Fan Fiction "Mate - Accidentally In Love" Part #4 - Part #7

07:25



Fan Fiction "Mate - Accidentally In Love"
Ok, call me crazy, call me blind. Ah, I really dunno why I'm going mad to Keyoung Couple lately. After write "Mate - Loving You", now I'm writing "Mate - Accidentally In Love". Key is everywhere and I can't deny him (?). So let me write my imagination here. Thank you. Happy reading ^^v

"Mate - Accidentally In Love"

God have own way to bring you to your love.

. Main cast:
- Kim Kibum (Key SHINee)
- Lee Youngie (reader)
- SHINee member: Lee Jinki, Kim Jonghyun, Choi Minho, Lee Taemin.
. Genre: Straight/Romance
. Author: shytUrtle

Tuhan selalu punya cara sendiri untuk menautkan dua hati dalam satu ikatan cinta.






Part #4

Youngie tergelak mendengar Kibum ingin menjadi fansnya. Tanpa permisi Youngie menyentuh kening Kibum dengan tangan kanannya.

"Tidak demam," gumam Youngie dengan punggung tangan kanannya masih menempel di kening Kibum. "Atau jangan-jangan kau keracunan jeruk?"
"Mwoya!" Kibum menurunkan tangan Youngie dari keningnya. "Kau tidak mau aku jadi fansmu?"
"Berhenti meracau. Ini sudah malam," Youngie berbalik dan berjalan menuju pintu.
Kibum buru-buru merapikan sisa jeruk ke dalam kantung plastik dan menyusul Youngie masuk ke dalam rooftop. "Kenapa terburu-buru? Besok kau kerja?" tanya Kibum sembari menutup pintu.
"Aku masih malas untuk masuk. Besok ingin bolos lagi. Sampai lusa mungkin. Aku harap setelah itu perasaanku bisa membaik."
"Besok aku ada urusan, pagi-pagi harus pergi. Mungkin malam larut baru kembali. Atau bisa jadi tidak pulang. Jadi kau tak usah menungguku."
"Hagh! Menunggumu? Untuk apa aku menunggumu?"
"Biasanya orang akan merindukan aku setelah cukup lama bersamaku. Jadi hati-hati, bisa jadi kau juga terjangkit virus rindu itu," Kibum mengerlingkan mata dengan genit untuk menggoda Youngie.
"Sudah kuduga kau pasti keracunan jeruk!" Youngie menggeleng dan masuk ke dalam kamarnya.

Kibum bertahan di tempat ia berdiri dan masih menatap pintu kamar Youngie yang tertutup rapat. Kibum tersenyum dan menggelengkan kepala lalu berjalan menuju dapur untuk menyimpan buah jeruk miliknya di dalam lemari es.
***

Kibum terbangun karena alarm dalam ponselnya. Sebenarnya ia masih malas untuk beranjak, tapi hari ini dia harus pergi pagi-pagi sekali. Mau tak mau Kibum harus turun dari ranjang dan bersiap-siap untuk pergi. Kibum menguap dan berjalan malas keluar. Ia melihat sekelebat bayangan masuk ke dalam kamar mandi. Mata sipit Kibum terbelalak. Ia segera berlari menuju kamar mandi namun pintunya terkunci.

"Ya! Youngie! Kenapa kau menyerobot masuk lebih dulu? Aku harus segera bersiap-siap untuk pergi!" teriak Kibum. "Ya! Lee Youngie!" Kibum menggedor pintu kamar mandi. "Aish!" gerutunya kesal saat Youngie sama sekali tak merespon.
Pintu kamar mandi terbuka dan Kibum mundur selangkah. "Hanya buang air kecil dan cuci muka," kata Youngie sembari berjalan melewati Kibum.
"Ya! Kau mau kemana?"
"Jogging!"
"Bisa kau tidak pergi dan membuatkanku sarapan?"
Youngie membalikkan badan dan mendapatkan ekspresi memelas Kibum. "Aku tidak bisa membuat sarapan dengan resep diet ala Kibum. Mian."
"Sarapan ala Youngie pun tak apa. Ayolah aku butuh bantuanmu," Kibum sembari menyilangkan kedua kakinya.
Youngie memerhatikan Kibum. Ia tahu Kibum sedang menahan rasa ingin buang air kecil untuk memohon padanya agar dibuatkan sarapan. "Sebaiknya kau segera masuk," Youngie menuding kamar mandi, "aku akan siapkan sarapannya."
"Yey!" Kibum berseru senang. "Omo! Aku benar-benar tidak tahan," kemudian ia buru-buru masuk ke kamar mandi membuat Youngie tersenyum geli melihatnya.

Youngie bingung harus membuat sarapan apa untuk Kibum. Yang ia tahu tentang Kibum adalah seorang cowok metroseksual yang selalu menjaga pola makannya dengan sangat baik. Youngie membuka kulkas dan menatap isinya. Hanya ada buah, sayur dan telur. Youngie mendesah pelan dan meraup beberapa buah.

Sembari mengupas dan memotong buah, sesekali Youngie melihat ke arah kamar mandi. Sudah limabelas menit berlalu tapi Kibum belum keluar juga dari kamar mandi. Youngie menggeleng pelan. Setengah jam kemudian ia selesai membuat sarapan untuk Kibum dan di saat yang sama Kibum keluar dari kamar mandi.

"Ya ampun... butuh setengah jam di dalam kamar mandi? Dia memang abnormal," gumam Youngie lirih.
"Wah, sudah siap?" Kibum menghampiri meja di dapur.
"Mian. Aku tak tahu kau biasa sarapan dengan menu apa jadi aku siapkan saja buah-buahan ini. Katanya bagus sarapan buah dibawah jam sembilan pagi. Semoga kau suka."
Kibum mengamati meja. Ada potongan buah apel, melon dan stroberi dalam tiga piring yang berbeda. "Sebenarnya aku ingin mencoba menu kentang kukus, sayuran dan telur rebus yang kau buat kemaren, tapi ini bagus juga. Gomawo."
"Kau mau itu? Besok aku buatkan."
Kibum tersenyum dan mengangguk. "Mian. Kau jadi terlambat jogging."
"Anio. Aku akan pergi sekarang. Selamat sarapan." Youngie tersenyum manis dan pamit pergi.

Kibum menghela napas dan mulai menikmati sarapan buah yang disediakan Youngie untuknya.
***

Youngie pulang kembali ke rooftop dengan perut penuh. Ia kenyang usai sarapan bersama di rumah Nyonya Lee. Sepulang dari jogging Youngie bertemu Nyonya Lee yang hendak berkebun. Melihat Nyonya Lee kerepotan, Youngie menawarkan diri untuk membantu. Nyonya Lee setuju dan menyerahkan tugas berkebun pada Youngie sedang ia menuju dapur untuk membuat sarapan. Usai membereskan kebun mini milik Nyonya Lee, Youngie diundang untuk sarapan bersama. Youngie menolak namun Jinki juga memohon padanya. Akhirnya Youngie setuju untuk sarapan bersama keluarga Nyonya Lee. Youngie kembali tersenyum ketika menaiki tangga karena teringat perkataan Nyonya Lee yang pagi ini tiba-tiba ingin berkebun karena terinspirasi darinya. Youngie merasa senang karena apa yang ia lakukan bisa menjadi inspirasi bagi orang. Setidaknya hidupnya masih berguna untuk orang lain.

Youngie tiba di rooftop dan sangat hening. Ia melirik jam di tangan kanannya yang sudah menunjukan pukul sembilan tepat. Youngie yakin Kibum sudah pergi. Usai mengambil air putih dalam mug kesayangannya, Youngie duduk di dekat dinding kaca dan menatap pot-pot bunga yang kemarin ia tata bersama Kibum. Youngie tersenyum melihat pot-pot itu karena teringat taruhannya dengan Kibum.

"Kira-kira bunga dan sayur siapa yang akan tumbuh duluan?" batin Youngie. "Aigo! Aku jadi penasaran!" Youngie merebahkan tubuhnya di atas lantai dan menatap langit-langit. Akan melakukan apa ia seharian ini untuk mengusir bosan? Youngie tiba-tiba duduk dan ekspresinya berbinar. Sarapan bersama Nyonya Lee merusak jadwal harian Youngie. Ia merasakan perutnya masih penuh dan ia harus segera membakar makanan dalam perutnya itu menjadi energi. Youngie bangkit dari duduknya dan berlari kecil menuju kamar.

Youngie keluar dengan membawa DVD player. Ia sarapan bersama Nyonya Lee pukul delapan tepat. Lalu membantu Nyonya Lee membereskan peralatan makan lalu ngobrol sejenak hingga membuatnya kembali ke rooftop tepat pukul sembilan. Satu jam berlalu, cukup untuk bergerak dan mengusir rasa penuh diperutnya. Mumpung Kibum tak ada di rumah, saatnya untuk menari. Hal yang biasa Youngie lakukan ketika ia bosan atau stres adalah menyetel musik keras-keras dalam DVD playernya dan menari hingga berkeringat. Itu bisa membuatnya merasa ringan sesudahnya.

Youngie menyalakan DVD, musik mulai terdengar di dalam rooftop. Youngie yang berdiri menghadap dinding kaca mulai menggerakan tubuhnya dan menari. Walau Youngie bukan seorang dancer, namun tubuhnya cukup lentur dalam gerakan dance yang ia ciptakan sendiri secara sembarang. Yang penting bergerak dan berkeringat. Begitu prinsip Youngie.

Kibum yang sedang asik dengan tab-nya di kamar merasa terusik ketika tiba-tiba terdengar musik remix terdengar dari luar kamarnya. Kibum berjalan pelan dan dengan perlahan pula membuka pintu kamarnya. Kibum mengintip dan menemukan Youngie sedang menari di depan dinding kaca yang letaknya berada di samping kamarnya.

Mulut Kibum ternganga melihat Youngie menari. "Dia bisa dance?" ucapnya pada dirinya sendiri tanpa suara. Kibum tersenyum dan duduk bersila melihat Youngie yang masih asik menari dan tak menyadari keberadaannya.

Kibum bertepuk tangan setelah satu lagu selesai mengiringi Youngie menari.

"Kak... kau?? Sejak kapan kau di sana??" Youngie terkejut sekaligus merasa malu mengetahui Kibum tengah duduk bersila di atas lantai di dekat kamarnya.
"Kira-kira sejak lagu itu seperempat mengalun mengiringimu menari," Kibum bangkit dari duduknya. "Aku tak menyangka kau bisa dance," Kibum berjalan mendekati Youngie. "Kau dancer juga?"
"Bukan!" Youngie menggeleng. "Hanya asal bergerak saja untuk berkeringat. Ini manajemen stres yang sering aku terapkan."
"Wah, tepat sekali. Aku sedang stres pagi ini."
"Stres? Kenapa? Kau tak jadi pergi?"
"Klien menolak karena desain yang aku kirim tak sesuai permintaannya. Menyebalkan. Padahal yang membuat desain itu adalah desainer yang sama."
"Pasti aku sangat mengganggumu. Mian. Aku pikir kau sudah pergi karenanya aku memutar musik keras-keras."
"It's ok. Aku ingin coba manajemen stres yang kau terapkan. Ayo putar musiknya dan kita asal bergerak agar berkeringat!" ajak Kibum bersemangat. "Aku suka bagaimana kau menggerakan tubuhmu dan menari. Ayo ajari aku," Kibum mulai menggerakan tubuhnya walau Youngie belum memutar ulang lagu dalam DVD-nya. "Kenapa kau malah diam? Tak ingin menari denganku? Lagu tadi cukup keren!"
Youngie tersenyum dan kembali memutar lagu dalam DVD player miliknya. "My favourite song lately," ucapnya masih malu-malu untuk kembali menggerakan tubuhnya.
"Ok! Let's dance! Lee Youngie! I'm your patner!" seru Kibum.

Walau awalnya malu-malu akhirnya Youngie bisa rileks dan menikmati menari dengan gerakan sembarang bersama Kibum. Keduanya menari dengan gerakan sembarang yang mereka bisa. Kadang Kibum menirukan gerakan Youngie dan sebaliknya. Kibum pun menggandeng Youngie dan memimpin melakukan gerakan dance seperti gerakan dansa berpasangan. Kibum dan Youngie larut dalam canda dan tarian mereka. Karena keasikan bercanda dan menari Kibum kehilangan sedikit kontrol dan keseimbangan. Ia terpelesat dan menarik Youngie jatuh menimpanya.

Tubuh Youngie jatuh menimpa tubuh Kibum. Parahnya insiden itu membuat bibir Youngie jatuh tepat di atas bibir Kibum yang terkapar di bawah tubuhnya. Kedua mata bulat Youngie terbelalak dan ia segera menarik tubuhnya untuk duduk membelakangi Kibum yang masih terbaring di atas lantai.

"Jeosonghamnida, Kibum-ssi!" Youngie mematikan DVD player miliknya yang masih menyala dan memungut mesin itu lalu bergegas masuk kamar.

Kibum yang masih terbaring di lantai tersenyum sendiri. Ia seolah tak percaya pada apa yang baru saja menimpanya.
***

Setengah hari berlalu sejak insiden yang terjadi di pagi menjelang siang itu. Youngie masih mengurung diri dalam kamarnya. Kibum pun sama. Sesekali Youngie mendekatkan telinganya ke pintu untuk menguping ada kegiatan apa di luar sana namun ia tak mendapatkan apa-apa. Rasa ingin buang air kecil itu mendesak Youngie namun ia ragu untuk keluar kamar. Ia belum siap jika harus bertatap muka dengan Kibum. Di kamarnya Kibum kelaparan. Karena pagi tadi ia hanya sarapan buah, sejak satu setengah jam yang lalu perutnya sudah protes minta diisi, tapi Kibum enggan keluar kamar. Ia khawatir Youngie ada di luar dan Kibum belum siap untuk bertemu face to face dengan gadis itu. Kibum mengelus perutnya dan membisikan kata agar perutnya bersabar sejenak.

Youngie tak tahan lagi. Ia harus ke kamar mandi. Karena menahan rasa ingin buang air kecil cukup lama, itu membuat perutnya keras dan sakit. Ia tak boleh menundanya lagi, setelah sempat menguping sejenak akhirnya Youngie keluar kamar dan bergegas menuju kamar mandi. Lega rasanya. Youngie terbebas dari siksaan rasa ingin buang air kecil. Karena tak menemukan Kibum, tak membuang kesempatan Youngie segera menuju dapur untuk minum banyak-banyak air putih untuk meredakan rasa sakit yang masih tersisa di perutnya. Dua gelas lolos masuk ke dalam perut Youngie dengan lancar. Tibalah Youngie meneguk gelas ketiga.

"Aku lapar!" Kibum tiba-tiba muncul di depan Youngie.
Youngie terkejut dan menyemburkan isi dalam mulutnya hingga membasahi T-shirt Kibum. "Kibum-ssi, jeosonghaeyo. Omo!" Youngie panik segera meletakan gelas dan mengambil tissu untuk mengeringkan T-shirt Kibum.
"Setelah menciumku sekarang kau menyemburku," gumam Kibum saat Youngie sibuk membersihkan T-shirt-nya.
Youngie menghentikan aktifitasnya dan berdiri menegakan badan di depan Kibum. "Bukankah kau yang seharusnya meminta maaf untuk insiden itu. Siapa yang menarikku hingga jatuh menimpamu? Ck! Aku sama sekali tak berniat menciummu. Itu murni kecelakaan!"
"Lalu kenapa kau buru-buru sembunyi setelah insiden itu?"
"Kau!!!" Youngie geram namun tak bisa berbuat apa-apa di depan Kibum.
"Kau mencuri ciuman pertamaku. Esss..." Kibum menyentuh bibirnya.
Youngie kembali mendelik menatap Kibum. "Kau pikir aku tak kesal karena itu? Aku mendambakan sebuah ciuman romantis untuk melepas ciuman pertamaku, tapi kau... kau mengacaukan semuanya!"
"Kau berharap itu Taemin?"
"Ya! Kibum-aa!!"
Kibum terkekeh. "Mian. Ini salahku, jadi aku mohon maafkan aku."

Suasana berubah hening di dapur. Youngie berdiri dengan kepala tertunduk. Kibum menatapnya dan tersenyum.

"Aku butuh pendapatmu," Kibum berucap membuat Youngie mengangkat kepala dan menatapnya.
"Pendapat?" tanya Youngie sedikit memiringkan kepala.
"Sebelumnya... tidak adakah sesuatu yang bisa kita makan? Aku lapar," Kibum mengelus perutnya.
Youngie tersenyum. Sebenarnya ia juga merasakan hal yang sama. Lapar. "Bagaimana kalau kita membuat ramen? Ramen ditambah kol dan telur. Heummm... lama sekali aku tak memakannya. Kau mau?"
Kibum menggangguk antusias. "Baiklah. Tunggu sebentar. Aku akan membuatnya."
"Aku bantu!" Kibum penuh semangat.

Kibum dan Youngie bekerja sama membuat ramen ala Youngie. Kibum membantu memotong kol menjadi irisan kecil dan Youngie mempersiapkan ramen dan telur. Suasana yang sempat kaku karena insiden pagi menjelang siang itu sirna. Kibum dan Youngie kembali seperti sebelumnya. Mereka memasak bersama dan sesekali bercanda.
***

Youngie mengerucutkan bibirnya dan berjalan menuruni tangga di belakang Kibum. Saat makan bersama sore tadi, Kibum menceritakan tentang salah satu desainernya yang hari ini sedang berulang tahun namun mengalami kesialan. Desain yang ia buat ditolek oleh klien Kibum dan desainer itu menjadi sedikit terpuruk karenanya. Youngie mengusulkan agar Kibum membuat pesta kejutan kecil untuk salah satu desainernya itu agar ia tak merasa sedih lagi. Kibum setuju dengan usul Youngie dan meminta bantuan Youngie untuk mempersiapkan pesta kejutan itu. Youngie sebenarnya malas, tapi ia tak bisa menolak karena ia sudah berjanji untuk membantu Kibum sesuai kemampuannya sebagai ganti kebaikan Kibum yang sudah melunasi uang sewa rooftop mereka.

Ketika hampir sampai di lantai dasar, di tengah tangga Youngie dan Kibum bertemu Jinki yang mulai menaiki tangga. Ekspresi berbinar Jinki meredup melihat Kibum dan Youngie menuruni tangga bersama di tambah kostum keduanya terlihat rapi. Jinki paham jika Kibum dan Youngie akan pergi bersama.

"Oh, Jinki-ssi. Kau di sini!" sapa Youngie ramah dari balik punggung Kibum.
"Ah, nee. Aku mau ke lantai dua. Ada perlu dengan salah satu penyewa," Jinki berusaha tampil sealami mungkin di depan Kibum dan Youngie. "Kalian mau pergi?"
"Nee. Kibum-ssi membutuhkan bantuanku untuk membeli beberapa barang jadi kami harus pergi bersama."
"Oh. Silahkan!" Jinki minggir memberi jalan untuk Kibum dan Youngie.
Kibum tersenyum kecil melewati Jinki yang menatapnya. Youngie menyusul di belakang Kibum, tersenyum tulus pada Jinki. Jinki membalas senyum. Jinki mendesah melihat Kibum dan Youngie turun bersama dan meninggalkannya. Setelah keduanya sampai di lantai dasar, Jinki kembali turun. Sebenarnya ia hendak menemui Youngie, tapi ketika melihat gadis itu muncul bersama Kibum ia pun beralasan akan ke lantai dua untuk menemui salah satu penyewa.

Rute pertama perjalanan Kibum dan Youngie adalah toko kue. Kibum meminta bantuan Youngie untuk memilih kue tart ulang tahun untuk salah satu desainernya yang berulang tahun hari ini. Youngie terlihat tak bersemangat. Dengan tatapan malas ia melihat deretan tart dalam etalase yang tersaji di hadapannya. Sebenarnya bukan Kibum yang membuat Youngie merasa malas. Hari ini teman baik Youngie juga berulang tahun, tapi karena kenangan buruk yang ia dapat dari temannya itu Youngie telah melupakan even penting di tanggal ini sejak setahun yang lalu. Tapi hari ini Kibum meminta bantuannya untuk mempersiapkan pesta kejutan untuk salah satu desainernya, pantas saja Youngie merasa malas. Hal itu kembali membawa kenangan buruk Youngie yang sudah ia kubur dalam-dalam.

Setelah mengamati deretan tart di dalam etalase, Youngie menuding salah satu tart yang di dominasi warna pink dan stroberi.

"Ya! Ini bukan ulang tahunku, kenapa tart pink itu?" protes Kibum.
"Anio. Ini bukan karenamu. Temanku juga berulang tahun hari ini dan dia suka tart dengan warna pink juga hiasan stroberi di sana-sini. Karena tanggal lahir mereka sama, aku rasa desainermu akan menyukai tart ini. Eh, tapi blackforest itu juga boleh. Coklat. Aku rasa bisa membantu membuatnya bahagia di situasi saat ini."
"Nah! Aku harus pilih yang mana? Apa keduanya saja?"
"Ulang tahun dua kue? Tak akan jadi istimewa."
"Pilihan awal saja," Kibum tersenyum dan segera memesan kue tart yang pertama kali dipilih Youngie.
***

Ruang karaoke sudah di pesan, Youngie juga telah selesai membantu menghias ruangan itu juga menyiapkan tart beserta lilinnya. Youngie merasa tak nyaman untuk tinggal, ia pun bangkit dari duduknya.

"Kibum-ssi, semua sudah beres. Boleh aku pergi sekarang?" Youngie menghampiri Kibum yang berdiri di dekat pintu dan mengintip keluar dari kaca berukuran persegi yang ada di pintu.
Kibum sedikit menggeser tubuhnya untuk bisa menatap Youngie. "Kenapa? Kau ada janji dengan Taemin?"
"Taemin? Ya! Kenapa membawa Taemin?"
"Karena hanya nama itu yang akan membuatmu pergi secara tiba-tiba dan menggila. Jika bukan karena dia, tetap saja di sini. Kita berangkat sama-sama, pulang pun harus sama-sama. Aku tak mau disebut lelaki tak bertanggungjawab."
"Ish! Tenang saja. Kau tak akan mendapat sebutan itu. Lagi pula ini pestamu dan staf, jadi sebaiknya aku pergi."
"Tapi pesta ini adalah idemu. Hush! Mereka datang!" Kibum mendorong tubuh Youngie untuk minggir dari pintu.
"Kibum-ss!" Kibum segera membungkam mulut Youngie dengan telapak tangannya ketika gadis itu hendak protes.

Youngie terjepit. Kibum membungkamnya dan menekan tubuhnya untuk sembunyi sebelum staf Kibum yang sudah sampai di tempat karaoke masuk ke ruangan yang sudah Kibum pesan. Kibum yang berdiri dekat di depan Youngie tiba-tiba tersenyum.

"Kenapa aku begini gugup?" bisiknya kemudian menyadari bagaimana tangannya membungkam Youngie dan bagaimana Youngie menatapnya. Walau cukup gelap dalam ruangan itu karena Kibum mematikan lampu bersamaan dengan ia mendorong tubuh Youngie, Kibum masih bisa melihat bagaimana ekspresi Youngie.
"Mianhae..." Kibum menurunkan tangannya dari membungkam Youngie.
Youngie terengah-engah mengatur napasnya. "Kau ingin membunuhku? Dan kenapa kau matikan lampunya?"
"Ssh!!!" Kibum memberi kode agar Youngie diam.

Terdengar suara gagang pintu terbuka. "Annyeong haseyo..." seorang gadis masuk dengan hati-hati dan memberi salam.
"Surprise!" seru Kibum sembari kembali menyalakan lampu. "Selamat ulang tahun Moon Sori. Semoga panjang umur!" Kibum memberi ucapan pada Moon Sori--gadis yang baru saja masuk dan memberi salam-.
"Woa!!! Bos menyiapkan kejutan ini khusus untuk Sori. Senangnya..." kata seorang gadis yang baru saja masuk. "Bahkan hiasan dan tart," gadis berambut sebahu itu terkagum-kagum mengamati ruang karaoke di mana ia berada kini.
"Bos. Lain kali kalau aku yang ulang tahun apa akan mendapat kejutan juga?" seorang pemuda menyusul masuk dan bertanya pada Kibum.
"Terima kasih," Moon Sori membungkung di depan Kibum. "Hari ini aku membuat Anda kehilangab klien, tapi Anda malah menyiapkan pesta kejutan ini untukku. Aku benar-benar terharu. Kamsahamnida," Sori kembali membungkuk di depan Kibum.
"Pesta ini adalah ide pacarku," ungkap Kibum membuat Youngie yang masih bersembunyi di belakangnya mendelik.
"Pacar bos? Wah, dia baik sekali dan perhatian. Aku harus berterima kasih padanya," kata Sori.
"Dia di sini. Ini dia yang mencetuskan ide pesta kejutan untuk Sori!" Kibum menuntun Youngie keluar dari persembunyiannya.

Ragu-ragu Youngie keluar dari balik Kibum. Ia tersenyum tulus dan memberi salam. Sori terbelalak melihat gadis yang berdiri di samping kiri Kibum yang tak lain adalah Youngie. Sori terlihat benar terkejut melihat sosok yang disebut Kibum sebagai pacaranya. Youngie berdiri diam di samping Kibum membalas tatapan Sori.



Part #5

Mendadak suasana berubah kaku di antara Sori dan Youngie.

"Katanya ingin berterima kasih pada pacarku, kenapa kau malah mematung?" Kibum memprotes sikap Sori.
"Eung... maaf. Jadi ini pacar Bos? Kamsahamnida untuk ide pesta kejutannya," Sori tersenyum kaku dan membungkuk ala kadarnya di depan Youngie.
"Aku menceritakan insiden penolakan pagi ini dan juga ulang tahunmu, lalu pacarku tersayang ini," Kibum merangkul Youngie, "mengusulkan ide pesta kejutan untukmu. Jangan merasa bersedih karena desain yang kau buat ditolak dan kita kehilangan klien. Selalu ada kesempatan kedua untuk kita," imbuh Kibum dengan bangga.
"Terima kasih untuk membesarkan hatiku, Bos."
"Bukan aku, tapi pacarku yang mengatakannya," Kibum menoleh menatap Youngie dan tersenyum bangga. "Membuat desain tak selalu bisa sempurna seperti apa yang kita bayangkan, tapi semua karya itu berharga. Karenanya jangan berkecil hati. Pasti akan ada kesempatan kedua bagi orang yang berkemauan keras dan tak mau menyerah untuk berusaha," dengan lancar Kibum mengutip perkataan Youngie sore tadi ketika ia mencurahkan kegalauan hatinya perihal penolakan dari klien. Selesai mengutip kata-kata Youngie, Kibum menambahkan tatapan penuh kasih dan senyum tulus pada Youngie. Sori semakin merasa muak.
"Kalian, apa akan berdiri saja di sana?" seru pemuda yang sudah duduk di sofa bersama gadis berambut sebahu.
"Ah, iya. Mari kita duduk!" masih dengan merangkul Youngie, Kibum mengajak 'pacarnya' itu duduk. Sori berjalan menyusul dan duduk di tengah-tengah tepat di depan kue.
"Aku belum terlambat kan?" gadis berambut pendek itu masuk dan langsung duduk bergabung. "Eh, siapa dia?" tudingnya pada Youngie.
"Pacar Bos sekaligus pencetus ide pesta kejutan ini," terang pemuda yang datang bersama Sori dan gadis berambut sebahu.
"Pacar Bos? Baru tahu aku kalau Bos punya pacar. Hai! Aku Chae Yeonmi. Aku kepala bagian marketing di Almighty Key," gadis berdandanan tomboy itu memperkenalkan diri.
"Lee Youngie," balas Youngie memperkenalkan diri.
"Aku Lee Jaejin. Fotografer Almighty Key," pemuda yang datang bersama Sori turut memperkenalkan diri.
"Aku Yoon Songeun. Salah satu desainer Almighty Key," gadis dengan rambut sebahu menyambung.
Sori yang duduk tepat di samping Songeun merasa mendapat giliran memperkenalkan diri karena tatapan teman-temannya. "Aku Moon Sori. Salah satu desainer Almighty Key," dengan kaku Sori memperkenalkan diri.
"Senang bertemu dengan Anda semua," Youngie tersenyum tulus. "Hanya kalian kru Almighty Key?" tanya Youngie penasaran.
"Yang lain menolak ikut," jawab Jaejin. "Kalau ikut semua sih total ada sepuluh orang," imbuhnya.
"Kita mulai pestanya?" tanya Kibum dan disambut antusias stafnya.

Jaejin menyalakan lilin dan semua menyanyikan lagu ulang tahun untuk Sori. Sori membuat permohonan lalu meniup lilin yang menyala di atas tart. Soro memotong kuenya dan memberikan potongan pertama pada Kibum.

"Ini sebagai penghormatan atas pesta kejutan ini," kata Sori lengkap dengan senyum manisnya.
"Aigo. Aku jadi malu. Harusnya pacarku yang mendapatkan potongan pertama ini," kata Kibum tersipu membuat senyum di wajah Sori hilang. "Gomawo. Aku terima kuenya," Kibum menerima potongan tart pemberian Sori membuat gadis itu memaksakan senyum di wajahnya.
"Aku potong sendiri ya!" seru Jaejin sembari merebut pisau pemotong kue di tangan Sori.

Sori menatap Kibum yang ingin menyuapi Youngie namun gadis itu menolak. Melihat kemesraan Kibum dan Youngie, dada Sori semakin merasa sesak. Ia meraih gelas berisi beer di hadapannya dan meneguknya dengan habis.

Youngie bangkit dari duduknya dan pamit untuk ke toilet. Melihatnya Sori ikut bangkit dari duduknya dan menyusul Youngie.

"Ya! Lee Youngie!" panggil Sori membuat Youngie menghentikan langkahnya. Sori mendorong tubuh Youngie ke lorong menuju toilet. "Apa-apaan ini? Kau pacar Kim Kibum?"
"Sori... ini tak seperti yang kau lihat," Youngie memberi penjelasan.
"Hebat juga kau bisa jadi pacar Kim Kibum. Dan ide pesta itu, apa rencanamu? Apa kau mau balas dendam?!" Sori mendorong tubuh Youngie dengan kasar hingga punggung Youngie menabrak tembok di belakangnya.
Youngie meringis merasakan sakit di punggungnya. "Kau salah paham Sori. Sungguh ini tak seperti yang kau lihat."
"Jadi ini yang kau rencanakan setelah setahun menghilang? Kau kembali untuk balas dendam padaku? Kau selalu saja beruntung. Kau tak berhasil menjadi stafnya tapi kau malah menjadi pacarnya. Sempurna!" Sori mengangguk-angguk dan menatap Youngie penuh kebencian. "Lalu selanjutnya apa? Kau akan membongkar kedokku?! Kau akan membongkar semua?! Kau akan mengatakan pada pacarmu itu bahwa setahun yang lalu desainmu di curi olehku dan karena desain itu aku mendapatkan jackpot serta pekerjaan di Almighty Key? Kau akan mengatakan semuanya dan membuatku di tendang dari tempat itu? Katakan!" bentak Sori lagi-lagi dengan kasar mendorong tubuh Youngie. Napas Sori terengah-engah karena emosi. Ia masih menatap Youngie penuh amarah dan kebencian.
Youngie membalas tatapan Sori. Sorot mata sendu dan berkaca-kaca Youngie sama sekali tak membuat amarah Sori meredam. "Anee," suara Youngie bergetar. "Kau sudah salah paham, Moon Sori. Aku tidak datang untuk balas dendam. Tidak. Apa yang terjadi hari ini tidak seperti apa yang kau pikirkan. Aku minta maaf karena membuat harimu yang kacau menjadi semakin buruk tapi..."
"Cukup!" potong Sori. "Aku... aku tahu waktu ini pasti akan datang. Selama setahun aku hidup dalam ketakutan itu dan akhirnya kau benar-benar muncul. Kau benar-benar tak bisa ditebak. Tiba-tiba muncul menjadi pacar Kim Kibum. Ini benar-benar mengejutkanku. Terima kasih untuk hadiah ulang tahun yang indah ini. Apa pun yang akan kau lakukan sekarang, aku siap!" Sori tak hanya menegaskan gertakannya dengan kata-kata. Sorot matanya pun menegaskan hal yang sama bahwa ia tak akan takut sedikit pun pada rencana Youngie.
"Aku tak punya rencana apa pun untuk balas dendam padamu, Sori. Kau salah paham. Sejak awal kau adalah temanku. Aku tak pernah menganggap kau sebagai musuh. Tentang desain itu... aku senang itu bisa membawamu pada impianmu. Bekerja sebagai desainer di salah satu brand ternama Korea. Aku turut senang atas keberhasilanmu."
"Hagh! Apa-apaan ini? Kau berlagak sok pahlawan di depanku? Ingin menjadi malaikat?"

Sebenarnya Youngie merasakan panas di kedua matanya, namun ia menyemangati dirinya sendiri agar tak menangis di depan Sori. Ingatan tentang bagaimana Sori menatap dirinya dengan tatapan memicing ketika ia sampai di tempat audisi Almighty Key kembali terlintas di ingatan Youngie. Senyuman mencibir Sori ketika ia terpilih sebagai pemenang juga tak luput melintas dalam ingatan Youngie membuatnya mengepalkan kedua tangannya sebagai tindakan untuk meredam emosinya.

"Jujur saat itu aku sangat marah. Tapi tak ada yang bisa aku lakukan. Melihatmu berdiri sebagai pemenang benar-benar membuatku marah. Tega sekali kau melakukan itu padaku? Sedang kau tahu saat itu aku butuh uang untuk biaya operasi ibuku. Tapi tetap saja tak ada yang bisa aku lakukan. Aku pasrah dan menyerah. Tapi Tuhan memberiku kesempatan kedua. Aku mendapat uang untuk biaya operasi ibuku dengan jalan lain. Aku terbebas dari masalahku. Tapi tidak denganmu. Setahun ini kau hidup dalam ketakutan? Aku menyesal mendengarnya. Lalu apakah kau pikir aku masih perlu untuk balas dendam padamu?" Youngie kembali bicara usai berhasil menguasai emosinya. Sori terperangah menatap Youngie.
Youngie tersenyum. "Kau telah mendapatkan apa yang kau inginkan berserta konsekwensinya. Itu yang kau mau, itu yang kau inginkan. Kau tak perlu khawatir lagi. Aku juga ibuku hidup baik hingga kini. Dan aku lega mendengar kau masih memiliki rasa takut itu. Aku lega mendengarnya karena itu menunjukan kau masih punya sisi manusia di dalam dirimu." Youngie kembali tersenyum kemudian berjalan kembali ke ruang karaoke meninggalkan Sori yang berdiri diam, mematung dalam posisinya.

Youngie berhenti di depan pintu masuk ruang karaoke. Ia menghela napas kemudian kembali masuk. Youngie kembali duduk di samping Kibum. Beberapa detik kemudian Sori kembali. Ia terlihat sedikit murung dan kembali duduk di samping Songeun mengabaikan Jaejin yang sedang bernyanyi.

"Kau baik-baik saja?" tanya Kibum pada Sori.
"Ah, nee." Sori berusaha tersenyum rileks pada Kibum.
"Youngie-ssi, kau tak ingin menyumbang lagu untuk uri Sori?" Jaejin usai bernyanyi.
"Nee??" Youngie kaget mendengar Jaejin memalaknya untuk bernyanyi. "Ah, mian. Suaraku jelek," tolak Youngie.
"Apa suaraku bagus? Tidak kan. Ayolah. Ini bukan audisi. Hanya ayo bernyanyi dan bersenang-senang. Hadiah untuk Sori tak lengkap tanpa kau bernyanyi." Paksa Jaejin di dukung tatapan dan anggukan kepala Songeun juga Yeonmi.
Youngie menatap Sori yang juga menatapnya. "Bernyanyilah. Untukku," kata Sori.

Youngie menghela napas dan bangkit dari duduknya. Jaejin menyambut dengan seruan dan tepuk tangan antusias. Songeun dan Yeonmi ikut bertepuk tangan menyambut Youngie sedang Kibum--yang hanya diam sejak Youngie kembali- hanya memperhatikan dari tempat ia duduk. Youngie memilih lagu dalam list. Ia tersenyum ketika menemukan lagu yang menurutnya cocok.

"Aku harap lagu ini bisa menghiburmu Moon Sori-ssi," kata Youngie sebelum bernyanyi lengkap dengan senyuman tulusnya. Kemudian Youngie mulai menyanyikan lagu Younha - Pray dengan apik membuat semua yang ada di dalam ruangan itu larut.

Sori menatap Youngie yang bernyanyi untuknya. Tiba-tiba air matanya jatuh dan dengan cepat Sori menghapusnya.
***

Sepanjang perjalanan pulang Youngie lebih banyak diam. Ia hanya menjawab singkat setiap pertanyaan Kibum.

Kibum berjalan di belakang Youngie yang lebih dulu menaiki tangga. Ia pun masuk ke dalam rooftop sesudah Youngie.

"Youngie-ya, mian," kata Kibum tiba-tiba ketika keduanya sudah di dalam rooftop.
"Karena kau menyebut aku pacarmu? Kau keterlaluan Kim Kibum. Apa tujuanmu melakukan itu?"
"Bukan hanya karena itu tapi..." Kibum tampak ragu untuk melanjutkan permohonan maafnya dan Youngie berdiri menunggunya. "Aku mendengar semua," imbuh Kibum cepat. Youngie menurunkan kedua tangan yang ia silangkan di dadanya saat mendengar pengakuan Kibum. "Ekspresi Sori berubah saat melihatmu dan kau gusar ingin pergi sejak persiapan selesai. Aku minta maaf telah melibatkanmu dan membuatmu bertemu kembali dengan teman lama yang memberimu kenangan buruk. Maafkan juga soal desain serta..."
"Itu bukan salahmu," potong Youngie. "Aku ingin menghindar, tapi aku sudah janji akan membantumu. Aku ingin pergi saat persiapan selesai tapi lagi-lagi gagal. Takdir, kita memang tak akan bisa merubahnya. Jadi aku mohon jangan merasa bersalah karenanya. Apa yang terjadi hari ini adalah karena takdir dan kehendak Tuhan. Itu di luar kuasa kita."
"Kau diam sepanjang perjalanan pulang. Itu membuatku khawatir dan merasa bersalah."
Youngie tersenyum. "Mian. Aku hanya butuh mencerna ini semua." Youngie kembali diam, Kibum pun sama. "Kibum-ssi..." Youngie kembali bicara, "setelah kau tahu tentang aku dan Sori... kau tak akan memecat Sori kan? Percayalah. Dia sebenarnya gadis yang baik. Dia cukup terpukul hari ini. Semua hal buruk terjadi di hari ulang tahunnya, jika kau sampai memecat dia juga maka habislah..."
"Apa bertemu denganmu termasuk hal buruk?" tanya Kibum dan Youngie mengangguk antusias. "Aku benci pada seseorang yang tak jujur, tapi aku tak punya alasan untuk memecatnya. Kerjanya cukup bagus memang walau seringnya tak sesuai dengan yang aku harapkan. Sekarang aku paham alasan di balik itu semua. Karena saat audisi desain yang ia gunakan bukanlah miliknya sendiri. Aku benar-benar minta maaf untuk ini, Youngie. Kenapa kau berpikir aku akan memecatnya?"
Youngie diam sejenak. "Karena dia adalah pemberi kenangan buruk pada pacarmu ini?"
"Haish!" Kibum tersenyum geli mendengar alasan konyol Youngie.
Youngie ikut tersenyum. "Gomawo, Kibum-ssi."
"Untuk?"

Tiba-tiba lampu padam membuat Youngie menjerit kecil. Di saat yang sama Kibum meloncat lebih dekat pada Youngie bahkan sampai menabrak lengan Youngie.

"Listrik padam!" ucap Kibum dan Youngie hampir bersamaan.
"Kau kenapa menjerit?" tanya Kibum.
"Kau sendiri kenapa lompat seperti itu?" Youngie balik bertanya. "Aku kaget saja lampu tiba-tiba padam," imbuh Youngie menjawab pertanyaan Kibum.
"Aku... sedikit tak nyaman dalam gelap," jawab Kibum.
"Sebenarnya... aku juga sih. Berada dalam kegelapan itu mengerikan."
"Lalu bagaimana sekarang?"
"Tunggu. Aku akan cari lampu emergensi milikku," Youngie menyalakan ponselnya untuk menjadi penerang. Tiba-tiba Kibum memegang tangan kanan Youngie hingga gadis itu batal melangkah.
"Kita cari sama-sama," kata Kibum turut menyalakan ponselnya untuk menjadi penerang jalan mereka.

Youngie tersenyum dan mengangguk. Kibum membalas senyum dan tetap melingkarkan tangan kirinya di lengan kanan Youngie. Keduanya berjalan menuju kamar Youngie untuk mencari lampu emergensi milik Youngie. Tak sulit bagi Youngie untuk menemukan barang yang ia cari karena ia telah menata letak barang-barang miliknya sesuai kebutuhan. Setelah menemukan lampu emergensi miliknya, Youngie menyalakan benda kecil dengan bentuk oval dan berwarna oranye itu. Usaha Youngie tak membuahkan hasil. Tak ada cahaya putih terang yang muncul dari benda kecil--yang Youngie sering menyebutnya sebagai benda ajaib- itu.

"Kita sedang sial. Baterainya habis," Youngie dengan kecewa menunjukan lampu emergensi di tangan kanannya.
"Ya sudah. Ayo kita beli lilin," ajak Kibum.

Youngie mengangguk setuju. Kibum kembali melingkarkan tangan kirinya di lengan kanan Youngie dan mereka berjalan bersama keluar dari kamar Youngie. Tinggal tiga langkah saja Kibum dan Youngie dari pintu, tiba-tiba terdengar ketukan. Kibum dan Youngie kompak menghentikan langkah. Keduanya diam dan saling melempar pandangan yang menunjukan pertanyaan yang sama. 'Siapa yang mengetuk pintu?'

"Youngie-ssi! Kau di dalam? Ini aku, Jinki!" terdengar suara Jinki setelah beberapa kali ketukan di pintu.
"Syukurlah pertolongan datang," kata Youngie sembari berjalan diikuti Kibum yang masih melingkarkan tangan kirinya di lengan kanannya.

Senyum di wajah Jinki sirna ketika pintu terbuka. Ia melihat Kibum menggandeng Youngie dan kedua makhluk beda gender itu sangat dekat satu sama lain.
"Kenapa kalian berjalan dengan cara seperti itu?" tanya Jinki sembari menuding tangan Kibum.
"Ini..." Youngie berusaha melepaskan lengannya dari lilitan tangan Kibum.
"Youngie takut gelap!" sahut Kibum sekaligus memperat lilitan tangannya pada lengan kananYoungie. "Karena itu aku tak akan melepaskannya sendirian. Kau tahu kan, bisa bahaya jika kau meninggalkan orang yang memiliki phobia kegelapan di tengah kegelapan," terang Kibum sembari menggerakan tangan kanannya membentuk gambar lingkaran bayangan di udara. Jinki menatap gerak tangan kanan Kibum lalu--entah sadar atau tidak-mengangguk.
"Ada perbaikan. Mungkin agak lama. Omma memintaku mengantar lampu emergensi ini untukmu, Youngie," Jinki mengulurkan tangan kanannya yang memegang lampu emergensi pada Youngie.
"Wah, gomawo!" Kibum menyahut lampu itu. "Sampaikan terima kasih kami pada Nyonya Lee. Dan terima kasih juga padamu yang sudah bersedia mengantar lampu ini untuk kami," cerocos Kibum seolah ia-lah yang mendapat bantuan berupa lampu emergensi itu. Ia pun tak lupa menunjukan senyuman lebarnya pada Jinki yang menatapnya dengan ekpresi kesal. "Ini sudah malam dan waktunya bagi kami untuk istirahat, apakah kau akan tetap berdiri disitu?" imbuh Kibum mengusir Jinki secara halus.
"Kibum!" Youngie menyikut Kibum. "Jinki-ssi, maafkan Kibum." Youngie membungkukkab badan.
Jinki tersenyum manis menatap Youngie. "Selamat istirahat, Youngie. Aku pergi," Jinki pamit.

Kibum langsung menutup pintu dan menguncinya ketika Jinki menghilang dari hadapannya.

"Kau ini! Tidak bisa sopan sedikit apa?" protes Youngie sembari merebut lampu emergensi di tangan Kibum.
"Apa?" Kibum tak melepaskan lampu di tangannya.
"Lampu ini dikirim Nyonya Lee untukku. Jadi berikan padaku!"
"Ow, ow, ow! Jadi hanya kau yang berhak? Tidak bisa. Kita harus menggunakannya bersama-sama. Kau tahu aku juga takut gelap, kan?"
"Apa? Ya ampun. Baiklah. Kita tidur di ruang tamu ini dan berbagi lampu."
"Apa? Di ruang luas ini? Dengan lampu minim ini? Tidak! Aku phobia!"
"Apa?! Ya, Kibum-aa! Maumu apa sih? Bukankah itu cara terbaik untuk berbagi lampu emergensi ini".
"Anee. Masih ada pilihan lain. Kau tidur denganku, di kamarku."
"Mwo??" mulut Youngie membulat mendengar opsi yang diberikan Kibum.



#6

"Ap-apa?? Tidur denganmu? Ya! Apa kau mabuk? Kau dan aku, kita tidur bersama?!" protes Youngie.
"Iya, kita. Kau dan aku, kita tidur bersama. Di kamarku!" Kibum menegaskan.
"Mm-mwo?!"
"Kamarku lebih luas dari kamarmu dan tentu saja ranjangku lebih besar dari ranjangmu. Dan di rumah ini bukankah aku yang lebih berkuasa?" Kibum menggunakan senjata yang ia punya. Dominasi karena ia membayar lebih banyak uang sewa daripada Youngie.
Youngie kesal dan menatap Kibum penuh amarah. "Baiklah! Kau bisa gunakan lampu itu! Sendiri!"
Kibum terperangah. Benarkah Youngie menyerah? Bukankah gadis itu juga takut gelap? "Kau ini picik sekali!" olok Kibum.
"Picik?!" lagi-lagi Youngie protes.
"Eum, bukan picik. Tapi otakmu ini," Kibum meletakan jari telunjuknya di kening Youngie, "mesum sekali!" imbuhnya.
"Apa?? Mesum??"
"Iya, mesum. Kau pikir kita mau apa? Hanya tidur bersama di kamarku karena hanya satu lampu yang kita miliki. Coba bayangkan jika kita tidur di ruangan yang luas ini, apa kau yakin kau akan baik-baik saja? Kalau aku sih ngeri," Kibum bergidik.
Youngie mengamati sekelilingnya yang di dominasi kegelapan. Ia pun bergidik. Rasanya menakutkan berbaring di atas lantai di tengah ruangan luas dengan dominasi kegelapan. "Baiklah. Aku bisa tidur di bawah dan kau tetap di ranjang," Youngie setuju namun mengajukan satu syarat.
"Kau yakin ingin tidur di bawah? Kau... tidak takut jika tiba-tiba ada sesuatu muncul dari kolong ranjang?"
"Ya! Kibum-aa!!" Youngie melayangkan pukulan ke lengan Kibum membuat pemuda itu meringis kesakitan.

Tak ada pilihan lain. Takut gelap juga takut pada mitos hantu kolong ranjang membuat Youngie memilih tidur berbagi ranjang dengan Kibum di kamar Kibum. Youngie tidur di sisi yang dekat pada tembok dan terus menghadap tembok sejak ia naik ke ranjang membaringkan tubuhnya. Ada satu guling di antara Youngie dan Kibum sebagai pembatas. Walau Youngie membelakanginya, Kibum tetap berbaring menghadap punggung Youngie. Tiba-tiba senyum terkembang di wajah Kibum.

"Youngie! Kau sudah tidur?" panggil Kibum. "Kenapa waktu terasa lambat sekali ya? Dan aku tak bisa memejamkan mata." Kibum masih menatap punggung Youngie namun gadis itu bergeming. "Jadi kau sudah tidur ya? Hah... kau pasti lelah sekali. Hari ini hari yang sangat berat untukmu. Aku benar-benar minta maaf karena membuatmu bertemu kembali dengan Sori. Aku pun akan minta maaf pada Sori tentang hal ini."
Youngie tiba-tiba berbalik menghadap Kibum membuat pemuda itu terkesiap. "Kau ingin minta maaf padanya? Memang kau salah apa?" tanya Youngie.
"Karena menguping pembicaraan kalian. Aku tak mau Sori berpikir buruk tentangmu."
"Apa kau pikir itu akan berhasil? Bagaimana jika Sori down dan memutuskan pergi?"
"Bukankah memang itu yang seharusnya ia lakukan? Bahkan seharusnya Sori yang minta maaf padaku karena telah menipuku. Menggunakan desain orang lain untuk mendapatkan kesempatan bekerja di Almighty Key. Aku telah mengantongi kebenaran. Aku bisa menuntutnya."
"Apa kau punya bukti? Ah, jangan-jangan kau merekam obrolan kami?"
"Bodoh! Kau bodoh Kibum. Harusnya memang aku melakukannya. Merekam obrolan kalian. Sayangnya aku tidak melakukan itu."
"Kalau begitu lebih baik kau tidur sekarang dan tetaplah menjadi Kim Kibum seperti sebelum kau tahu tentang aku dab Sori. Biarkan Sori bertanggungjawab atas apa yang ia pilih. Sudah tidur sana!" Youngie kembali membelakangi Kibum sembari memasang headset di kedua telinganya.
Kibum tersenyum dan berusaha untuk tidur.
***

Kibum menggeliat. Ia tersenyum dengan mata terpejam lalu perlahan membuka matanya dan menoleh ke samping kiri tempat di mana Youngie tidur semalam. Ia tak menemukan Youngie di sana. Kibum meraih ponselnya dan melihat jam digital di dalamnya. Ia mendesah pelan. Kibum terbangun tepat pukul sembilan pagi. Ia mengacak rambutnya dan beranjak turun dari ranjang. Ia berjalan keluar kamar dan mendapati suasana sangat hening di dalam rooftop. Kibum celingukan mencari sosok Youngie. Mungkin masih jogging, begitu pikirnya. Kibum pun lanjut berjalan menuju lemari es. Ia menemukan pesan dalam kertas yang ditulis Youngie untuknya.

"Aku harus pergi. Sarapan sudah aku siapkan." Tulis Youngie.

Kibum menggaruk kepalanya usai membaca pesan yang ditulis Youngie. "Apa ini karena Taemin lagi? Ah, aku harus meminta nomer ponselnya saat ia pulang. Seenaknya saja meninggalkan aku seperti ini!" gerutu Kibum sambil memegang pesan dalam kertas yang di tinggalkan Youngie di pintu lemari es. "Awas kau!" ancam Kibum pada kertas di tangannya.

Semalam Youngie tak bisa tidur sedang Kibum langsung lelap dalam tidurnya setelah mengakhiri obrolan dengannya. Beruntung listrik kembali normal tepat tengah malam. Setelah limabelas menit menunggu, Youngie memilih pindah ke kamarnya dan meninggalkan Kibum. Youngie tersenyum dan menatap keluar jendela bus mengingat kejadian semalam. Selama beberapa detik ia menatap pemandangan dari dalam bus yang melaju. Ia mendesah dan menundukan kepala.

Usai jogging Youngie menerima panggilan dari Omma-nya yang kemudian memintanya untuk pulang. Karena sedang membolos Youngie pun memutuskan untuk pulang pagi itu juga. Di telepon Omma Youngie sempat mengatakan jika Halmoni ada di Seoul. Mendengar kata "Halmoni" wajah Youngie berubah redup. Tapi ia tak punya pilihan. Ia harus pulang dan menemui neneknya yang datang jauh-jauh dari Daegu itu.

"Apa?? Makan malam?? Malam ini??" Youngie menatap sang Ayah lalu sang Ibu.
"Iya. Bukankah memang sudah waktunya?" jawab nenek. Youngie mendesah pelan. "Kau pikir untuk apa nenekmu yang renta ini jauh-jauh datang ke Seoul? Nenek khawatir tak akan ada waktu lagi. Keinginan terakhir teman nenek harus diwujudkan. Itu wasiat," imbuhnya. "Apa kau tidak bisa pergi malam ini?"
"Anee. Aku luang. Besok baru mulai kerja kembali," jawab Youngie.
"Kalau begitu cobalah baju yang kemarin aku beli bersama ibumu untukmu," pinta nenek dengan wajah berbinar. "Kau harus mengenakannya malam ini. Em?"
Youngie mengangguk kemudian pergi bersama Ommanya untuk mencoba gaun yang harus ia kenakan malam nanti.
***

Youngie mendesah pelan usai mengamati penampilannya di cermin. Kenapa pink? Walau anak gadis, Youngie merasa sedikit alergi pada warna pink. Parahnya sang nenek selalu memberikan Youngie pakaian warna pink. Sejak Youngie masih kanak-kanak hingga kini kebiasaan nenek tak pernah berubah. Walau tahu pakaian pink yang ia beli pasti akan berakhir di lemari usai di pakai hanya sekali oleh Youngie, nenek tetap saja gemar membelikan cucu kesayangannya itu baju berwarna pink.

Ponsel Youngie berdering, tanda pesan masuk. Ia pun duduk di tepi ranjang di kamarnya sambil memeriksa ponselnya.

Lee Taemin:
Besok kau kerja kan? Aku butuh pendapatmu tentang desain baru yang aku buat. Jonghyun sangat tidak membantu.

Youngie mengerutkan dahi membaca pesan yang dikirim Taemin. "Anak ini, apa pekerjaan saja yang menarik baginya untuk menghubungi aku?" gerutu Youngie dalam hati.

Lee Taemin:
Aku tahu kau akan memintaku mengirimkannya via E-mail, tapi aku yakin kau juga tahu kalau aku tak suka. Lebih baik bertemu langsung kan? Kau tak mungkin mau aku ke tempat tinggalmu sekarang, jadi aku harap besok kau benar-benar kembali seperti yang kau janjikan.

Youngie belum membalas pesan Taemin dan pesan berikutnya kembali datang dari rekan kerja yang sudah lama ia taksir itu. Senyum iseng terkembang di wajah Youngie usai ia terdiam selama beberapa detik.

Kau ini berputar-putar saja Lee Taemin. Katakan saja jika kau rindu padaku. Desain kan urusan Bos, Choi Minho. Kenapa kau mencariku?

Youngie terkikik geli usai mengirim pesan balasan untuk Taemin. Hal itu biasa ia lakukan pada Taemin, namun sepertinya pemuda itu menganggap perlakuan Youngie padanya hanyalah perlakuan wajar seorang teman baik untuknya karena Youngie memang ramah dan hangat kepada siapa saja yang ia kenal. Baik itu lelaki atau perempuan.

Youngie kembali mendesah usai mengirim pesan balasan pada Taemin. Tiba-tiba saja ia teringat Kibum. Seharian ini apa yang ia lakukan di rooftop sendiri? Kibum, apa dia baik-baik saja sendirian di rooftop? Kenangan-kenangan bersama Kibum selama beberapa hari tinggal bersama di rooftop kembali muncul dalam ingatan Youngie. Youngie memukul pelan kepalanya sendiri berusaha mengusir ingatannya tentang Kibum. Lee Taemin, Kim Kibum, Lee Jinki atau Choi Minho bahkan Kim Jonghyun, pria-pria itu yang seandainya Youngie menyukai mereka dan perasaan itu saling berbalas, Youngie tak akan bisa memiliki mereka selamanya. Karena nenek, Youngie tak akan bisa memilih lelaki yang ia suka untuk di dekati dan kemudian dijadikan pacar. Tapi, bagaimana dengan Kibum? Kibum yang dengan tak sengaja telah merampas ciuman pertamanya. Youngie kembali memukul kepalanya dan kali ini lebih keras ketika Kibum kembali muncul dalam ingatannya. Kecelakaan itu hanya ia, Kibum dan Tuhan yang tahu. Selama ia bungkam itu tidak akan jadi masalah bagi nenek. Ponsel Youngie kembali berdering tanda pesan masuk.

Lee Taemin:
Iya. Kau benar, aku rindu padamu.

Youngie tertegun menatap ponselnya usai membaca pesan balasan dari Taemin. "Taemin merindukan aku?" batin Youngie. Tiba-tiba wajahnya terasa panas dan bersemu pink. Youngie tak tahu harus membalas apa, namun ia tak boleh tak membalas pesan Taemin. Ia takut Taemin akan salah paham padanya.

Baiklah. Tunggu aku besok. Aku akan bawa kejutan untuk kalian. Bersiaplah.

Youngie tersenyum usai mengirim pesan balasan untuk Taemin. Ia meraih tas tangan warna pink berukuran kecil yang dibelikan nenek beserta gaun yang ia kenakan malam ini. Youngie menyimpan ponselnya dalam tas, kemudian ia bangkit dari duduknya untuk pergi makan malam bersama keluarganya.
***

Kibum duduk di kursi belakang dengan wajah merengut. Malam ini ia harus menemani ayah dan ibunya untuk makan malam, namun bukan permintaan itu yang membuatnya menekuk muka seperti itu. Alasan di balik makan malam itulah yang membuat Kibum cemberut, menekuk muka. Sejenak ia menggerutu dalam hati, menyalahkan mendiang sang nenek yang seenaknya saja membuat perjanjian dengan temannya. Selama ini Kibum tak ambil pusing pada perjanjian itu namun setelah sang nenek meninggal, wasiat perjanjian itu mulai membebaninya.

Di tengah kekesalannya dalam perjalanan menuju restoran untuk makan malam, Kibum teringat pada Youngie. Ia tersenyum dibuatnya. Segera ia rogoh saku celananya untuk mengambil potongan kertas kecil di mana Youngie menulis pesan untuknya.

"Aku harus pergi. Sarapan sudah aku siapkan."

Youngie tersenyum getir membaca ulang pesan itu. Kibum kembali melipatnya dengan rapi dan menyimpannya dalam saku. Sesudahnya Kibum menghembuskan napas panjang dan kembali duduk tenang di kursi belakang.

Kibum dan kedua orang tuanya sampai di restoran. Suasana cukup ramai. Kibum yang berjalan di belakang kedua orang tuanya sesekali mengamati sekitar saat memasuki restoran. Melewati meja-meja yang kebanyakan sudah terisi, Kibum mengikuti kedua orang tuanya yang membawanya ke ruang VIP. Kibum melihat dua orang pria--yang seumuran ayahnya-dan dua orang wanita--di mana yang satu seumuran ibunya dan yang satu seumuran neneknya-ketika ia memasuki ruang VIP. Keempat orang itu berdiri dan menyambut ramah keluarga Kibum. Kemudian mereka mempersilahkan keluarga Kibum untuk duduk bergabung. Kibum duduk di depan kursi yang masih kosong. Ia yang biasa ramah dan cerewet hanya diam saja malam ini membiarkan para orang tua itu berbicara, mengobrol satu sama lain.

Kibum menatap kursi kosong di hadapannya. Senyum menyincing terkembang di bibir pink-nya.

"Dia akan segera kembali," kata wanita yang seumuran dengan Omma Kibum membuyarkan lamunan pemuda itu. "Dia masih ke toilet," imbuhnya.
"Sudah lama kah?" tanya Kibum dengan nada ramah. "Jangan-jangan dia kabur," imbuhnya dengan nada menyindir membuat wanita yang seumuran dengan omma-nya itu menarik senyumnya.
"Kibum..." tegur Omma Kibum dengan sungkan. "Maafkan sikap tak sopan anakku."
"Tidak apa-apa. Sepertinya dia sedang tidak dalam perasaan baik. Jangan khawatir, putriku bukan pengecut. Dia tidak mungkin kabur," wanita seumuran Omma Kibum menegaskan.
"Baiklah. Kita tunggu!" Kibum dengan akuhnya.
"Kau mirip dengan almarhum kakekmu," kata wanita yang seumuran dengan nenek Kibum. "Sebaiknya kita pesan makanan dulu," sarannya sambil kemudian memanggil pelayan yang segera membagikan buku menu.

Masing-masing mulai menerima buku menu dan mulai membacanya. Pintu ruangan terbuka dan seseorang masuk.

"Maaf, terlambat," kata Youngie sembari duduk di kursi kosong di depan Kibum. Ia tersenyum ramah sembari menundukan kepala tanda meminta maaf pada pria dan wanita seumuran ayah ibunya. "Antrean cukup panjang di toilet," imbuhnya sembari mengalihkan pandangan pada kursi di hadapannya. Mata bulat Youngie terbelalak menatap orang yang duduk di hadapannya. "Kau?!" pekik Youngie kaget sembari menuding Kibum.

Kibum yang tadinya sibuk membaca buku menu mengangkat kepala. Tatapannya terhenti pada Youngie yang sudah duduk di kursi di hadapannya. Gadis itu melotot kaget dan menudingnya. Senyum sumringah terkembang di wajah Kibum. "Ne. Ini aku," kata Kibum penuh percaya diri.



#7

Kibum tersenyum lebar sedang Youngie masih menunjukan ekspresi terkejut. Kibum menutup buku menu di tangannya.

"Appa, Omma, kenapa tidak mengatakan dari awal jika gadis itu Lee Youngie." Nada bicara Kibum berubah renyah. Ekspresi wajahnya pun turut berubah. Tak cemberut lagi melainkan penuh senyum.
"Kalian mau pesan apa?" tanya nenek Youngie mengabaikan ungkapan Kibum.
"Aku terserah nenek saja," sahut Kibum cepat. "Apa pun makanannya malam ini akan terasa enak," imbuhnya masih dengan wajah penuh senyum dan menatap Youngie yang balik menatapnya dengan kesal. Kibum mengerlingkan mata pada Youngie membuat gadis itu makin kesal.

Tak lama kemudian hidangan tersaji dan dua keluarga itu makan bersama. Di tengah jalannya makan malam yang diselingi obrolan ringan itu, nenek Youngie meminta perhatian. Ia pun mengambil alih pembicaraan dan mengutarakan maksud dari pertemuan malam ini.

"Jadi kalian berdua tahu kan apa maksud dari pertemuan kita malam ini? Iya, untuk melaksanakan wasiat dari nenek Kibum yang juga sahabatku. Dulu kami saling berjanji untuk menjodohkan cucu-cucu kami. Tapi dalam perkembangan zaman yang semakin pesat ini, aku paham tentu hal ini tak akan mudah bagi kalian. Tapi bagaimanapun ini adalah wasiat yang harus di laksanakan," nenek Youngie selesai mengutarakan pendapatnya. "Kibum, tadi aku mendengar kau mengatakan protes pada kedua orang tuamu kenapa tak mengatakan dari awal jika gadis itu adalah Lee Youngie. Ada apa sebenarnya?" akhirnya nenek Youngie bertanya tentang ungkapan Kibum yang tadi seolah ia abaikan.

Youngie menunduk berusaha fokus pada makanannya walau sebenarnya ia telah kehilangan nafsu makan sejak ia mengetahui pemuda yang duduk di hadapannya adalah Kibum. Itu berarti pemuda yang akan dijodohkan dengannya adalah Kibum. Iya, Kibum. Pemuda yang tak sengaja menjadi housemate-nya, pemuda yang secara tak sengaja telah ia percaya sebagai wadah curahan hatinya tentang Taemin dan Minho. Juga pemuda yang secara tak sengaja telah mencuri ciuman pertamanya. Youngie tak punya nyali untuk mengangkat kepala mengingat itu semua.

"Itu..." Kibum yang masih menatap Youngie mulai bicara membuat Youngie serta merta mengangkat kepala dan balas menatapnya.
"Apa kalian sudah saling kenal?" buru nenek Youngie.
Kibum dan Youngie saling menatap. Youngie menggeleng pelan, memberi isyarat agar Kibum tak mengungkap fakta tentang bagaimana mereka.
Kibum menyincingkan senyum, membalas tatapan Youngie. "Kami... tak hanya saling kenal. Bahkan kami sudah tinggal bersama," ungkap Kibum enteng dengan senyum penuh kemenangan.
"Mwo??" pekik orang-orang di dalam ruang VIP itu hampir bersamaan.

Youngie mendesah kesal mendengar ungkapan jujur Kibum. Sedang orang-orang di dalam ruangan itu terlihat syok menatap Kibum lalu Youngie. Walau tanpa berkata apa pun, Youngie tahu jika mereka meminta penjelasan detail dari kalimat "bahkan kami sudah tinggal bersama" yang dilontarkan Kibum.

"Bahkan semalam, kami tidur bersama," imbuh Kibum memperpanas situasi dalam ruang VIP.

Situasi berubah gaduh di dalam ruang VIP. Kibum diam saja dan tersenyum penuh kemenangan menatap Youngie yang masih duduk menundukan kepala dihadapannya. Youngie meremas gaun yang ia kenakan mendengar dengungan protes dari orang-orang di sekitarnya usai mendengar pernyataan Kibum. Youngie tiba-tiba bangkit dari duduknya, berdiri menyita perhatian. Seperti di komando semua langsung diam menatapnya. Youngie menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya cepat.

"Ini semua tak seperti yang kalian bayangkan," Youngie memulai penjelasannya. "Iya, benar aku dan Kim Kibum tinggal bersama. Itu sejak tiga hari yang lalu. Aku pun tak menduganya. Housemate-ku seorang lelaki dan itu Kim Kibum. Dan soal tidur bersama semalam, itu karena listrik padam di rumah sewa kami dan kami hanya memiliki satu lampu emergensi dan..."
"Dan aku meminta Youngie untuk tidur bersamaku, di dalam kamarku," sahut Kibum memotong penjelasan Youngie. "Itu karena ukuran kamar dan ranjangku lebih besar. Kami tidur dengan dibatasi guling di antara kami."
"Tengah malam listrik kembali normal dan aku kembali ke kamarku. Aku terjaga sejak masuk ke kamar Kibum," Youngie menyambung penjelasan Kibum.

Semua yang ada di dalam ruangan VIP itu mendesah dan menggelengkan kepala menatap Kibum dan Youngie.
"Lee Youngie! Bagaimana kau bersedia berbagi rumah dengan pria yang bahkan tak kau kenal?" tanya nenek Youngie. "Dan kau Kim Kibum, beraninya kau mengajak seorang gadis yang baru kau kenal untuk tidur bersama?"
"Nenek, maafkan aku. Aku terpaksa karena tak mungkin untuk mencari rumah sewa lain malam itu," Youngie memberi penjelasan.
"Kau kan bisa pulang. Rumah orang tuamu di Seoul kan? Bukan Daegu!"
Youngie menunduk mendengar pernyataan neneknya.
"Nenek," Kibum turut bangkit dari duduknya, "jangan berpikir hal yang aneh tentangku. Aku tak segenit itu pada wanita. Ya walau mungkin nenek tahu jika hidupku di kelilingi banyak wanita. Sumpah! Youngie-lah gadis pertama yang aku ajak tidur bersama."
Nenek Youngie melotot mendengar penjelasan Kibum. "Nenek, kami hanya tidur. Jangan menatapku seperti itu. Aku rasa ini jalan yang diatur Tuhan untuk mempertemukan kami. Sebelumnya aku betah saja di rumah, tapi kenapa tiba-tiba aku ingin keluar dan menyewa rooftop itu? Aku menyukai tempatnya tapi Nyonya Lee mengatakan sudah ada yang membayar seperempat uang sewanya. Harusnya aku pergi, tapi entah kenapa aku malah memilih membayar sisa uang sewanya dan memilih tinggal. Harusnya nenek bersyukur itu aku, bukan pria lain. Iya kan?"
"Kau!" nenek Youngie segera memijat keningnya sendiri mendengar penjelasan Kibum. Youngie menatap sang nenek dengan tatapan khawatir.
"Nenek. Appa, Omma, Ajushi, Ajumma, dan adik Lee Ajushi," Kibum menatap satu per satu orang yang masih bertahan di tempat duduk masing-masing itu, "aku menerima perjodohan ini karena aku mencintai Lee Youngie. Tolong atur segala sesuatunya untuk kami," Kibum membungkuk sopan lalu tersenyum pada Youngie yang menatapnya dengan ekspresi kaget, heran juga marah.
***

Setelah menyetujui beberapa peraturan yang diajukan nenek Youngie, malam itu Kibum dan Youngie di izinkan untuk kembali ke rooftop. Kibum pulang lebih dahulu untuk mengambil mobilnya, kemudian menjemput Youngie yang menunggu di rumah kedua orang tuanya untuk bersama-sama kembali ke rooftop yang mereka sewa. Sepanjang perjalanan pulang menuju rooftop Youngie hanya diam. Bahkan saat sampai ia tak berucap sepatah kata pun.

Nyonya Lee terkejut ketika melihat Youngie dan Kibum keluar dari mobil mewah yang baru saja terparkir di halaman di depan rumah sewa bertingkat miliknya. Jinki yang ada bersama Nyonya Lee turut heran melihat Youngie ada bersama Kibum.

"Omo! Ini kalian?" Nyonya Lee mengamati mobil mewah berwarna hitam itu lalu menatap Kibum dan Youngie.
"Nee, Ajumma. Ini kami," jawab Kibum dengan nada riang seperti biasa.
"Ini mobilmu?"
"Nee."
"Dan Youngie, tampak cantik," puji Nyonya Lee membuat Jinki yang turut memperhatikan Youngie tersenyum. "Kalian pergi bersama?"
"Nee."
Senyum di wajah Jinki sirna ketika Kibum membenarkan bahwa ia pergi bersama Youngie. Jinki berganti menatap Youngie dengan penuh kecurigaan.
"Kalian pergi kencan?" buru Nyonya Lee. Ia penasaran.
"Bukan kencan lagi, Ajumma. Hari ini adalah pertemuan keluarga kami," Kibum tersenyum lebar.
Nyonya Lee melotot kaget dan Jinki mengerutkan dahi masih menatap Youngie yang memilih berdiri bungkam di samping kiri Kibum.
"Hah... aku sendiri tak menduganya. Kebetulan ini, di mana kami memutuskan menyewa rooftop yang sama. Ternyata gadis ini," Kibum merangkul Youngie, menarik gadis itu lebih dekat padanya," Lee Youngie, adalah gadis yang dipilih mendiang nenekku untuk menjadi pendamping hidupku. Lee Youngie adalah gadis yang dijodohkan denganku." Kibum tersenyum bangga masih merangkul Youngie dekat padanya.
"Mwo?!!" Mulut Nyonya Lee membulat dan kedua matanya melotot karena kaget mendengar penjelasan Kibum. Jinki yang bertahan berdiri di belakang Nyonya Lee juga menunjukan ekspresi terkejut.
"Lee Youngie, benarkah demikian?" tanya Jinki tiba-tiba angkat bicara.
"Nee." Suara Youngie lirih hampir tak terdengar.
"Benarkah ini hanya kebetulan?" gumam Nyonya Lee masih tak percaya pada kenyataan yang baru ia temui. Ia makin terkejut ketika Kibum tiba-tiba memeluknya.
"Bagaimanapun juga, terima kasih, Ajumma. Rumah sewa milikmu telah mempertemukan aku dengan gadis yang dijodohkan denganku. Aku sangat senang malam ini hingga aku ingin memeluk Ajumma." Kata Kibum sembari memeluk Nyonya Lee.

Kibum melepas pelukannya, kemudian pamit sambil menuntun Youngie menaiki tangga. Nyonya Lee masih dibuat tak percaya dengan kenyataan itu. Jinki menuntun sang omma untuk masuk kembali ke dalam rumah.

Kibum dan Youngie sampai di dalam rooftop. Wajah Kibum masih berseri-seri, tapi tidak dengan Youngie yang terlihat lesu.

"Ya, Youngie-ya! Kau kenapa?" tanya Kibum sembari melepas tuxedo hitam yang ia kenakan.
"Mengatakan semuanya pada Nyonya Lee, untuk apa?" Youngie balik bertanya.
"Menyingkirkan satu pesaing." Jawab Kibum enteng.
"Mwo?? Menyingkirkan satu pesaing? Apa maksudmu?"
"Apa kau tidak lihat misi dibalik kebaikan Nyonya Lee?"
"Mm-mwo?? Misi?? Ya, Kibum-aa! Kau ini bicara apa sih?"
Kibum menunjukan ekspresi serius dan berjalan mendekati Youngie membuat gadis itu berjalan mundur. Langkah Youngie terhenti ketika punggungnya menabrak tembok. Ia tak bisa lagi bergerak dan Kibum sudah berada dekat di depannya. Youngie mengerjapkan kedua matanya tak kuasa membalas tatapan tajam dan serius Kibum.
"Nyonya Lee punya anak laki-laki yang... yah lumayan kuper. Dan tiba-tiba kau muncul. Misinya adalah membuatmu dekat dengan anaknya yang lumayan kuper itu. Kalau kalian bisa dekat dan saling suka, maka Nyonya Lee tak perlu repot-repot mencarikan gadis yang mau menjadi pacar anaknya," Kibum menjelaskan maksud dari 'misi' yang ia sebut.
"Mwo?? Hagh!" Youngie menahan tawa mendengarnya. "Ya, Kibum-aa! Kau ini berlebihan sekali. Bagaimana mungkin Nyonya Lee berpikir demikian? Lee Jinki adalah pria yang tampan dan mapan. Mana mungkin Nyonya Lee segera mau menjodohkan anaknya dengan gadis yang baru saja ia temui beberapa kali. Bahkan gadis ini sempat ia pandang sebelah mata ketika gadis ini mengajukan protes tentang housemate yang disetuji Nyonya Lee tanpa meminta persetujuanku sebelumnya hanya karena kemampuanku yang cukup di level seperempat saja dari pembayaran uang sewa. Lagi pula aku ini jelek, mana menarik." Youngie berusaha rileks di depan Kibum yang berada cukup dekat di depannya. Posisi itu membuatnya sesak. Kenapa Kibum tak menggeser tubuhnya?
"Tak harus cantik untuk menjadi menarik. Buktinya bosmu juga jatuh hati padamu."

Youngie menunduk mendengar pernyataan Kibum. Bukan karena bos yang jatuh hati padanya, tapi karena Taemin. Beberapa jam yang lalu Taemin membalas pesan Youngie dan mengatakan jika ia merindukan Youngie. Tapi setelah itu Youngie harus menerima kenyataan mengejutkan bahwa pria yang dijodohkan dengannya adalah Kibum. Dalam perjalanan menuju restoran Youngie sempat berpikir ingin negosiasi dengan pemuda yang akan dijodohkan dengannya. Youngie ingin menawarkan kerjasama yang menurutnya bisa menguntungkan dirinya juga pria yang akan dijodohkan dengannya tanpa harus melanggar wasiat perjodohan. Akan tetapi Kibum yang tak lain adalah pria yang dijodohkan dengannya justeru membuat pernyataan mencengangkan bahwa ia menerima perjodohan itu bahkan tak keberatan jika rencana pernikahan segera di susun. Jadi sampai di sini sajakah kisah cintanya dengan Taemin? Itu bukan kisah cinta. Youngie yang jatuh hati tapi entah bagaimana dengan Taemin. Tapi Youngie masih berharap pada Taemin. Berharap Taemin juga menyukainya.

"Hey!" panggil Kibum pada Youngie yang tertunduk di hadapannya. Youngie tetap tertunduk tak merespon panggilan Kibum. "Ya! Lee Youngie!" bisik Kibum kembali memanggil Youngie namun gadis itu tetap bergeming tak merespon panggilannya.

Kibum tersenyum menyeringai, kemudian mendaratkan bibirnya pada bibir Youngie.

------- TBC ----------
.shytUrtle.

You Might Also Like

0 comments

Search This Blog

Total Pageviews