¤ Last Fantasy ¤

05:57

Assalamualaikum...
annyeong haseyo naui sarangeun sgi-gUi ^^v
eum, ff ini terinspirasi dari lagu milik IU-Last Fantasy, karenanya saya mengambil judul yang sama. boleh dibilang juga ff ini adalah another story dari ff Infite 'Rollercoaster'. karena saya merasa ff itu kurang mengena. semoga ff ini memperbaiki kekurangannya, mohon kritik dan sarannya ya...

ok, shi-gUi! welcome to lautan khayalan shytUrte.

Last Fantasy

.  Genre: series/straight/comedy romance(?)
.  Author: shytUrtle
.  Cast:
-          all my lovely shigUi as Yoo Si Hyeon
-          Infinite (Sungkyu, Hoya, Woohyun, Dongwoo, L, Sungyeol, Sungjeong)
-          Yoo Hyun Gi, Yoo Jae Suk, Ji Suk Jin, etc.
. Theme song: Infinite (Cover Girl, Amazing, Julia) etc.


Last Fantasy

Nae majimak pantajireul nae gaseume yeongwonhi… - IU-Last Fantasy –

…kehidupan bisa berubah kapan saja. Tentang takdir itu rahasia. Ketika kerasnya kehidupan mengujimu, kau akan belajar banyak hal dan memetik buah manis sesudahnya. Percayalah bahwa mimpi adalah awal dari kenyataan.


Suasana sore yang tenang di awal musim semi. Kota Seoul berjalan seperti itu, setiap harinya padat dan seolah tak pernah tertidur. Orang-orang berjalan cepat memenuhi trotoar ketika senja tiba menghiasi langit sore. Beberapa sa’at kemudian langit berubah gelap, malam datang mengganti hari.

“Apa???” mata bulat Sihyeon –Yoo Sihyeon- melebar. Ia berdiri terpaku menatap sang majikan. “Paman, aku berani bersumpah, aku tidak mencurinya. Sungguh! Aku tidak tahu bagaimana barang itu bisa berada di dalam tasku.”

Ji Suk Jin berkacak pinggang dan menatap kesal pada Sihyeon satu-satunya karyawan wanita yang bekerja di mini market miliknya. “Apa mungkin barang itu terbang sendiri dan masuk ke dalam tasmu?! Sihyeon, bagaimana hal seperti itu bisa terjadi?!”

“Tapi aku tidak mencurinya!”

“Kau berani memnbentakku!” Sukjin dengan nada meninggi dan melotot kearah Sihyeon. Sihyeon langsung menunduk dan menggelengkan kepala. “Hah!” Sukjin menghela nafas. Sihyeon kembali mengangkat kepala dan cemberut.

“Sihyeon~aa, barang bukti ada didalam tasmu dan kau masih mengelak? Kenapa tidak kau akui saja jika kau memang mencurinya?” Dongwoo –Jang Dongwoo- yang sedari tadi berdiri disamping Sukjin ikut bicara sambil menatap serius pada Sihyeon dengan tatapan yang mampu membuat ketakutan siapa saja yang menerimanya.

“Aku tidak mencurinya, apa yang harus aku akui?!” Sihyeon bersikukuh. Suasana jadi hening dan tegang. Dongwoo terlihat geram sedang Sukjin tidak tahu harus berkata apalagi agar Sihyeon menyerah dan mengakui perbuatannya. “Aku yakin aku tidak salah dan aku tidak mau mengakui tuduhan kalian itu!” Sihyeon menegaskan.

“Sihyeon~aa!” panggil Howon –Lee Howon (Hoya)- dari arah belakang. Sihyeon membalikan badan. “Saengil chukae!!!” Howon langsung menimpuk kepala Sihyeon dengan tepung. Dongwoo ikut bergabung bersama tiga karyawan lainnya dan menghajar Sihyeon dengan tepung ditangan Howon.

“Saengil chukahamnida… saengil chukahamnida… saranghaneun Sihyeon~aa… saengil chukahamnida…” Howon, Dongwoo dan Sukjin bernyanyi untuk Sihyeon. Sihyeon terharu, ia menutup wajah dengan kedua tangannya dan menangis.

“Sihyeon~aa, sudahlah… jangan menangis…” Howon mencoba membuka kedua tangan Sihyeon. Sihyeon bertahan seperti itu dan tak mau membuka kedua tangannya. Howon memeluk Sihyeon disusul Dongwoo.

Howon dan Dongwoo membantu Sihyeon mencuci rambutnya di toilet. Tak jarang keduanya berbuat usil dengan mengacak-acak rambut Sihyeon hingga gadis itu protes. Howon membantu mengeringkan rambut Sihyeon dengan handuk.

“Berhenti menangis! Kau terlihat makin jelek, tahu!” olok Dongwoo.

“Aku tidak menangis! Mataku pedas terkena shampoo.” Sihyeon mengelak.

“Bohong!” Howon seraya menekan kepala Sihyeon.

“Dia tidak menangis karena tuduhan mencuri itu, hah… sandiwara kita gagal.” Keluh Dongwoo.

“Itu terlihat bodoh! Kalian mau melawan master akting kalian?!” Sihyeon menyombongkan diri membuat Dongwoo dan Howon tertawa geli. “Ini berlebihan, maksudku hadiah-hadiah itu.”

“Kalau kau tak mau, buatku saja!” sahut Myungsoo –Kim Myungsoo (L)- yang sudah berdiri diambang pintu. Ia tersenyum dan berjalan mendekati Sihyeon. “Saengil chukahae, Sihyeon!” Myungsoo mengulurkan kado.

“Kamsahamnida…” Sihyeon menundukkan kepala dan lagi-lagi air matanya menetes.

“Cengeng!” Myungsoo berlutut di hadapan Sihyeon dan mengusap sisa air mata di pipi gadis itu. Sihyeon tersenyum tersipu.

“Kalian ini lambat sekali!” cerca Sukjin. Semua menatap kearah pintu. “Sihyeon, cepat rapikan penampilanmu! Howon, Dongwoo, Myungsoo! Kalian harus menjaga Sihyeon dengan baik!”

“Iya, Paman!” jawab Howon, Dongwoo dan Myungsoo kompak.

“Kita mau kemana??” Tanya Sihyeon namun diabaikan oleh ketiga teman lelakinya.

-          INFINITE-Entrust -

Sihyeon lahir pada tanggal 14 maret. Karenanya setiap tahun ulang tahun Sihyeon terasa meriah karena bertepatan dengan perayaan white day. Meskipun dia bukan dari golongan orang kaya yang bisa menggelar pesta ulang tahun dengan mewah, setidaknya di hari ulang tahunnya semua orang terutama anak muda turut merayakan, begitu menurut Sihyeon. Howon, Dongwoo dan Myungsoo mengawal Sihyeon pergi. Keempatnya berteman baik sejak mereka masuk SMA. Hingga kini pertemanan itu tetap terjaga. Myungsoo menyangklet tas yang berisi gitar kesayangannya dipunggungnya sementara tas punggung Dongwoo penuh dengan kado milik Sihyeon. Howon berjalan memimpin dan berdampingan dengan Sihyeon. Sihyeon bak tuan putri dengan tiga pengawal tampan yang menjaganya. Keempatnya naik bus untuk mencapai mall terdekat. Dongwoo menarik Sihyeon masuk ke toko baju, ia memilih beberapa baju dan tanpa sungkan menempelkan baju-baju itu ke badan Sihyeon untuk menilai kecocokannya. Dongwoo bertanya pada Sihyeon mana yang ia suka dari baju-baju yang dipilih Dongwoo. Namun Sihyeon menggelengkan kepala dan berjalan keluar meninggalkan Dongwoo. Bahkan teriakan Dongwoo diabaikan oleh Sihyeon.

Giliran Howon menarik Sihyeon ke depan stan kosmetik. Howon menunjuk lipstick, bedak dan peralatan rias lainnya. Howon berharap Sihyeon mau menerima barang pilihannya itu namun lagi-lagi Sihyeon menggeleng dan berjalan pergi. Myungsoo tersenyum melihatnya dan menyusul langkah Sihyeon. Mereka belanja untuk keperluan pesta kecil yang akan digelar dirumah Sihyeon. Toko terakhir yang mereka datangi adalah toko kue. Howon dan Dongwoo sibuk melihat-lihat kue tart yang terpajang di etalase. Sementara Myungsoo dan Sihyeon menunggu didekat pintu. Howon memannggil Sihyeon untuk memilih kue tart pilihannya dan pilihan Dongwoo. Sihyeon dan Myungsoo mendekat. Sihyeon serius mengamati dua buah kue tart berukuran sedang itu. Akhirnya ia memilih tart yang direkomendasikan Myungsoo yaitu kue tart pilihan Howon. Ketiganya segera menuju rumah Sihyeon untuk berpesta.

Suasana rumah sederhana Sihyeon menjadi ramai dengan kehadiran Dongwoo, Howon dan Myungsoo. Adik kandung Sihyeon, Yoo Hyun Gi menyambut hangat kedatangan teman-teman sang kakak. Ia membantu memindahkan kado ke kamar Sihyeon. Sementara Sihyeon dan Howon sibuk didapur, Dongwoo dan Myungsoo sibuk menata meja. Semua telah siap. Howon, Sihyeon, Myungsoo dan Dongwoo duduk mengitari meja. Hyun Gi kembali bersama Sungjeong –Lee Sungjeong- kakak tirinya. Melihat semua telah berkumpul, Dongwoo buru-buru menyalakan lilin.

“Ucapkan permohonanmu dahulu,” kata Howon.

“Kau percaya hal seperti itu?”

“Ish!” Dongwoo memukul pelan kepala Sihyeon, “ucapkan saja!” Sihyeon tersenyum lalu menutup mata.

Tuhan, aku mohon berikanlah umur yang panjang dan kesehatan bagiku, agar aku bisa menjaga adik-adikku hingga masa sulit ini terlewati. Jagalah Umma dalam pelukan Mu disurga dan jagalah Appa dalam kasih Mu. Jagalah kami semua dalam kasih Mu dan peluklah kami dalam cinta Mu… amin…



-          INFINITE-Cover Girl -

Pagi-pagi Sihyeon sudah bangun dan bergegas meninggalkan rumahnya. Tugas pertamanya setiap pagi adalah mengantar susu. Tugas ini biasa ia selesaikan dalam waktu 1,5jam.

“Hyun Gi! Cepat bangun!” panggil Sihyeon sa’at kembali memasuki rumah. Ia segera menuju dapur dan menyiapkan sarapan untuk kedua adik laki-lakinya.

“Aku sudah bangun Nuna!” Hyun Gi tersenyum manis dan sudah berseragam rapi membuat Sihyeon menatapnya heran.

“Tum-ben??”

“Em! Mulai pagi ini aku mengantar koran sebelum ke sekolah.”

“Apa?? Hyun Gi, tugasmu hanya sekolah dan belajar. Masalah pekerjaan itu urusanku.”

“Nuna selalu memberiku uang saku yang minim!” Ekspresi Sihyeon berubah murung. “Hahaha… aku bercanda Nuna! Mianhae, ayo tersenyumlah!”

“Untuk apa kau bekerja? Biarkan Nuna saja yang melakukan semua.”

“Nuna tidak perlu khawatir, semua akan baik-baik saja. Setidaknya biarkan aku mencari uang jajanku sendiri, em?”

“Terserah kau saja. Aku akan membangunkan Sungjeong.”

Dua tahun yang lalu, ketika Sihyeon lulus dari SMA, ayah kandungnya Yoo Jaesuk menikah lagi dengan Nyonya Chang, ibu kandung Sungjeong. Semua tampak baik awalnya. Sihyeon setuju menunda kuliahnya tahun depan setelah Sungjeong lulus. Namun di tahun kedua pernikahan setelah Sungjeong lulus hal buruk terjadi. Nyonya Chang tiba-tiba menghilang. Tak ada yang tahu kemana perginya wanita itu, bahkan Sungjeong pun tak tahu. Rahasia terbongkar. Sungjeong bukanlah anak kandung Nyonya Chang. Parahnya lagi, Nyonya Chang pergi meninggalkan banyak hutang atas nama Jaesuk. Karena tak mampu membayar hutang-hutang itu, Jaesuk masuk penjara. Sungjeong bekerja serabutan untuk membantu Sihyeon. Nasib buruk kembali menrundung keluarga ini. Sungjeong mengalami tabrak lari hingga kakinya patah. Dokter mengatakan Sungjeong dapat berjalan normal kembali jika ia dioperasi. Karena tak memiliki uang untuk biaya operasi, Sungjeong mengalami cacat sementara dan sudah dua bulan ini ia menganggur.

Sihyeon tersenyum sendiri membaca pesan yang ditulis Hyun Gi dalam potongan kertas kecil itu. “Hari ini Nuna akan mengunjungi Appa?” Tanya Sungjeong. Sihyeon segera menyimpan kertas ditangannya dan merapikan meja.

“Iya, kenapa? Kau ingin ikut?”

“Tidak, itu akan sangat merepotkan Nuna.” Sungjeong menatap Sihyeon yang sibuk merapikan meja. “Apa permohonan Nuna?”

“Iya?? Eum, yang pasti aku tidak meminta Bibi Chang kembali.”

“Akh…” Sungjeong tertawa. “Aku tahu. Sudah, biar aku yang membereskan ini semua.”

“Baiklah! Aku pergi!” Sihyeon menyambar tasnya dan pergi.

“Nuna… mianhae…”

-          IU-Last Fantasy –

Sihyeon berjalan cepat menyusuri trotoar menuju halte bus. Meskipun hidupnya sedang diuji sekarang, namun tak tersirat guratan kesedihan diwajahnya. Ia tetap saja berjalan seperti itu, dengan headset yang bertengger dikedua telinganya, langkah biasa dan wajah ceria. Sihyeon selalu memberikan senyum pada setiap orang yang menatapnya. Hari ini Sihyeon meminta ijin pada Sukjin. Dia akan terlambat karena ia akan mengunjungi Jaesuk. Setiap harinya Sihyeon bekerja selama 9 jam di mini market Sukjin. Sukjin yang tak memiliki anak gadis sangat menyanyangi Sihyeon, karenanya hingga kini ia tak berniat menambah karyawan wanita.

Sihyeon berhenti di pusat perbelanjaan terdekat. Ia bingung harus membawa apa dikunjungan pertamanya ini. Akhirnya ia membeli buah apel dan beberapa camilan juga bucket bunga. Sihyeon memilih duduk di kursi paling belakang dalam bus sambil menatap pemandangan diluar jendela. Sihyeon tersenyum melihat bunga-bunga khas musim semi bermekaran. Lalu ia menundukkan kepala dan memejamkan kedua matanya yang terasa panas. ‘Aku mohon jangan menangis, Sihyeon! Jangan menangis!’ bisik dalam batinnya. Sia-sia, pertahanan Sihyeon tumbang. Air mata itu meluncur hangat menuruni pipi pucat Sihyeon.

Semasa SMA Sihyeon termasuk siswi berprestasi meskipun ia tak begitu tenar. Ia pernah memenangkan sebuah laptop lewat kompetisi menulis cerpen yang diadakan sebuah majalah. Sihyeon juga aktif dalam eskrakulikuler teater dan jurnalistik. Impian Sihyeon adalah menjadi penulis skenario, namun kini ia harus memendam dalam-dalam impian itu. Kehidupan ekonomi keluarga Sihyeon menjadi kacau sejak Jaesuk menikah lagi. Sejak sa’at itu Sihyeon harus bekerja keras membantu sang ayah hingga ia lulus SMA. Harapan Sihyeon satu-sartunya adalah Hyun Gi, ia ingin melihat sang adik kuliah dan menjadi orang sukses.

“Appa! Pelan-pelan makannya.” Kata Sihyeon melihat cara makan sang ayah.

“Ah… makanan ini enak sekali…” Jaesuk dengan mulut masih penuh makanan. Sihyeon tersenyum kecil menanggapinya. “Sihyeon~aa, saengil chukae…”

“Iya??” Sihyeon mengangkat kepala dan menaruh perhatian penuh pada Jaesuk. Jaesuk menelan sisa makanan dimulutnya.

“Saengil chukae…” Jaesuk mengulangi perkataannya. Sihyeon merasa terharu dan hanya diam menatap Jaesuk. “Ess, kau membawa buah dan bunga seperti menjenguk orang sakit saja.”

“Ini pertama kalinya bagiku dan aku tak tahu tata cara menjenguk orang di penjara.” Jaesuk menundukan kepala dan tersenyum. “Appa, Appa baik-baik saja disini?”

“Apa kalian baik-baik saja? Bagaimana adik-adikmu?”

“Jangan khawatir, aku merawat mereka dengan baik.” Sihyeon tersenyum kecil.

“Sihyeon~aa, ma’af… Appa, sangat menyusahkanmu.”

“Tidak, setidaknya aku tidak perlu memberi makan Appa.” Keduanya tertawa bersama.
***
-          FT.Island-Oh -

Sihyeon membersihkan mini market sebelum tempat itu memulai aktifitasnya. Headset masih bertengger dikedua telinga Sihyeon. Tak jarang ia ikut bernyanyi mengikuti alunan lagu yang ia dengarkan sambil merapikan barang-barang. Dongwoo yang sibuk mengelap kaca dan Howon yang sibuk mengepel lantai hanya tersenyum melihat tingkah Sihyeon.
Mini market tak begitu ramai dihari jum’at ini. Sihyeon duduk dibalik meja kasir sambil mengetik di laptop tua kesayangannya. Alunan musik ‘FT.Island-Oh’ memenuhi seluruh mini market. Beginilah kebiasaan Sihyeon jika mini market sedang sepi.

“Oh!” Sihyeon segera berdiri ketika seorang pemuda –Nam Woo Hyun- memasuki mini market. “Selamat datang!” Sihyeon membungkuk sopan meskipun Woohyun mengabaikannya. Wajah Sihyeon langsung berseri. Sepasang mata indahnya terus memperhatikan Woohyun yang sedang berkeliling. Sihyeon mulai membidik Woohyun dengan kamera ponselnya. Sihyeon tertawa kecil dan terlihat amat puas karena berhasil mengambil beberapa foto Woohyun. Howon yang baru saja kembali dari meletakkan barang langsung menghampiri Sihyeon.

‘Kau melakukannya lagi?’ Tanya Howon tanpa suara. Sihyeon hanya menjulurkan lidahnya. ‘Dasar gila!’ olok Howon masih tanpa suara. Keduanya kembali bersikap manis ketika Woohyun menghampiri meja kasir.

“Kamsahamnida.” Sihyeon membungkukkan badan diikuti pula oleh Howon. Woohyun tersenyum kecil kemudian pergi. “Huft… Dia tampan sekali…” Sihyeon berseri sambil menggenggam ponselnya.

“Dasar gila!” olok Dongwoo.

“Apa dia tidak kenal kita?” Tanya Howon.

“Sejak dulu selalu seperti itu kan?” jawab Dongwoo. “Dan dia,” menunjuk Sihyeon, “memang gila. Kita hidup dilingkungan yang dipenuhi orang gila.”

“Itu artinya kalian juga gila!” balas Sihyeon. “Sejenis menarik sejenis, begitukan hukumnya? Jadi hanya orang gila yang mau bergaul dengan orang gila.” Howon dan Dongwoo saling memandang dan terlihat bingung. “Hukum psikologi!” imbuh Sihyeon seraya kembali duduk dan mengetik.
***

Sihyeon memanjat tembok setinggi 1,5meter itu. Myungsoo yang memanjat lebih dulu membantu Sihyeon untuk naik. Myungsoo melompat turun lebih dulu kemudian menangkap tas gitarnya dan tas punggung Sihyeon. Sihyeon duduk bersila di tribun penonton di lapangan basket terbuka itu sedangkan Myungsoo terlihat nyaman membaringkan tubuhnya diatas bangku panjang itu. Sihyeon terfokus pada layar laptopnya dan mengabaikan Myungsoo. Myungsoo bangkit dan memngusuk kedua lengannya mengusir rasa dingin. Ia menatap punggung Sihyeon, gadis itu tetap duduk tenang dan tak terusik oleh hawa dingin di awal musim semi. Myungsoo menggeser duduknya lebih dekat pada Sihyeon dan mengintip apa yang sedang dilakukan gadis itu.

“Oh, kau ikut lomba itu?”

“Aa…mwoya…” Sihyeon mendorong Myungsoo karena merasa kaget merasakan hembusan nafas pemuda itu ditengkuknya. “Siapa tahu aku beruntung seperti waktu itu.”

“Ess…” Myungsoo kembali mengelus kedua lengannya. “…ditengah malam yang dingin, memanjat dinding hanya untuk itu?”

“Adikku, Hyun Gi bersekolah disini, jadi wajar jika aku ikut menikmati fasilitas yang ada.”

“Ish!” Myungsoo tertawa geli.

“Yang aneh itu kau!”

“Aku?? Aneh??”

“Iya aneh. Tidak ada tujuan tapi tetap saja ikut memanjat dinding dan berdiam disini seperti orang bodoh.”

“Ya! Aku…” Myungsoo tak melanjutkan perkataannya.

“Tidak perlu mengkhawatirkan aku seperti itu. Kau tahu sejak dulu beginilah aku kan? Aku rasa kau paham bagaimana aku.” Sihyeon kembali membelakangi Myungsoo. Myungsoo terdiam. Ada kata yang ingin ia ucapkan namun tertahan ditenggorokan dan tak bisa ia ungkapkan. Myungsoo beralih duduk dihadapan Sihyeon.

“Kenapa??”

“Tidak…” Myungsoo menatap laptop milik Sihyeon. “Laptop ini, apakah masih dipenuhi foto-foto Woohyun?”

“Ma’af??” Sihyeon menghentikan gerak tangannya dan menatap Myungsoo.

“Akh~ ma’af, jangan dijawab. Itu pertanyaan bodoh.”

“Iya. Sebut saja aku gila. Hingga kini aku masih menjadi pemuja rahasia Woohyun.”

“Aa… Itu wajar dan sangat manusiawi, tapi sampai kapan kau akan bertahan seperti ini?”

“Entahlah.” Sihyeon kembali mengetik. Myungsoo kembali terdiam dan menatap Sihyeon. Gadis itu tiba-tiba menyatukan kedua tangannya dan menutup mata. Sihyeon terlihat kusyuk berdo’a. Myungsoo terus menatap Sihyeon lalu ia tersenyum.

Tuhan, apapun permohonannya, aku mohon kabulkanlah. Aku sangat menyayangi gadis ini dan aku tak sanggup melihatnya terus menderita sedang aku tak bisa berbuat apa-apa untuknya. Aku rela memberikan semua keberuntunganku untuknya. Aku mohon berikan kebahagiaan pada gadis yang aku sayangi ini Tuhan, amin.

Sihyeon membuka mata dan kembali menatap laptopnya mengabaikan Myungsoo. KLIK! Dengan cepat ia memilih tulisan ‘send’ dan permintaan pun diproses. “Yuhu! Sukses!” Sihyeon kegirangan. “”Akhirnya aku bisa mengirimkan naskahku setelah dua kali gagal mencobanya!! Woo~ hoo~!!!” Myungsoo hanya tersenyum melihat tingkah Sihyeon.

“Ya! Siapa disana?!!” tiba-tiba terdengar suara seorang pria. Myungsoo bergegas menyangklet tas gitarnya dan membantu Sihyeon berkemas. Myungsoo memanjat dinding lebih dulu lalu membantu Sihyeon naik.

“Ya! Ya!” Lee Moonsik berlari menghampiri tembok. “Kalian siapa? Apa yang kalian lakukan diatas sana?!” Myungsoo melompat turun lebih dulu. “Omo! Kau seorang gadis?!! Ya!!” Moonsik menyorotkan lampu senter ditangannya pada Sihyeon yang berada diatas tembok.

“Ajushi!! Kamsahamnida!!” Teriak Sihyeon dari atas tembok. Ia kemudian membentuk hati dengan kedua lengannya. “Saranghae!!” kata Sihyeon sebelum melompat turun.

-          OST.Doremifasolasido-Intro -

Myungsoo langsung menggenggam erat tangan sihyeon dan mengajak gadis itu berlari. Keduanya terus berlari takut Pak Satpam mengejar. Keduanya berhenti setelah merasa aman dan jauh dari sekolah. Keduanya terengah-engah dan sibuk mengatur nafas masing-masing.

“Larimu kencang sekali!” Sihyeon menarik tangannya dari genggaman Myungsoo. “Aku hampir mati karenanya.”

“Ma’af…”

“Hehehe… tidak apa-apa, terima kasih…” Sihyeon mengacak isi tasnya dan mengambil botol air miliknya. Ia meneguk separo air dalam botol itu lalu memberikannya pada Myungsoo. Myungsoo menenggak habis sisa air dalam botol.

“Ayo!!!” Myungsoo kembali menggandeng tangan Sihyeon.


-------TBC--------


sangat jelek sekali kan? mianhae *bow
mohon kritik dan sarannya ya.....
kamsahamnida...
-shytUrtle_yUi-


You Might Also Like

0 comments

Search This Blog

Total Pageviews