My Curious Way: [161120] Visit Agropolitan Poncokusumo - Ledok Amprong Tubing River

04:56


[161120] Visit Agropolitan Poncokusumo - Ledok Amprong Tubing River


Jalur survey hari ini benar-benar super! Kalau minggu lalu berburu Lembah Tumpang Resort, perburuan hari ini adalah mencari lokasi Ledok Amprong Tubing River.

Masih dalam rangkaian tulisan memperkenalkan tempat wisata di sekitarku, kali ini aku akan membahas tentang Ledok Amprong River Tubing. Atau kalau kalian nanya Mbah Google, hasilnya bakal muncul X- Maro Tubing Adventure. Sama aja kok. Ok, shi-gUi! Are you ready for today story? Yap! Let's go!

Sejak kena 'tamparan' dan memberanikan diri melawan anxie pada Oktober lalu, Ledok Amprong sudah masuk dalam list tempat yang harus dikunjungi. Dari perjalanan setiap hari Minggu yang dimulai pada 2 Oktober lalu, baru hari ini keturutan mengunjungi lokasi Ledok Amprong.

Sebenarnya kalau kalian nanya Mbah Google sih udah banyak artikel yang bahas Ledok Amprong River Tubing aka X- Maro Tubing Adventure ini. Bahkan udah ada web-nya lho. Jadi buat kalian yang ada di luar kota trus pengen main, bisa nanya-nanya atau langsung booking via CP yang ada di web. Nih, aku kasih link web-nya X- Maro Tubing Adventure. http://www.xmarotubing.com/?m=1

Kalau ini link salah satu artikel yang membahas tentang Ledok Amprong River Tubing. http://ngalam.id/read/4585/river-tubing-di-sungai-amprong/

Bagaimana? Tertarik? Monggo visit agropolitan Poncokusumo, Ledok Amprong Tubing River di desa Besuki, Wringinanom.

Sekarang giliran aku cerita soal pengalaman hari ini ya. Pengalaman berburu lokasi Ledok Amprong Tubing River. Ayo, kita mulai!

Minggu kemarin mau langsung mampir ke Ledok Amprong, tapi sayang pas turun dari Gubugklakah udah gerimis. Sebenarnya nama Ledok Amprong udah nggak asing di telingaku. Beberapa waktu lalu, Bidan Desa Kunci pernah ngajak aku main ke sana; ke Ledok Amprong. Kebetulan ada event buat kader KB. Udah setuju ikut, tapi pas hari H, aku sakit. Gagal dah rencana main ke Ledok Amprong. Hiks!

Ren, temanku—yang juga seorang guru TK- juga berulang kali bercerita tentang serunya tubing. Bahkan Ren sempat memberikan nomer hape Mas Nunung padaku. "Kali aja sampean mau tubing, jadi bisa nanya-nanya dulu ke Mas Nunung," gitu kata Ren.
Udah simpen nomernya, tapi kalau mau nanya-nanya doang kan sungkan ya. Kecuali udah deal, yes tanggal sekian kita tubing. Baru deh hubungi Mas Nunung buat tanya-tanya. Trus langsung meluncur ke lokasi.

Tapi, trus mikir. Besuki kan deket. Ngapain sih nanya-nanya? Mending cari aja. Datang langsung ke tempatnya trus nanya-nanya langsung di lokasi. Kan lebih enak tuh. Apalagi kan emang ada rencana mau tubing sama temen-temen tuh. Jadi, alangkah baiknya jika datang langsung ke lokasi. Biar pas hari udah ditentukan buat tubing bersama nggak perlu nyari-nyari lokasinya dulu.

Kapan hari pas main ke Kunci, ke rumah temennya kakak. Sempet diajak main ke Ledok Amprong. Tapi, kami nolak. Kata Momy, tujuannya silaturahmi bukan rekreasi, jadi ntar kalau niat rekreasi aja ke sana rame-rame minta dianterin temennya kakak. Hehehe. Momy ada-ada aja.

Intinya, makin sering disebut dan mendengar tubing di Ledok Amprong itu makin bikin penasaran pengin mengunjungi tempatnya. And the day is come. The day is today.

Perjalanan tadi, berangkat lewat Drigu. Next time aku bahas tentang rute ke Gubugklakah lewat sini. Pemandangannya is very beauty. Manjain mata banget deh.

Dari Drigu ke Kunci. Trus naik dulu ke Gubugklakah. Rencana hari ini emang nyari tempat wisata petik buah apel dan Ledok Amprong. Udah naik, nggak nemuin lokasi kebun apel tempat wisata petik buah. Balik turun. Mampir ke Nusa Pelangi Agrowisata Sapi Perah sebentar buat beli pesanan susu. Dari Nusa Pelangi langsung meluncur mencari lokasi Ledok Amprong.

Kemarin itu boleh disebut perjalanan nekat lho. Kenapa nekat? Kami naik pakek motornya Thata yang agak nggak fit. Trus naik dalam kondisi bensin terbatas pula. Mana rute yang di tempuh jauh dari pemukiman. Agak nekat ya. Tapi rider-nya yakin kalau bensinnya cukup, aku jadi ikutan yakin juga. Hahaha.

Tadinya aku pikir dari petunjuk arah di pinggir jalan itu, lokasi Ledok Amprong nggak terlalu jauh. Ternyata perkiraanku salah. Dari petunjuk arah itu masuk kampung trus belok lagi ke kiri. Nah, dari belokan ini agak bikin sangsi. Karena makin ke timur jalannya udah nggak aspal lagi. Tapi, nanya ibu-ibu yang lagi ada di pinggir jalan. Katanya bener arahnya ke sana. Katanya lurus aja trus ntar ada belokan. Itu lokasi Ledok Amprong. Kami pun lanjut.

Masuk jalan 'tanah' tuh mengingatkan zaman suka bersepeda gunung dulu. Rute yang ditempuh seringnya gitu; jalan bertanah. Jalan bertanah ini membawa kami menjauh dari pemukiman warga.

Thata sempet ngomel karena, sepertinya jalan itu tuh nggak membawa kami ke Ledok Amprong. Tapi, aku yakin ibu-ibu tadi ngga bohong dan minta Thata lanjut maju. Dari atas kelihatan jauh di bawah sana ada... pondok. I feel so glad! Trus nemuin jalan belokan yang disebut ibu-ibu yang kami tanya tadi.

Lihat jalannya, kami sempet tercengang. Yes! That's not an easy way. Kami sempet berhenti dan liatin jalannya. Mikir berani nggak ya turun. Akhirnya nekat turun juga dengan perjanjian kalau jalannya susah banget buat dilalui, aku turun.

Jalan menurun yang bikin kami tercengang pas pertama melihatnya


Sebenarnya medannya hampir sama kayak jalan masuk ke Ledok Ombo Bedengan. Kalau ke Bedengan kan datar, nah ini menurun. Karena hari sebelumnya hujan, jadi kondisi jalan makin ajib.

Awalnya lancar aja. Aku tetep duduk manis dalam boncengan. Sampai tiba di jalan yang menurun dan agak becek itu. Thata bilang it's ok. Tapi, I'm sure it's not ok. Hahaha. Akhirnya aku turun dari boncengan Thata. Jalan kaki. Di titik ini kami ketemu sama tiga mas-mas yang bawa dua motor. Mas-mas ini yang dukung aku buat turun dari boncengan Thata. Mas yang dibonceng sampai ikutan turun. Kami jalan kaki. Kalau jalannya aman, aku naik ke boncengan Thata lagi. Pokoknya up and down deh ceritanya. Hahaha.

Kondisi jalan






Pas di tikungan terakhir, aku turun lagi. Mas yang sebelumnya juga ikutan turun. Kami jalan bersama di belakang motor. Ini masnya apal banget sama medan. Mungkin kru dari Ledok Amprong. Aku memberanikan diri nanya. Kira-kira kayak gini obrolannya.

"Masnya kerja di sini?" tanyaku memulai obrolan.
"Iya, Mbak. Mbaknya ke sini mau tubing?"
"Itu lho, temen-temen kan tahu info tubing di sini dari internet. Trus mereka nanya. Katanya pengin main gitu kapan-kapan. Trus, aku bilang ya ntar aku liatin. Baru kali ini aku ke sini."
"Orang berapa Mbak kira-kira?"
"Belum tahu itu Mas. Mereka minta info aja. Pastinya berapa orang, aku juga belum tahu."
"Di sini kalau mau camping juga bisa Mbak. Mau bikin acara apa di sini juga bisa."
"Woa! Camping juga bisa? Keren! Tempatnya bagus, Mas."
"Hanya terkendala jalan aja ya Mbak."
"Iya. Tadinya tak kira deket kampung. Ternyata jauh. Tapi, di sini menariknya. Hehehe."

Thata udah nyampek di pintu masuk. Ngobrol sama mas-mas yang jaga di pintu masuk. Aku sama masnya jalan menuju ke sana.

"Ini mbaknya mau survey." kata Mas yang nemenin aku jalan. Dengernya aku jadi senyam-senyum sendiri. Gatau kenapa. Hahaha. Rasanya kayak gimana gitu. Hihihi.

Mas-mas yang jaga pintu masuk, ada berapa orang ya. Satu di luar, dua di dalam kayaknya. Sambil sebutin harga tiket kami diajak ngobrol. Aku ditanya aku anak mana. Aku jawab anak Wates. Trus mas yang di dalam pos manggil mas yang lagi ngajak kami ngobrol. Manggilnya Mas Nunung. Aku membatin, oh ini yang namanya Mas Nunung. Tapi, aku nggak berani bilang kalau aku sudah simpen nomer masnya, dapat dari temen yang pernah tubing di sana. Bla bla bla. Nggak penting juga kan ya.

Karena ngaku anak Wates, kami pun diinterogasi. Wates sebelah mana? Dan ternyata mas yang dalam pos rumahnya Wates juga. Wates etan pasar katanya. Aku bilang aku Wates kidul pasar. Anehnya kami sama-sama nggak tahu satu sama lain. Hahaha. Aku kan emang anak rumahan. Nggak pernah keluar rumah. Yelah!

Mas yang duduk di atas motor ikutan nanya aku Wates mana. Trus masnya nanya fotocopy tempat aku kerja. Aku bilang, ya aku yang di fotocopy itu. Masnya langsung komentar, "Makanya kayak pernah tahu. Aku pernah fotocopy ndek sampean Mbak." Suasana jadi heboh sejenak. Kami tertawa bersama. Menertawakan kebetulan itu.

Mas Nunung minta maaf karena karcis udah kadung disobek satu. Jadinya aku disuruh bayar satu karcis aja. Sebenarnya pas tahu aku anak Wates, mau digratisin. Tapi, satu karcisnya udah kadung disobek. Jadi, kami diminta bayar satu karcis aja. Makasih udah didiskon HTM-nya.

Mas Nunung mempersilahkan kami untuk masuk dan melihat-lihat. Mas-mas yang lain juga. Aku jalan lagi sama mas yang nemenin jalan dari di atas tadi. Waktu Thata ngeluh takut balik ke atas, masnya bilang mau bantu. Kami mau diimbal. Jadi kami dibonceng. Baik banget ya.

Aku lupa yang bilang bisa dijemput jeep kalau nggak berani turun ke lokasi itu Mas Nunung apa Mas yang nemenin aku jalan. Ah, ingatanku payah!

Setelah Thata parkirin motor, kami disambut sama mbak cantik. Namanya Mbak Ulfa. Mbaknya nanya apa kami mau tubing. Aku jawab, ndak sekarang. Kami mau survey lokasi dulu. Aku kenalan, jabat tangan, lalu ngobrol sama Mbak Ulfa. Bahkan, Mbak Ulfa kasih aku nomer ponsel dia. Biar kalau jadi tubing atau butuh nanya-nanya tinggal call atau SMS aja. Mbaknya juga tanya aku anak mana. Hehehe.

"Kalau tubing itu harganya berapa sih, Mbak?" tanyaku.
"Tergantung tripnya, Mbak. Ada trip satu, trip dua, dan trip tiga. Trip satu seratus dua puluh ribu. Itu nanti dapet makan sama coffee break. Trip dua, tujuh puluh ribu. Trip tiga, empat puluh ribu."
"Kalau trip satu, berapa lama di airnya, Mbak?"
"Sekitar dua jam."
"Wow! Lama banget!"
"Iya, Mbak. Kalau trip tiga cuman sepuluh menit."
"Eum, jadi mending ambil yang middle itu aja ya. Makasih infonya ya Mbak."
"Ok. Siahkan liat-liat dulu. Foto-foto dulu."
"Ok, Mbak. Makasih ya."

Mbak Ulfa balik ke pos registrasi tubing. Aku dan Thata lanjut jalan. Lihat-lihat lokasi. Thata langsung duduk di atas batu yang aku kasih tunjuk buat dia. Dia syok katanya habis melalui jalur menurun tadi. Sambil aku sodorin air mineral, aku menghibur dan menyemangati dia. She is a great rider. Hehehe.

Ledok Amprong Tubing River















Jadi keinget ucapan Tunjung pas aku bilang aku mau bawa Jagiya ke Ledok Amprong. "Jangan bawa Jagiya-mu ke sana, kalau Jagiya-mu belum diservis. Mogok di tengah jalan mampus kamu!" Setelah terjun ke lokasi baru tahu alasan kenapa Tunjung melarang aku bawa Jagiya. Selain medannya lumayan, juga jauh perkampungan. Kalau nekat bawa Jagiya cuman berdua sama Mbak Maimun trus Jagiya kenapa-napa. Rempong deh eike!

Berkunjung ke Ledok Amprong, walau hanya sekejap mata. Cukup bikin pikiranku fresh. Sebelumnya suntuk karena proyek yang udah mendekati deadline. Berdiam sebentar aja di Ledok Amprong, alhamdulillah dapat pencerahan. Kalian yang butuh insprasi boleh deh datang ke sini. Tempatnya bagus banget. Hening dan tenang. Sejuk.

Sepanjang mata memandang semua hijau. Fresh. Ledok Amprong itu kalau aku bilang hutan pinus. Kebayang kan gimana indah dan romantisnya hutan pinus. Yang mau ajak pasangannya ke sana. Boleh. Trus tubing berdua. Seru tuh.

Yang butuh ketenagan juga bisa banget ke sini. Ada banyak gazebo. Bisa buat meditasi bersama. Aku jadi ngebayangin gathering sama anggota grup GAI yang ada di wilayah Malang dan sekitarnya. Trus meditasi bersama di gazebo. Dengerin suara aliran sungai dan nyanyian alam. Ah, indahnya!!! Trus tubing bareng. Lawan anxie. Yew! Semoga next time bisa keturutan. Aamiin...

Jangan khawatir kelaparan dan kehausan. Udah ada cafetarianya kok. Kalau mau mbontot trus dimakan di pinggir sungai. Ok juga.

Buat yang beser (kayak daku). Don't worry be happy. Udah ada toilet.

Kurang apa coba? Yang mau camping juga bisa. Kalau takut bawa motor sendiri buat turun. Bisa langsung call dan ambil layanan antar-jemput. Ini kuota minimal enam orang. Dijamin nggak bakal kecewa berkunjung ke Ledok Amprong ini. Krunya ramah-ramah. Kalian mau tubing monggo. Mau duduk-duduk aja, selfie-selfie ya monggo. Andai ada penginapannya lho daku pengen nginep di sana. Seru pastinya duduk di dalam gazebo sama gUi, ngetik. Aw!!! Mau!!!

Harga tiket masuk Ledok Amprong: Rp. 5000,- per kepala untuk sekali masuk.
Harga tubing:
- Trip I Rp. 120.000,- Durasi lama di air dua jam. Dapat makan dan coffee break.
- Trip II Rp. 70.000,-
- Trip III Rp. 40.000,- Durasi lama di air sepuluh menit.

Fasilitas umum ada gazebo sama toliet. Ada cafetaria juga.

Lihat anak-anak kecil tubing tuh bikin pengen. Tapi apa daya. Kami diburu waktu karena Thata nggak libur kerja.

Peringatan buat yang punya penyakit jantung, pernah patah tulang, sama apa ya tadi. Lupa aku. Itu nggak boleh ikutan tubing. Trus gimana sama yang punya anxie macem daku gini? Anxie kan bisa dikendalikan ya. Asal ada air putih, everything will be OK. Kayaknya emang bagus buat terapi anxie. Harus ngajak teman-teman GAI ke sini deh. Sesama penderita anxie kalau disatukan pasti jadi pada kuat dan tangguh. Soalnya saling menyemangati dan mendukung. Kapan bisa kumpul kayak gitu? Heuheuheu.

Sebenarnya nggak puas sih. Karena sebentar saja di Ledok Amprongnya. Kami nggak punya banyak waktu. Pukul sebelas, kami memutuskan untuk balik. Perjuangan lagi. Up and down lagi. Alhamdulillah sukses! Hurray!!! Thata berhasil menakhlukan medan yang sulit. Next time aku sama Jagiya yang sukses!

Pinus di mana-mana

Pemandangan dari atas



Kami pun turun. Perjalanan dilanjutkan untuk berburu bensin pertamax, madu, degan ijo, bakso, dan semangka kuning. Itu semua titipan. Huft... Nyampek markas dengan selamat pada pukul dua belas siang.

Terima kasih untuk sambutan, keramah-tamahan, dan semua informasi yang diberikan oleh kru tubing X-Maro. Next time daku pasti balik lagi. Bawa kawanan dan bermain air, tubing di sana. Berharap bisa secepatnya kembali berkunjung dan main-main ke Ledok Amprong lagi. Aamiin...

Ntar kalau eike udah nyobain tubing, eike bikinin tulisan lagi ya. Hehehe.
Tempurung kura-kura, 20 November 2016.
.shytUrtle.


You Might Also Like

0 comments

Search This Blog

Total Pageviews