The White Prince and The Red Princess #10

05:33

The White Prince and The Red Princess.

* Cast:
- Lee Taemin SHINee as White Prince
- Choi Min Hee (reader) as Red Princess
- All SHINee and f(x) members.

Cinta adalah berat dan ringan, terang dan gelap, panas dan dingin, sakit dan senang, terbangun dan terjaga. Cinta adalah semuanya, kecuali apa arti dia yang sesungguhnya. - William Shakespeare, Romeo and Juliet.





#10

Satu setengah jam perjalanan rombongan klub teater tiba di panti asuhan tempat mereka akan mengadakan bakti sosial. Sepanjang perjalanan Taemin tak tidur, justeru Minhee-lah yang terlelap tak lama setelah bus melaju.

"Bagaimana? Perjalananmu menyenangkan, White Prince?" Krystal menghampiri bangku tempat Taemin dan Minhee duduk. "Dia sih begitu. Kalau tidak sibuk dengan buku atau kameranya, ia pasti akan mendengarkan musik dan tidur." Imbuhnya tanpa menunggu jawaban Taemin.
"Tega sekali membuka aib temanmu." Protes Minhee yang duduk menunggu semua nyawanya kembali usai terlelap.
"Tapi itu bukan karena dia mabuk darat," Krystal tak menanggapi aksi protes Minhee. "Itu hanya kebiasaannya saja saat dalam perjalanan."
"Ayo, turun!" Minhee berdiri. "Kau tak ingin membantu yang lain?"

Para pengurus panti asuhan menyambut kedatangan rombongan Minhee. Alis Taemin terangkat melihat Kibum berdiri di antara pengurus panti.

"Aku mengenal panti asuhan ini darinya. Kibum Oppa, walau hidupnya tergolong pas-pasan, dia adalah donatur tetap panti asuhan ini," Minhee yang berjalan di samping kiri Taemin menjelaskan tentang keberadaan Kibum. "Mengetahuinya aku merasa kerdil. Aku kagum padanya. Walau ia sendiri kekurangan, ia masih mau berbagi. Sedang aku?"
"Eum, itu yang membuatmu jatuh hati padanya?" Respon Taemin.
"Mungkin sebagai salah satu alasannya iya."
Taemin tersenyum kecut dan mengangguk.
Minhee tersenyum melihatnya. "Mari kita bersenang-senang bersama," kata Minhee sembari melingkarkan tangannya di lengan kiri Taemin. Taemin menoleh, tersenyum manis pada Minhee dan mengangguk.
***

Sejak tiba hingga sore anggota klub teater sibuk mempersiapkan pertunjukan mereka esok. Beberapa dari mereka mendekorasi ruang pertemuan yang memiliki panggung kecil di bagian depan. Ada yang ngobrol dengan para pengurus dan ada yang sibuk bermain dengan anak-anak.

"Oh ya ampun!" Krystal menepuk keningnya sendiri. "Bagaimana jumlah hadiahnya bisa kurang? Oppa!" ia menatap tajam pada Kbum, "Kenapa tak bilang kalau penghuni panti asuhan ini bertambah?"
"Aku sudah mengatakannya padamu. Coba kau cek ulang pesan yang aku kirim," Kibum membela diri. "Aku bilang ada lima anak baru, tiga perempuan dan dua laki-laki."
"Sepertinya aku yang lalai. Bagaimana sekarang?" 

Minhee tiba di tempat Krystal dan Kibum menata kado ketika Krystal mengeluh, "Bagaimana sekarang?"
"Ada masalah?" Tanya Minhee.
"Iya. Kadonya kurang. Lima hadiah. Tiga anak perempuan dan dua anak laki-laki. Aku lalai tak membaca detail pesan dari Kibum Oppa," Krystal murung. "Bagaimana ini? Mereka pasti kecewa."
"Belum terlambat. Aku akan pergi membeli kado untuk mereka. Dua anak laki-laki dan tiga perempuan kan?" Minhee bersedia pergi.
"Apa kau akan pergi dengan membawa bus kita? Kau tidak membawa mobil!"
Minhee tersenyum manis. "Aku akan pergi menggunakan mobil panti."
"Mobilnya sedang keluar," sela Kibum.
"Bagus. Tak ada jalan lain." Krystal menyerah.
"Tapi aku rasa kau bisa meminjam milik Ibu sebelah," Kibum tersenyum lebar sedang Krystal dan Minhee menatapnya heran. "Iya Ibu sebelah. Maksudku Ibu yang tinggal di sebelah panti asuhan ini. Dia baru saja beli mobil. Tapi kau tahu kan dia itu selalu ketus pada anak perempuan dan kau tahu aku tak bisa menyetir, jadi bagaimana?"
"Ah, aku paham! Oppa mau merayunya dan meminjam mobilnya? Tapi harus laki-laki yang membawa mobilnya?" Tebak Krystal.
"Iya, begitu." 
Taemin yang baru tiba langsung menyita perhatian Kibum, Krystal dan Minhee. Ia heran, lebih tepatnya bingung melihat tiga manusia yang berada di ruangan kecil itu tiba-tiba diam dan menatapnya ketika ia sampai.
"Kau mendapatkan apa yang kau cari!" Krystal berbisik dan mendorong Kibum agar lekas berdiri.
***

Minhee tertawa geli mendengar Taemin yang bersungut-sungut menceritakan tentang bagaimana proses meminjam mobil bersama Kibum beberapa menit yang lalu sebelum keduanya berangkat untuk membeli kado.

"Sudah, sudah jangan marah. Fokuslah mengemudi," pinta Minhee disela tawanya. "Aku bisa bayangkan bagaimana ekspresi Sunbaenim saat Ajumma itu bertingkah manja. Pasti lucu sekali." Ia tak bisa menghentikan tawanya.
"Kau suka pacarmu yang tampan ini digoda Ajumma genit tadi?" Taemin masih bersungut-sungut.
Minhee tak bicara dan berusaha menghentikan tawanya.
"Apa kita harus kembali ke kota untuk membeli kado?"
"Eum, tidak. Ada toserba tak jauh dari sini. Empat puluh lima menit perjalanan sampai."
"Itu cukup jauh!"
Lagi-lagi Minhee terkikik mendengarnya.
"Minhee."
"Iya?"
"Bukankah kita sudah resmi pacaran sekarang?"
"Eum, iya. Begitulah."
"Bisakah kau berhenti memanggilku Sunbaenim?"
"Oh? Eum, iya. Mau dipanggil apa? Jagiya?" Goda Minhee. "Yeobo??"
"Ish!" Taemin mencibir. "Panggil saja oppa."
"Oppa??"
"Iya. Walau ya sangat umum tapi aku suka. Terlebih jika kau yang memanggilku oppa."
"Baiklah. Lagi pula Sunbaenim, eh Oppa memang lebih tua dariku."
Taemin tersenyum puas dan fokus mengemudi.

Taemin dan Minhee tiba di toserba setelah menempuh perjalan selama tiga puluh menit. Karena jalanan cukup sepi, Taemin pun sedikit ngebut dan jadilah mereka tiba lima belas menit lebih awal dari perkiraan Minhee.

Awalnya Taemin mengira tugas membeli kado adalah tugas yang mudah, tapi tidak demikian pada prakteknya. Ya mungkin bagi Taemin mudah, tapi tidak dengan Minhee. Gadis itu membutuhkan waktu selama satu jam berkeliling toserba hanya untuk membeli lima buah kado. Selesai membeli kado, mereka harus mengantri di depan kasir untuk membayar. Taemin menggerutu, kenapa toserba sebesar itu hanya memiliki satu kasir? Merepotkan.

"Oh! Gerimis!" Minhee saat keluar dari toserba.
"Kenapa? Kau tidak suka hujan?" Tanya Taemin yang menyusul keluar di belakangnya.
"Eum, suka sih. Tapi... kalau hujan badai dan petir... Ah, cuaca belakangan ini benar-benar ekstrim!"
"Tenang saja. Ada aku!" Taemin merangkul Minhee dengan tangan kirinya yang tak membawa barang. Keduanya berlari-lari kecil menuju mobil.

Hujan deras mengguyur ketika Taemin dan Minhee baru saja masuk ke dalam mobil. Minhee cemberut menatap hujan dari kaca depan mobil. Taemin tersenyum dan menyalakan mesin mobil lalu mulai melajukan mobilnya.

Mobil yang ditumpangi Taemin dan Minhee melaju pelan menembus derasnya hujan. Sebenarnya Taemin tak tahan jika harus melajukan mobil dengan pelan di jalan yang sepi, namun itu permintaan Minhee. Wajah pucat Minhee yang mengiba membuatnya menyerah. Setidaknya mobil itu tetap melaju walau sebelumnya Minhee sempat meminta berhenti dan menepi ketika hujan semakin deras disertai angin dan petir yang menyambar-nyambar.

"Berhenti di sana!" Minhee menuding sebuah bangunan kosong. "Aku mohon kita berhenti dulu. Aku pernah berteduh di dalam gedung itu bersama Krystal."
"Tidak akan jadi masalah. Tenanglah. Tidak apa-apa kita tetap melaju di tengah hujan," Taemin bersikukuh untuk terus melanjutkan perjalanan.

Minhee diam. Kedua tangannya meremas ujung jaket yang ia kenakan. Ia mengatupkan bibirnya rapat-rapat dan terlihat semakin pucat. Taemin menghela napas panjang dan membelokan mobil ke dalam bangunan tua yang ditunjuk Minhee. Ketika mobil berhenti di dalam gedung, Minhee langsung melepas sabuk pengaman dan meloncat ke kursi belakang.
Minhee menaikan kedua kaki dan menekuknya. Kedua tangan terangkat ke samping dan menutup rapat kedua telinganya. Tatapannya was-was mengamati sekitar dan napasnya terengah-engah.

Taemin yang masih duduk dibalik kemudi bingung melihat tingkah Minhee. Ada apa dengan gadis itu? Apakah hujan badai benar-benar menakutkan baginya hingga ia bertingkah seperti itu?

Setelah diam sejenak dan menduga-duga, Taemin melepas sabuk pengamannya kemudian turut beralih ke kursi belakang. Di rengkuhnya tubuh Minhee yang gemetaran ke dalam pelukannya.

"Tenanglah. Ada aku," bisik Taemin dekat di telinga Minhee yang sudah ada dalam pelukannya.

Minhee terkejut ketika Taemin tiba-tiba memeluknya. Ia masih gemetaran, namun dekapan hangat Taemin perlahan-lahan menenangkannya.

Hujan badai masih mengguyur di luar sana. Angin bertiup kencang menyertai jatuhnya air hujan. Kilat menyambar-nyambar disusul bunyi gelegar petir. Minhee tak merasa takut lagi. Ia merasa aman dalam dekapan hangat Taemin. Napasnya mulai kembali normal. Tubuhnya pun tak gemetaran lagi.

Taemin bisa merasakan jika tubuh Minhee tak gemetaran lagi. Ia merasa lega. Namun berada sangat dekat dengan Minhee seperti ini membuat jantungnya berdetub dua kali lebih cepat. Sesekali ia melirik Minhee yang mulai tenang dalam dekapannya. Ia tak berani menunduk terlalu dalam karena jika ia melakukannya bibirnya bisa saja menyentuh kening Minhee.

"Gomawo..." Minhee memecah kebisuan.
"Em?" Taemin berdehem. "Tak apa. Maaf. Aku tak tahu kau benar-benar ketakutan."
"Hah... satu lagi rahasiaku terbongkar."
Taemin menggeser posisi tubuhnya sedikit hingga ia bisa melihat wajah Minhee yang sedikit tertunduk. "Aku pikir gadis sepertimu tak memiliki rasa takut. Ingat bagaimana kau kabur dengan melompati pagar?"
"Itu berbeda. Hanya saja..." Minhee diam sejenak, "Lupakan saja. Hujan badai disertai petir seperti mimpi buruk bagiku."
"Tapi hari ini kau bisa melewati mimpi burukmu kan?"
Minhee mengangkat kepala, menatap Taemin lalu tersenyum. "Ne, gomawo."
Taemin membalas senyum. "Mulai sekarang tetaplah di dekatku agar mimpi buruk tak lagi dekat-dekat padamu, em?"
"Tapi... kedekatan kita... bukankah itu mimpi buruk?"
"Mwo??" Mulut Taemin membulat. Minhee terkekeh.
"Mimpi buruk bagi Appaku dan Eommamu."

Hening sejenak. Minhee kembali menurunkan wajahnya sedang Taemin masih menatapnya. Suara hujan badai dan guntur kembali terdengar setelah sempat menghilang di telinga Minhee membuatnya kembali merasa ngeri.

Satu kilatan cahaya putih muncul dan menciptakan bunyi menggelegar di udara. Minhee menjerit mendengarnya, spontan membenamkan wajah ke dada Taemin dan melingkarkan tangannya ke pinggang Taemin. Minhee memeluk Taemin.

"Oh, mian!" Ucap Minhee ketika menyadari tindakan spontannya sambil menarik kedua tangan dan tubuhnya menjadi tegak. Ia malu karena tiba-tiba memeluk Taemin. Guntur sialan! Umpatnya dalam hati.
Taemin tersenyum lalu mengecup pipi kiri Minhee membuat gadis itu tersentak kaget.
"Sunbaenim!" Minhee melotot sambil memegang pipi kirinya yang baru saja dikecup Taemin.
"Untuk menghilangkan rasa takutmu, lakukanlah hal-hal yang menyenangkan."
"Mwo?? Sunbaenim, apakah menci..." Minhee tak bisa melanjutkan ucapannya karena Taemin telah mendaratkan kecupan di atas bibirnya.

Taemin melepas kecupannya. Tatapannya bertemu dengan pandangan Minhee. Ia dan Minhee saling menatap dalam hening selama beberapa detik. Kepalanya bergerak turun perlahan dan kembali mencium bibir pink Minhee.

Minhee memejamkan mata. Perlahan ia mulai lupa pada ketakutannya dan larut dalam kecupan hangat Taemin.

Ciuman yang sebelumnya lembut itu berlanjut semakin liar. Setelah ini tak akan ada lagi waktu yang akan mereka miliki seperti saat ini. Taemin dan Minhee bercumbu, melepaskan hasrat masing-masing bagai sepasang kekasih yang lama tak berjumpa. Keduanya menumpahkan kerinduan masing-masing dan meleburnya menjadi satu.

Taemin tak ingin melepaskan Minhee. Minhee adalah miliknya. Hanya miliknya. Baginya dirinya dan Minhee kini adalah satu.

Minhee tak bisa menolaknya. Ciuman Taemin, pelukannya, sentuhannya. Semua itu membuatnya lupa. Lupa akan ketakutannya pada hujan badai dan petir. Lupa akan segala hal yang sebelumnya berkecamuk dalam otaknya. Ia hanya bisa berpasrah kini. Menyerahkan diri sepenuhnya pada Taemin.
***

Hujan sudah reda. Krystal mondar-mandir dengan resah di depan pintu masuk panti. Kenapa Minhee belum kembali? Apa dia baik-baik saja? Hujan badai yang datang tiba-tiba beberapa saat setelah Minhee pergi bersama Taemin membuat Krystal resah. Ia menyesal karena memilih tinggal di panti asuhan dan membiarkan Minhee pergi sendiri.

"Minhee belum kembali?" Kibum menghampiri Krystal.
Krystal menggeleng. "Setidaknya hujan sudah reda."
"Jangan khawatir. Aku yakin Minhee baik-baik saja. Dia bukan sosok yang lemah."
"Aku tahu, tapi..." Krystal tak melanjutkan ucapannya dan sejenak tertegun menatap gerbang masuk panti asuhan. Ia kemudian berlari menyambut Minhee yang berjalan berdampingan dengan Taemin. 

Melihat Krystal berlari mendekat, Minhee segera menarik tangannya dari genggaman Taemin.

"Minhee-ya!" Krystal yang berlari kecil berhenti di depan Minhee. "Mianhae..." ucapnya menyesal. "Kau baik-baik saja kan?"
"Em." Minhee mengangguk dan tersenyum kaku.
Kibum yang baru sampai segera mengambil alih barang belanjaan di tangan Minhee. "Aku akan membuatkan teh herbal untuk kalian." Sambil berjalan cepat menuju gedung panti asuhan.
"Ikuti Kibum Oppa, dia tahu di mana tempat hadiah!" perintah Krystal pada Taemin.
Taemin menatap Minhee meminta izin untuk pergi lebih dulu. Setelah Minhee tersenyum dan mengangguk, ia pun pergi menyusul Kibum.
"Aku hampir gila memikirkanmu. Maafkan aku karena membiarkanmu sendiri di tengah hujan badai," lagi-lagi Krystal mengungkap penyesalannya.
"It's ok Blue Pearl. I'm fine."
"I know. I know White Prince will treat you well. What he did when you scared during the thunderstorm? Is he hug you tight? Ah... I know he will do that. How dare he do this to me. Take you from my hand! Huh!"
Minhee tersenyum dan menggeleng pelan lalu kembali berjalan.
Krystal melipat tangan, menyipitkan mata mengamati Minhee yang berjalan dengan satu tangan memegang perut bagian bawah. Ia pun berlari menyusul Minhee. "Kau sakit?"
"Ah, tidak. Eum, mungkin karena badai. Iya jadi sedikit tak nyaman."
"Aigoo... ayo lekas masuk!" Krystal merangkul Minhee. "Kau harus tetap hangat. Kibum Oppa pasti akan segera selesai membuat teh herbal untukmu."
***

Taemin berjalan-jalan usai makan malam. Lebih tepatnya ia berkeliling mencari Minhee. Sejak kembali ke panti asuhan, ia belum mengobrol dengan Minhee. Krystal dan Kibum terus menemani gadis itu dan entah kenapa membuatnya enggan mendekat. Senyum lebar terkembang di wajahnya ketika menemukan Minhee sedang duduk sendiri di bangku kosong di dekat kolam.

Minhee yang tengah duduk melamun terkejut ketika bangku yang ia duduki sedikit bergoyang. Ia menoleh ke arah kiri dan mendapati Taemin sudah duduk di sana. Segera ia alihkan pandangannya menjadi lurus ke depan.

Taemin yang baru saja duduk mengetahui jika Minhee menoleh dan menatapnya dengan ekspresi terkejut. Namun ia diam tak merubah posisinya hingga gadis itu kembali menatap ke arah depan. Menatap kolam, mungkin. Beberapa detik kemudian suasana kembali hening. Tidak. Tidak sepenuhnya hening. Hanya bunyi gemercik air pancuran di kolam dan nyanyian hewan malam.

Taemin menoleh, menatap Minhee. "Apa kau baik-baik saja?" Tanyanya membuka obrolan.
"Em." Minhee menganggukan kepala.
"Itu... soal tadi... maafkan aku..."
"Itu terjadi karena kita menginginkannya." Minhee masih menatap ke arah depan namun pandangan nanar, kosong.
"Aku akan bertanggung jawab."
Mendengar ungkapan itu Minhee menoleh. Tatapannya bertemu dengan Taemin. "Nee." Ucapnya lirih. "Aku pun sedang memikirkan hal itu. Dari awal hubungan kita sangat sulit. Bagaimana bisa mendapatkan restu orang tua kita?"
Taemin menghela napas pelan. "Apakah... seorang gadis bisa langsung hamil ketika melakukannya untuk yang pertama kali?"
"Kenapa? Sunbaenim menyesalinya?"
"Buk-bukan begitu."
"Hah... bisa jadi. Apalagi aku dalam masa subur."
"Mm-mwo??"
Keduanya kembali terdiam.
Tiba-tiba Taemin tersenyum cerah. "Bukankah ini pertanda baik?" Celetuknya.
"Mwo??"
"Jika kau hamil, kita menikah."
"Mwo?? Tapi usiaku baru..."
"Kenapa memang? Keluarga kerajaan juga menikah di usia muda. Lalu kau ingin bagaimana? Menggugurkannya?"
"Ck! Aku bukan tipe gadis sebodoh itu. Jika aku hamil, anak kita pasti lucu." Minhee berbinar.
Taemin ikut tersenyum. Ia meletakan tangannya di atas pundak Minhee dan menggeser duduknya lebih dekat pada Minhee. "Kau adalah milikku sekarang. Kita akan menikah."
Minhee mengangkat wajah dan menatap Taemin.
"Iya, kita akan menikah dan menyatukan keluarga kita. Kau percaya padaku kan? Jika kita bertekad dan menyatuka kekuatan, kita pasti berhasil. Aku butuh rencana. Ayo, kau buat skenarionya dan kita mainkan peran kita masing-masing." Mata Minhee berkaca-kaca dan mengangguk, mengiyakan permintaan Taemin.


------- TBC -------- 

.shytUrtle.


You Might Also Like

0 comments

Search This Blog

Total Pageviews