seperti melayang di udara,” Ai tersenyum mengenangnya. “Ayo kita coba.”
“Ok.”

Ai tersenyum melihat ekspresi Hanbyul. Hanbyul benar-benar menikmati perjalanannya dalam kereta kabel. Ai berdiri di pojok kereta dan diam. Hanbyul mengambil beberapa foto. Ia kemudian menangkap Ai dalam bidikan kamera ponselnya. Tanpa sepengetahuan Ai, Hanbyul mengambil beberapa foto gadis itu. Keduanya kemudian berjalan menuju puncak.

“Oh, itu paviliun Palgakjeong.” Tunjuk Ai pada gazebo dengan gaya bangunan khas bangunan Korea kuno itu. Keduanya segera menuju kesana.
“Woa… it’s so fantastic!” Hanbyul terlihat sangat senang.

Ai berdiri menyandarkan punggungnya pada salah satu pilar gazebo. Ia tersenyum melihat ekspresi Hanbyul. Hanbyul kembali mengambil beberapa foto dirinya juga pemandangan di sekitarnya. Ia membidikan kamera ponselnya ke segala arah. Hanbyul kembali menangkap Ai dalam bidikan kamera ponselnya. Gadis itu tak menyadarinya. Ia tetap berdiri di dekat salah satu pilar gazebo dan diam memperhatikan orang-orang di sekitarnya. Hanbyul tersenyum lalu mengambil beberapa foto Ai. Setelah puas mengambil gambar-gambar Ai, Hanbyul menghampiri gadis itu.

Ai kemudian mengajak Hanbyul menuju pagar tempat digantungnya gembok-gembok dan merupakan tempat favorit bagi setiap pasangan yang datang ke Namsan Tower. Ai kembali menjauh dan memilih diam membiarkan Hanbyul menikmati waktunya di Namsan.

“Ini!” Hanbyul tiba-tiba menyodorkan sebuah gembok warna pink pada Ai.
‘Pink?’ batin Ai sambil menatap aneh pada gembok itu. Ai memang tidak terlalu suka pada warna pink.
“Oh, apa kau sudah pernah mencobanya sebelumnya?”
“Kau percaya pada mitosnya?”
“Eum, entahlah. Bagaimana kalau kita mencobanya?”
“Kita??”
“Kita buat permohonan bersama lalu menyatukan gembok kita dan menggantungnya, bagaimana? Ah, kita buat untuk Viceroy dan YOWL, bagaimana?”
“Baiklah.” Akhirnya Ai menyerah juga dan Hanbyul tersenyum lebar.
Keduanya menulis harapan singkat pada gembok masing-masing lalu mereka menyatukan gembok itu dan menggantungnya. Hanbyul lalu membuka kunci dari dua gembok itu.
“Kita akan lihat bagaimana hasilnya,” kata Hanbyul penuh semangat.

Langit berubah gelap. Ai berada di balkon observasi. Ia berdiri menatap keluar dinding kaca melihat gemerlap lampu kota Seoul yang terlihat bagai bintang di langit malam. Hanbyul kembali dengan membawa dua kaleng minuman ditangannya. Langkah Hanbyul terhenti. Ia memperhatikan Ai yang tak menyadari kehadirannya. Tatapan yang tak pernah hanbyul lihat sebelumnya dari seorang Fujiwara Ayumu. Tatapan sendu mencerminkan kesedihan yang teramat dalam terlukis di wajah ayu Ai. Hanbyul terdiam, berdiri mematung menatap Ai. Ai kemudian menoleh dan menyadari kehadiran Hanbyul. Hanbyul tersenyum dan berjalan mendekati Ai.

“Aku tidak bisa meminumnya,” kata Ai sebelum Hanbyul memberikan salah satu minuman kaleng ditangannya pada Ai.
“Tunggu sebentar.” Hanbyul merogoh kantung jaketnya dan memberikan satu kotak susu coklat dan sebuah lolipop coklat.
“Thanks.” Ai tersenyum lebar dan tulus, terlihat sangat manis. Dan senyuman tulus pertama yang di lihat Hanbyul dari seorang Fujiwara Ayumu. Ai segera meminum susu kotak pemberian Hanbyul. Hanbyul tersenyum melihatnya.
“Apa kau menemukan inspirasi?” hanbyul kemudian meneguk isi minuman kalengnya. “Berdiri diam menatap keluar dinding kaca, kau pasti sedang mencari inspirasi, benar tidak?”
“Tempat ku mencari inspirasi adalah toilet.”
“Mwo??”
“Nee. Itu tempat favorit ku.”
“Termasuk toilet berhantu di sekolah?”
“Em.” Ai mengangguk. “Kim Yoojin tidak banyak membantu namun tidak merepotkan juga.”
“Kim Yoojin??”
“Kau ini mata-mata Viceroy ya?”
“Mwo?? Tentu saja bukan. Apa untungnya menjadi, spy?”
“Kau tidak merasa bersalah dan telah berkhianat pada teman-teman mu karena kau pergi dengan ku?”
“Bagaimana dengan mu?”
“Aku terbiasa membuat aturan sendiri, ini bukan masalah besar bagi ku.”
“Member YOWL mencari mu?”
“Ponsel ku ada pada mu, mana aku tahu.”
Hanbyul teringat kejadian di taman. Ai kembali mematikan ponselnya usai menelfon Myeongran dan kembali memberikan ponsel itu pada Hanbyul. “Oh, ma’af.”
“Aku akan mengambilnya setelah selesai membayar kompensasi ini.”
“Ok.” Hanbyul kembali meneguk minumannya.
“Apa aku menarik perhatian mu?” pertanyaan Ai sukses membuat Hanbyu tersedak hingga terbatuk-batuk. Wajah Hanbyul memerah karenanya. Ai menoleh, menatap Hanbyul dengan tatapan datar seperti kebiasaannya. Hanbyul sedikit salah tingkah dibuatnya.
“Siapa band idola mu?” tiba-tiba pertanyaan itu terlontar dari mulut Hanbyul.
“Helloween dan sangat iri pada Amy Lee. Hah, dia itu wanita sempurna.” Puji Ai.
Hanbyul menghela nafas lega kemudian.
-------

Ai kembali membawa Hanbyul ke taman. Myeongran sudah menunggu keduanya disana. Hanbyul berdiri berhadapan dengan Ai.

“Thanks for all. I’m feel so fresh now,” Hanbyul tersenyum manis dan Ai senang melihat lesung pipi itu muncul di pipi kiri Hanbyul.
“Thanks for keep my phone well.”
“I hope, next time, we could going together again.”
“Hope so.”
“I’m leave.”
“Ok.”
Hanbyul pun pamit pergi. Ai dan Myeongran pulang bersama.

“Nona terlihat begitu dekat dengan Tuan Muda Jang. Kalian terlihat baik bersama.” Komentar Myeongran.
“Kelihatan demikian?”
“Nee. Kalian cocok.” Myeongran memberikan dua jempolnya. “Tuan Muda Jang, sejauh aku bekerja padanya, aku tak pernah melihatnya bersama seorang gadis, kalau pun ada yang berkunjung, Tuan Muda tak begitu hangat menyambutnya.”
“Berarti aku mendapat perhatian istimewa darinya?”
“Bukankah itu sangat terlihat?”
“Kaja!” Ai merangkul Myeongran.
***

Myeongran merasa risih ketika sampai di basecamp YOWL. Jaejoong, Jaejin, Wonbin dan Minhyuk mencegat Ai dan Myeongran. Tatapan keempatnya benar-benar membuat Myeongran merasa di adili.

“Kemana saja kau?” tanya Jaejoong.
“Kau tiba-tiba menghilang sa’at di sekolah. Kami tak menemukan mu disemua tempat.” Sambung Jaejin.
“Aku pergi mengambil kembali ponsel ku.” Jawab Ai santai.
“Siapa yang menemukannya?” tanya Minhyuk.
“Jang Hanbyul.”
“Mwo??” Jaejoong, Jaejin dan Minhyuk kompak. “Bagaimana bisa? Jang Hanbyul?” imbuh Jaejin.
“Pantas saja aku mencium bau asing, menempel padamu.” Komentar Wonbin.
Jaejin segera mendekati Ai dan mengendus bau yang dikatakan Wonbin. “Benar. Ada aroma paerfum lain. Ya, apa yang kalian lakukan?”
Ai teringat kejadian sa’at pulang. Bus penuh hingga Ai dan Hanbyul harus berdiri. Ai dan Hanbyul berdiri berhadapan dalam bus yang sesak. Dan mereka berdiri demikian hingga setengah jam lamanya.
“Bus penuh sesak, kami harus berdesakan sa’at pulang.” Jawab Ai.
“Bus?? Kalian…” Jaejoong tak melanjutkan ucapannya.
“Aku harus membayar kompensasi pada Hanbyul.”
“Kalian sedekat itu dan dia memeluk mu, dalam bus?”
“Ck! Berhenti berpikiran konyol!” Ai mendorong Jaejoong dengan ujung jari telunjuknya. “Hah, kita harus bekerja! Waktu kita tidak banyak!”
Wonbin, Jaejin dan Minhyuk menyusul langkah Ai sedang Jaejoong bertahan menatap Myeongran. “Nuna, apa yang sebenarnya terjadi? Apa mereka berkencan?”
“Nee?? Mo-molla.” Myeongran menggelengkan kepala.
“Myeongran Onni, dia hanya menjaga mobil Hanbyul. Kau tahu kan jika Myeongran Onni bekerja sebagai charlady untuk Hanbyul?” sahut Ai yang sudah duduk dan sibuk dengan ponselnya.
“Sebenarnya apa yang kalian lakukan?” Jaejin juga penasaran.
“Mengantar Hanbyul melihat Namsan, itu saja.”
“Sungguh??” Jaejoong masih curiga.
“Apa menguntungkan bagi ku jika aku berbohong? Yang terpenting ponsel ku selamat. Ini masa depan YOWL.”
***

Kedua daun pintu basecamp terbuka lebar. Ada satu meja dengan lima kursi lalu di depannya di tata rapi beberapa kursi. Yongbae membagikan amplop coklat pada setiap kursi. Minhyuk dan Jaejin tiba di basecamp. Keduanya di buat terkesan dengan tata ruang basecamp hari ini. Itu terlihat sangat resmi. Ai benar-benar ingin menyambut baik calon-calon rekannya. Jaejoong yang datang bersama Wonbin dan Kibum juga sama. Ketiganya terkesan dengan tata ruang basecamp hari ini. Yongbae tak lupa memamerkan ikebana buatannya pada keempat member YOWL dan Kibum.

Ai baru sampai. Dengan mulut terisi lolipop, tangan kiri memangku netbook dan kedua telinga tertutup headphone, Ai berjalan memasuki basecamp. Ai tersenyum pada enam pemuda tampan yang kompak menatapnya. Ia kemudian duduk di kursi paling tengah dari lima kursi yang tertata berjajar di belakang satu meja panjang. Ai menyempatkan diri melihat ikebana yang di letakan tepat di hadapannya dan memujinya. Yongbae benar dibuat tersipu-sipu karenanya.

“Kau menyebar lamaran pada berapa orang?” tanya Minhyuk yang duduk diatas meja.
“Aku lupa.” Jawab Ai enteng.
“Lupa?? Aish!”
“Menurut mu, apa mereka semua akan datang kemari hari ini?” tanya Wonbin yang berdiri di samping Minhyuk.
“Entahlah. 50:50, mungkin. Semoga kita beruntung.”
“Bagaimana temanya?” tanya Kibum.
“Yoreumeun YOWL? Musim panas ini milik YOWL.” usul Jaejoong.
“Itu terlalu narsis.” Protes Jaejin.
“Konsep yang kalian usung?” tanya Kibum lagi.
“Iya, Ai. Bagaimana realisasinya? Kau bahkan tidak memberi bocoran pada kami.” Kata Jaejoong.
“Hah… aku jadi sedikit khawatir,” Ai berubah ragu.
“Nona. Ini daftar orang yang pasti bergabung.” Wooyoung datang bergabung.
“Benarkah??” Jaejin ikut bergabung membaca isi kertas yang baru diserahkan Wooyoung.
“Wah, ini lumayan. Aku pikir YOWL benar-benar tak akan dapat patner di sekolah. Apalagi setelah menolak Viceroy juga Stardust.” Komentar Minhyuk yang ikut membaca.
“Orang kita juga sudah berjaga di beberapa titik yang Nona minta.” Yongbae ikut melapor.
“Ok. Terima kasih atas kerja keras kalian untuk membantu ku. Hah… sa’atnya kita menunggu.”

Bukan hanya Ai yang merasa gundah, harap-harap cemas. Rekan-rekannya pun merasakan hal yang sama. Setelah memberikan jeda waktu selama seminggu, hari ini adalah penentuan apakah YOWL akan mendapatkan rekan-rekan mereka atau tidak. Hyuri datang 10menit lebih awal dari jam yang ditentukan dalam sms balasan Ai untuk semua yang mengirim pesan padanya.

Menunggu. Hal ini membosankan. Ai naik ke atas panggung dan mulai memainkan keyboardnya. Jaejin menyusul naik keatas panggung lalu Minhyuk dan Wonbin juga Jaejoong. YOWL memainkan alat musik mereka dan intro ‘Wind Of Change-Scorpions’ pun terdengar. Wonbin memainkan gitar akustik, Jaejoong pada melody. Ai mengambil alih tugas vokal Jaejoong dan bernyanyi. Junki tiba bersama Gahee. Ai yang masih bernyanyi diatas panggung sedikit mengerutkan dahi melihat Junki datang dengan seorang wanita yang tak di kenalnya. YOWL melanjutkan pertunjukan mereka. Jaeki dan Luhan datang. Yongbae mempersilahkan keduanya untuk duduk. Luhan langsung menikmati pertunjukan YOWL. selang beberapa menit kemudian, Sunggyu dan Chaebin tiba. Lalu Himchan dan Hyebyul. Kemudian beberapa orang yang menerima lamaran YOWL pun berdatangan. Himchan kaget melihat rekan-rekannya dalam club musik tradisional juga hadir. Ia segera menyapa rekan-rekannya itu. Penonton pun bertepuk tangan sa’at pertunjukan YOWL berakhir. Kelima member YOWL tak menduga yang datang akan sebanyak ini. Setidaknya jumlah itu adalah banyak bagi mereka, walau hanya seperempat dari yang diharapkan.

“Terima kasih sudah berkenan hadir. Inilah markas kami, YOWL.” Ai memberikan sambutan. “Sebelum menuju pada pokok pembahasan, saya ingin sekali lagi bertanya. Anda sekalian yang datang ekmari hari ini apakah benar menerima lamaran kami, YOWL, dan bersedia menjadi rekan kami? Jika Anda merasa terpaksa atau tak nyaman, Anda bisa pergi.”

Suasana menjadi hening. Ai menunggu, kalau-kalau ada yang berdiri untuk mundur menjadi rekan YOWL. Hingga beberapa detik berlalu, tidak ada yang beranjak dari tempat duduk masing-masing.

Ai tersenyum tulus, “kamsahamnida,” ia membungkukan badan. “Mari kita bekerja sama untuk Hwaseong Festival tahun ini. Nah, amplop coklat yang ada pada Anda sekarang adalah konsep yang akan kita kerjakan untuk pertunjukan nanti.”
“Ma’af!” Himchan mengangkat tangan kanannya.
“Nee, Kim Himchan Sunbaenim. Ada yang ingin Anda tanyakan?”
“Kenapa YOWL memilih kami?”
“Kita sama-sama golongan minoritas dan YOWL ingin mengusung konsep rock-tradisional, jadi YOWL butuh Anda sekalian. Kim Himchan dan Jung Hyebyul Sunbaenim, seperti yang kita tahu club pecinta musik tradisional Hogyeongi kurang mendapat perhatian dan peminat. Kalian mati-matian mempertahankan club ini agar tetap bisa berkarya dengan anggota yang sangat minim dan sekolah tak terlalu memperhatikannya bukan? Bukankah ini sa’at yang tepat bagi sesama golongan minoritas ini untuk bersatu?”
“Lihat! Misinya sangat keren,” bisik Luhan namun Jaeki tak mendengarnya malah sibuk melihat ke arah pintu masuk. “Jaeki?”
“Oh nee?? Ah, Oh Sehun Sunbaenim, sepertinya dia tidak datang.”
“Lalu bagaimana dengan kami?” tanya Chaebin.
“Park Chaebin Sunbaenim dan Kim Sunggyu Sunbaenim. Aku sering melihat duet kalian di Hongdae. Aku juga pengamen Hongdae.”
“Oh. Dia juga seniman jalanan Hongdae?” gumam Sunggyu tak percaya.
“Bagaimana dengan aku?” Luhan mengangkat tangan. Jaeki segera menatapnya heran.
“Xiu Luhan, pelajar dari Cina dan permainan seruling yang sempurna.”
“Ah, kau tahu??” Luhan tersipu malu.
“Mencari informasi tentang kalian bukanlah hal yang mudah. Terima kasih sudah bersedia bergabung. Kita bahas konsep kita sekarang. Terima kasih juga untuk Lee Junki Songsaengnim dan…” Ai menatap Gahee.
“Itu Park Gahee Songsaengnim. Guru biologi kelas XI,” bisik Jaejoong.
“Dan Park Gahee Songsaengnim. Mohon bimbingannya.” Ai tersenyum tulus dan Gahee pun membalas senyum.

YOWL dan rekan baru mereka membahas konsep pertunjukan yang di ajukan Ai. Mereka berdiskusi dan saling tukar pendapat. Jaeki hanya diam dan sesekali melihat ke arah pintu. Diskusi berjalan santai dan telah mencapai kesepakatan. Sehun berlari masuk dan lega melihat semua masih berada disana. Sehun kemudian berjalan mendekat sambil mengatur nafasnya.

“Apa aku terlambat?” tanya Sehun.
“Baru saja aku berpikir jika kau benar-benar menolak lamaran kami,” sambut Ai.
“Ah, aku juga ingin mengoyak-oyak Viceroy.”
“Welcome yo our world, Oh Sehun Sunbaenim.”
Jaeki tersenyum lega melihat Sehun tiba dan setuju bergabung dalam kubu YOWL. “Mereka terlihat akrab ya?” bisik Luhan.

“Kamsahamnida Songsaengnim,” Ai membungkuk di depan Junki dan Gahee setelah diskusi berakhir.
“Aku mengajak Gahee, karena dia teman baik ku dan aku rasa dia bisa membantu kalian dengan baik.” kata Junki.
‘Teman?’batin Ai yang segera tersenyum lebar. “Oh, nee, kamsahamnida. Itu ide yang baik.”
“Konsep YOWL sangat keren. Aku yakin kalian bisa memukul telak Viceroy.” Kata Gahee.
“Sayang tidak ada hadiah khusus untuk pemenang, tapi aku yakin YOWL tidak membutuhkan itu.” Imbuh Junki. “Baiklah, kami pamit pergi.”
“Songsaengnim akan mendampingi kami kan? Setiap latihan?”
“Tentu.” Junki tersenyum tulus. “Kami pergi.”
“Nee.” Ai tersenyum lebar. Ai kemudian kembali bergabung dengan rekan-rekannya, YOWL. ia tersenyum melihat Jaejin cs yang tak hentinya membahas pertemuan barusan.
***

Jaejoong menyerahkan proposal YOWL pada Dewan Senior. Jieun membaca isinya dan tersenyum.

“Summer Windmill, jadi itu tema kalian?” tanya Jieun.
“Nee. Yorumeun YOWL, musim panas tahun ini akan jadi milik YOWL.” Jaejoong penuh percaya diri.
“Ok.” Jieun tersenyum manis.
“Kalian tidak ingin menyantumkan nama rekan kalian dalam konsep?” tanya Taemin.
“Tidak.” jawab Wonbin.
“Baiklah. Kami akan mengumumkan tema YOWL saja.”
“Jika sampai bocor, berarti itu salah satu dari kalian.” Minhyuk membungkuk dan meletakan kedua tangannya pada meja.
“Jangan khawatir. Proposal masing-masing kubu adalah rahasia dan kami akan menjaganya dengan baik.” Daehyun tersenyum meyakinkan.
“Gomawo.” Tutup Jaejin dan keempat member YOWL ini pun pergi.
“Sebenarnya apa yang mereka rencanakan? Summer Windmill?? Kincir angin musim panas?” gumam Taemin.
“Dari nama-nama ini, aku hanya tahu tentang Kim Himchan dan Jung Hyebyul.” Kata Daehyun.
“Jieun, Viceroy belum menyerahkan proposal. Apa kalian belum menentukan konsep?” tanya Taemin.
“Aku belum tahu. Belum ada panggilan untuk berkumpul dari Myungsoo.”
“Jangan meremehkan YOWL.”
“Nee.”
“Hah… andai aku bukan Dewan Senior, aku yakin YOWL pasti akan melamar ku juga,” kata Daehyun tiba-tiba. Taemin dan Jieun kompak menatapnya lalu tersenyum dan menggelengkan kepala.
-------

“Song Hyuri!” panggil Hanbyul lirih yang memang sedang menunggu Hyuri lewat.
“Jang Hanbyul Sunbaenim?” Hyuri benar kaget lalu mengawasi sekitar takut ada yang melihat keduanya. “Ada apa?”
Hanbyul tersenyum tulus, “aku ingin mengucapkan terima kasih padamu. Kamsahamnida.”
“Nee?? Terima kasih?? Untuk apa??”
“Tentang Fujiwara.”
“Oh itu hehehe… Ah, Sunbaenim…??”
“Nee.”

Myungsoo memergoki Hanbyul dan Hyuri. Ia terus memperhatikan keduanya dengan tatapan curiga. Melihat ekspresi wajah Hyuri dan Hanbyul yang terlihat sama-sama berseri, Myungsoo makin curiga. Ada apa sebenarnya antara Hanbyul dan Hyuri?

“Kau ingin berpindah komunitas sekarang?” Myungsoo berjalan mendekati Hyuri setelah Hanbyul pergi.
Hyuri menatap sinis Myungsoo. “Wae? Kau takut?”
“Mwo? Untuk apa aku takut?”
“Aku dekat dengan YOWL dan kini aku juga dekat dengan salah satu member Viceroy. Hah, bisa kau bayangkan bagaimana jika aku membuat kekacauan diantara kalian?”
“Mwo??”
“Benar! Aku akan membuat kekacauan itu. Aku akan membuat kacau YOWL juga Viceroy. Kau tahu apa yang telah aku lakukan? Aku akan membuat Jang Hanbyul dan Fujiwara Ayumu saling menyukai.”
“MWO??”
“Hagh! Aku yakin kau akan menderita karenanya.”
“Mwo?? Ya! Song Hyuri!”
“Kenapa? Kau kaget? Inikah Song Hyuri yang sebenarnya? Iya, inilah Song Hyuri yang sebenarnya. Kalian pikir kalian hebat apa? YOWL juga Viceroy, beraninya kalian mengacaukan sekolah yang di bangun Nenek ku dengan susah payah ini!”
“Mwo??” Myungsoo makin bingung. “Kau mengancam?”
“Ini tidak hanya akan jadi ancaman atau peringatan! Sebaiknya kau mempersiapkan diri, Kim Myungsoo.” Hyuri tersenyum mencibir lalu berjalan pergi.
Myungsoo berdiri tertegun menatap punggung Hyuri. “Ada apa dengannya?? Benarka itu sosok sebenarnya Song Hyuri??”


Byunghun mencegat Ai yang berjalan sendiri sambil membuka lembar demi lembar halaman buku ditangannya.

“Ada apalagi?” tanya Ai malas.
“Aku menantang mu duel, Fujiwara Ayumu!”




-------TBC-------

matur suwun
.shytUrtle_yUi.

 

You Might Also Like

0 comments

Search This Blog

Total Pageviews