"Siapa yang Mainin Mouse gUi?"

03:57



"Siapa yang Mainin Mouse gUi?"

Long time nggak nulis cermis—yang dulu diartiin cerita Kamis atau cerita misteri. Yeah, sejak saat itu aku nggak pernah posting cerita di hari Kamis. Ingat kan sebabnya apa? Yep! Tulisan yang mau dipublikasi gagal upload. Kalaupun berhasil, separuh tulisan hilang. Sejak saat itu juga, aku nggak pernah nyalain gUi di hari Kamis. Terlebih Kamis malam. You know cerita proses penulisan buku AWAKE kan? Ya, ya benar! Kamis emang sudah sepantasnya dan seharusnya kita keramatkan. Jadi, kalau hari Kamis duduk-duduk saja ya. Nemenin para leluhur yang pulang mengunjungi kita.

Setelah buku AWAKE terbit, nggak berarti kami nggak ngalamin creepy story lagi. Masih aja ada yang mampir. But you know lah. Nggak semuanya bisa dipublikasi. Karena, nggak semua dari 'mereka' yang setuju ceritanya dipublikasikan. Jadi, kami membicarakannya sebatas komunitas kami dalam markas Sarang Clover.

Belakangan rajin main-main keluar. Yeah, buat ngelawan si tante anxie yang Agustus lalu sempet bikin aku menggila. Alhamdulillah sekarang makin bisa dikendalikan. Dalam salah satu perjalanan itu ada satu kisah yang ya berhubungan sama dunia sana. You know gimana Wuni kan? Yes! Dia bawa 'oleh-oleh' lagi setelah perjalanan ke suatu tempat yang dari tampilannya aja emang creepy walau beauty. Tapi sayang yang ikut Wuni nggak mau ceritanya dipublikasi. Baru nanya Tunjung buat izin, kepala Wuni udah kayak ditusuk-tusuk ribuan paku. Izin sama golongan bangsawan di dunia sana emang lebih ribet. Jadi, lupakan saja kisah satu itu. Jujur cerita itu keren dan sedikit bikin nyesek.

Well, kali ini aku mau nulis tentang pengalaman kontrol Senin, 07 November 2016 lalu. Are you ready, shi-gUi?

You'll never know when you'll meet something creepy. Yap! Kita nggak akan pernah tahu kapan kita akan menemui hal-hala yang menyeramkan. Apalagi jika tempat yang kita kunjungi nggak ada label angker atau wingit. Walau begitu, di semua tempat pasti ada 'penghuni lain'-nya kan. Karena, kita hidup berdampingan. Ya, berdampingan.

Karena jadwal praktek dokterku malam, berangkat kontrol sehabis Maghrib. Senin kemarin dianter Thata. Lega rasanya karena nggak hujan. Hujannya udah reda pas kami lewat. Everything is fine selama perjalanan berangkat. Sampai di klinik pun all fine. Hasil kontrol pun bagus. Pengobatan dinyatakan selesai. Yes! Alhamdulillah. Hurray!!!

Karena nggak harus ngantri obat, kami memutuskan untuk berwisata kuliner. Malem-malem wisata kuliner? Biarin. Mumpung lagi jalan. Hahaha. Akhirnya kami sepakat menuju ke salah satu tempat makan. And we go!

Sialnya!!! Aku salah nunjukin jalannya. Kami belok ke arah yang salah. Hello! Di mana ini? Banyak pepohonan besar dan mana tempat makannya? Makin jauh makin nggak nemu apa-apa. Thata makin mengomel. Dan anehnya dia milih putar balik setelah kami melewati banyak pohon besar dan lahan kosong yang gelap. Heol~

Aku nggak punya bad feeling atau creepy feeling. Y, jalan itu gelap, tapi semua terasa normal. Lalu Thata menemukan jalan menuju rumah makan dan kami menemukan tempat makannya. Hurray!!! Kami makan malam dengan menu ayam!

Keluar dari rumah makan jam setengah sembilan malam. Thata bilang it's ok lewat jalan pas berangkat. Jam segitu mah masih rame. Ok. Aku manut saja. Ya, memang masih rame ternyata. Kami nyampek markas jam setengah sepuluh malam. Alhamdulillah.


Selasa pagi aku terbangun dengan rasa nggak nyaman di kepala sebelah kanan. Di alis kanan terutama. Tuhan... masak pagi-pagi aku udah migren? Yap. Aku ngeluh sama Tuhan. Bangun tidur udah migren aja. Heuheuheu...

Tetep aktifitas seperti biasa. Bangun tidur ku terus mandi di subuh hari. Lanjut meditasi dan jalan-jalan. Itu migren tetep nggak ilang walau udah dipakek meditasi. Ah, nyebelin!

Tetep kerja. Bersyukur migrennya nggak banget sakitnya. Jadi masih bisa kerja. Di tempat kerja makin menjadi sakitnya. Udah kepikiran mau minum obat aja. Tapi, nggak dulu deh. Terapi minum air putih banyak-banyak aja. Kata Momy migrennya efek kanginan semalem. Ya ampun. Kura-kura lupa bawa tempurungnya jadi masuk angin. Gitu kali ya? Aku setuju aja sih sama pendapat Momy. Migrenku efek dari naik motor malam-malam. Banyak angin. Dingin juga hawanya. Karena, hujan di mana-mana.

Belum jam sepuluh udah habisin Aqua botol gede. Tapi migrennya belum reda juga. Udah siap minum obat. Ambil asam fenamat di kotak obat dan taruh depan aku duduk. Amazing!!! Migrennya mendadak hilang. Takut sama asfem-nya kali ya? Aku sih iya takut sama asfem. Takut kalau harus nelen itu obat. Efeknya bikin lambung gua sakit. Alhamdulillah dah itu migren ngacir hanya dengan 'menaruh asam fenamat di depanku duduk'. Buat yang migren, boleh dicoba resep ini. Sapa tahu berhasil juga. Hahaha.

Jam sepuluh, Tunjung dan Mbak Maimun ke toko. Asam fenamatnya udah aku balikin ke kotak obat. Damn! Migrennya datang lagi. WTF banget dah!

"Kamu dateng, migrenku kumat lagi!" makiku pada Tunjung yang duduk di samping kananku. Migrennya datang lagi. Bahkan sakitnya sampai ke pundak dan lengan kanan. Mulai merasa ada yang nggak beres.
"Yowes, aku tak pergi lagu!" Tunjung berakting ngambek.
"Jangan!" tahanku. "Tolongin aku. Kayaknya ada yang nggak beres sama migrenku."
Tunjung diam, mengamatiku selama beberapa detik. "Belio degan ijo sana!" ujarnya usai melakukan pengamatan.
"Degan ijo? Ada yang ngikut aku ya?"
"Beli degan ijo sana dulu! Nanti tak jelasin sehabis kamu minum."

Kebetulan Jeffin ada nemenin juga di toko. Jadi, aku minta tolong Jeffin buat ngaterin beli degan ijo. Alhamdulillah degan ijo aslinya ada. Kami beli satu degan ijo asli, dan satu degan ijo biasa.

Balik ke toko, aku sama Jeffin minum air degan ijo asli. Dan Tunjung minum air degan ijo biasa.

"Jadi beneran ada yang ngikut aku?" buruku usai meneguk segelas air degan ijo asli.
Tunjung mengangguk.
"Ha?? Dari mana itu? Klinik tah?"
"Bukan. Kayak di jalan ada pohon-pohonnya gitu."
"Lah, berarti yang aku nyasar itu dong? Wujudnya apa?"
"Cewek. Nggak rupo U wujudnya."
"Nggak rupo gimana?"
"Kayak korban kecelakaan gitu lho."
Aku diam. Menelan ludah. "Trus, ngapain dia ikut aku?"
"Dia, minta disempurnakan."
"Harusnya aku tahu dari sebab kematiannya yang kamu sebut tadi. Ok! Itu tugas kamu!"

Aku pikir udah beres. Itu mbak yang ngikut udah ketemu Tunjung. Jadi, beres. Dia bakal dibantuin sama Tunjung. Aku pun udah minum air degan. Semua bakal balik normal besok. I wish!


Karena ada gawean di markas, aku kerja dari jam empat pagi. Sempet kehujanan pas nganterin kateringnya. Alhamdulillah semua lancar. Apa kabar migren? Sialnya masih ada. Nggak separah kemarin, tapi masih ada. Aku pikir mungkin karena efek rambut kotor juga. Jadi, niat keramas! Sapa tahu migrennya ilang kalau rambutnya dikeramasin.

Rabu, hujan, lampu mati. Oya, pas Selasa kan hujan. Aku maksa masih buka toko. Tiba-tiba Tunjung histeris (lebe ini mah) nyuruh aku tutup. Katanya, 'itu' udah mau masuk. Tangannya mencoba meraih-raih tanganku. Tubuhnya terhalang kaca. Serem! Gembel banget itu Tunjung. Akhirnya aku tutup tokonya. Manut. Dan memilih tidur karena migren masih terasa.

Back to Rabu. Hujan, lampu mati. Nekat keramas aja dah. Demi kebersihan dan kesembuhan. Abaikan hawa dingin yang menusuk tulang. Udah keramas, migrennya masih nemplok. Huft! Kata Tunjung itu tinggal sisanya aja. Kalau nggak kuat aku disuruh minum obat. Tanya Momy, minum obat apa. Disuruh minum paracetamol. Tapi, aku bertahan. Nggak minum obat. Tetep minum air putih banyak-banyak dan istirahat. Semoga besok udah ilang.

Rabu malam, aku menyalakan gUi untuk copy paste bab satu proyek novel baru. Pakek mouse baru. Yey!!! Akhirnya bisa beli mouse buat gUi. Hahaha. Tapi, nggak jadi edit bab satu karena nonton video di Youtube bersama-sama yang berujung menguras kuota utamaku. Heuheuheu...

Setelah semua bubar dari dalam tempurung kura-kura, aku mematikan gUi. Lalu memilih untuk merileksasikan mata. Rebahan, denger musik instrumental, pakai penutup mata khusus terapi. Lima belas menit aja. Setelah lepas penutup mata, balik rebahan lagi sambil denger mp3. Sambil mikirin revisi untuk bab satu. Karena capek, hampir ketiduran.

Saat mata mau merem, tiba-tiba aku mendengar suara yang nggak asing. Posisi tidurku membelakangi gUi. Aku menajamkan telinga, dan ya! Benar! Nggak salah. Itu bunyi mouse yang lagi di klik-klik. Sontak langsung membalikan badan. Nggak ada siapapun di kamarku. Lalu hening. Aku bangkit dari tidurku, duduk mengusuk tengkuk. Ah, mungkin aku diingatkan untuk sholat Isya'. Sebelum keluar kamar untuk sholat Isya', aku mencoba memainkan mouse gUi. Bunyinya sama. Ok! Buru-buru keluar kamar untuk ambil wudlu dan sholat. Saat tidur, hampir tindihen.


Kamis. Masih sedikit ada rasa migren itu. Ok. Tiga hari kan biasanya? Selasa, Rabu, Kamis. Kamis is the last day. Bakal bertahan tanpa obat.

Tunjung main lagi ke toko. Langsung dah aku nanya, "Siapa yang mainin mouse gUi semalem?" Plus, ceritain kronologinya. Sampai ke proses aku mau tindihen. All is abnormal. Sejak aku pindah kamar, aku nggak pernah tindihen lagi, kecuali jika something creepy terjadi.

"Umak pikir segampang itu apa balik ke beberapa jam yang lalu!" Tunjungnya lagi sensi. Makanya nyolot gitu. Hahaha. Salah akunya juga sih terlalu maksa.

Baiklah. Menunggu. Kamis malamku, tidur pakek lampu tidur. Padahal biasanya gelap-gelapan ok wae. Tapi, tidak dengan Kamis malam.


Karena penasaran, Jum'at pagi-pagi sekali langsung mengirim pesan pada Tunjung.

Kurayui: Sapa yang mainin mouse-nya?
Njung Beb: Yang kamu bawa.
Kurayui: Ha?? Dia udah pergi kan ya tapi?
Njung Beb: Iya... Baru semalem dia pulang.

Jadi dari Senin malam sampai semalam aku ditemenin 'dia'??? 'Dia' yang minta disempurnakan. SO CREEPY!!!!

"Tapi, dia udah wujud manusia kok. Manusia utuh. Nggak sama kayak pas dia ngikut kamu." Tunjung menambahkan.

Walau wujudnya udah utuh, tetep aja dia udah bukan manusia.
"Siapa yang mainin mouse gUi?" And we know the answer now. That's so creepy!!!

Tempurung kura-kura, 12 November 2016.
.shytUrtle.

You Might Also Like

0 comments

Search This Blog

Total Pageviews