The Next Story Of Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’ (다음 이야기 화성 아카데미’사랑, 음악과 꿈’)
06:30
The
Next Story Of Hwaseong Academy ‘Love,
Music and Dreams’
다음 이야기 화성 아카데미’사랑, 음악과 꿈’
. Judul: The Next Story Of Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’
. Revised Romanization: da-eum
iyagi Hwaseong Akademi 'salang, eum-aggwa kkum'
. Hangul: 다음 이야기 화성 아카데미’사랑, 음악과 꿈’
. Author:
shytUrtle
. Rate:
Serial/Straight
.
Cast
- Fujiwara Ayumu (藤原歩) aka Jung Jiyoo (정지유)
- YOWL
1. Kim Jaejoong (김재중)
2. Oh Wonbin (오원빈)
3. Lee Jaejin (이재진)
4. Kang Minhyuk (강민혁)
- Song Hyuri (송휴리)
- Kim Myungsoo (김명수)
- Jang Hanbyul (장한별) and all cast in Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’ ver. 1
New Cast:
- Jung Shin Ae
- Trio Orenji High School:
1. Kim Hyerien
2. Han Sunyoung
3. Song Hami
- Kim Taerin
- Kim Changmi
- Etc…
- Fujiwara Ayumu (藤原歩) aka Jung Jiyoo (정지유)
- YOWL
1. Kim Jaejoong (김재중)
2. Oh Wonbin (오원빈)
3. Lee Jaejin (이재진)
4. Kang Minhyuk (강민혁)
- Song Hyuri (송휴리)
- Kim Myungsoo (김명수)
- Jang Hanbyul (장한별) and all cast in Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’ ver. 1
New Cast:
- Jung Shin Ae
- Trio Orenji High School:
1. Kim Hyerien
2. Han Sunyoung
3. Song Hami
- Kim Taerin
- Kim Changmi
- Etc…
Cinta,
musik dan impian adalah tiga ritme yang mampu membuat manusia tetap bersemangat
dalam hidup. Cinta akan menunjukan jalan untuk meraih impian, dan musik
memberikan harapan dalam mengiringinya. Cinta menguatkanmu, musik
menginspirasimu dan impian akan memberimu ribuan harapan untuk tetap berjuang
dan hidup…
Episode #21
Untuk
pertama kalinya kembali terdengar gaduh permainan alat musik yang dimainkan
dalam harmoni seimbang di dalam basecamp setelah sekian lama hanya bunyi check sound dari satu per satu alat
musik saja. Pemandangan yang sangat berbeda ini menyambut kedatangan Byunghun
dan Minhwan yang kebetulan datang bersama Hyuri. Anak-anak dari Keluarga Jung
berkumpul di atas panggung, memainkan alat musik dan bernyanyi. Euichul
memainkan bass, Ilwoo dan Jinwoon memainkan gitar 1 dan 2, Daehyun berdiri
paling tengah mengambil posisi vokal dan Ai duduk menabuh drum.
“Itu…
Jung Daehyun…?” bisik Hyuri masih terpesona menatap panggung. Ia tak menyangka
Daehyun mengambil posisi vokal.
Di atas
panggung, anak-anak dari Keluarga Jung memainkan satu musik untuk check sound.
Mereka berlima terlihat menikmati kebersamaan itu. Kemudian mereka mulai
memainkan sebuah lagu.
“Bahkan
Fujiwara bisa memainkan drum sebaik itu.” Minhwan takjub.
“Bukankah
Nona memang mahir memainkan beberapa alat musik? Itu seperti nafas dalam
hidupnya.” Shin Ae tersenyum bangga.
“Aku
tak pernah melihatnya menabuh drum.”
Shin Ae
tersenyum menatap melirik ekspresi Minhwan.
“Suara
Daehyun…” Hyuri tak kalah dibuat terkesima oleh penampilan Daehyun.
Byunghun
tersenyum kecil mendengar itu semua. Tatapannya fokus menatap panggung, menatap
Ai.
“Oh,
Hyuri. Kalian kemari.” Minki menghampiri.
“Oppa.
Ini… untuk apa?” Hyuri menuding panggung. “Mereka akan perform seperti itu…?”
“Entahlah.
Tahu-tahu mereka datang kemari dan memainkan itu semua. Sayang si bungsu Jung
Sungha tak turut. Dia pemain gitar akustik yang handal. Aku sendiri curiga,
sedang tangan Jiyoo baru pulih. Mungkin sebelumnya mereka latihan terpisah. Ah,
aku juga bingung. Belakangan aku terlalu sibuk dengan florist.” terang Minki
berputar-putar.
Hyuri
tertawa geli. “Minki Oppa berputar-putar. Aku bingung mendengarnya. Ai juga
begitu, gemar sekali membuat ledakan.”
“Aku
mencurigai sesuatu, tapi setiap kali aku bertanya, Jiyoo selalu menyibukanku
dengan pertanyaannya seputar florist. Sejak Yongbae sakit jadi sedikit kacau.”
“Tapi
Yongbae akan segera kembali kan?”
“Setelah
terapinya selesai. Dikhawatirkan ada trauma akibat benturan di kepalanya kala
kecelakaan itu.”
“Semoga
tak terlalu lama.”
Byunghun
diam menyimak obrolan Hyuri dan Minki.
“Lagu
yang keren.” celetuk Minhwan. “Tapi ini lagu siapa? Mereka menciptakannya?
Fujiwara suka anime dan ini seperti aliran musik visual key band, pasti Ai
kan…?”
Minki
tersenyum mendengarnya. “Ricochet-Seremedy.” jawabnya.
“Seremedy…?”
Minhwan benar tak paham.
“Aku
pernah dengar tentang itu dari Ai. Keren sih.” komentar Hyuri.
“Memang
kau tahu…?” Minhwan beralih menatap Hyuri.
“Seremedy,
band visual key asal Swedia. Belakangan Jiyoo tergila-gila padanya. Terutama
pada Yohio.” jawab Byunghun.
“Ah,
aku benar tak tahu.” Minhwan menyerah.
Byunghun,
Minki dan Hyuri kompak tersenyum melihatnya. Shin Ae pun sama.
Semua
yang berada dalam basecamp menyaksikan pertunjukan perdana Keluarga Jung
bertepuk tangan. Daehyun melompat turun panggung, sementara Ai, Jinwoon,
Euichul dan Ilwoo masih berunding di atas panggung. Sepertinya mereka sedang
mengevaluasi peralatan YOWL yang lumayan lama tak terpakai sejak YOWL pergi dan
Ai mengalamai kecelakaan.
“Hai!”
Daehyun tersenyum lebar menghampiri Byunghun, Minhwan dan Hyuri. “Tak menyangka
kalian datang. Itu membuatku gugup. Kalian juga termasuk tim Wisteria Land…?”
“Wisteria
Land…?” Hyuri bingung.
“Nama
tempat ini. Belum resmi memang.”
“Oh,
aku baru tahu.” Hyuri tersenyum manis. “Penampilan yang bagus. Kau punya suara
bagus kenapa tak pernah ditunjukan?”
“Tak
ada yang mengajakku, padahal ingin sekali main band.” keluh Daehyun.
“Kali
ini Ai tak meminta bantuanku juga, tapi kalian itu, apa mungkin akan di
tampilkan juga?”
“Jiyoo
Fujiwara hanya akan menggunakan kekuatan Jeonggu Dong. Keras kepala sekali,
bukan?”
“Tapi
aku dengar dari Myungsoo, nanti Viceroy akan urun tampil, benar tidak…?” Hyuri
menyikut Minhwan yang berada dekat di sampingnya.
“Baru
rencana. Itu pun kami yang meminta. Akan sangat sulit jika hanya mengandalkan
kekuatan Jeonggu Dong. Hingga kini sepertinya masih minim yang mau bergabung.”
jawab Byunghun.
“Wah,
kau jadi banyak tahu ya? Belakangan aku perhatikan kau terlihat dekat dengan
Jiyoo Fujiwara. Jadi Viceroy akan tampil tanpa Hanbyul? Lalu siapa yang akan
menjadi lead vocal Viceroy…?” cerocos Daehyun.
“Yang
pasti bukan kau. Kami masih punya Sunghyun.” kata Minhwan.
“Hahaha.
Aku juga tak mau menggantikan posisi Jang Hanbyul.” Daehyun membela diri.
“Penampilan
kalian bagus, sayang jika tak ditampilkan.” kata Hyuri.
“Jika
memungkinkan sih akan tampil.” Daehyun sangsi.
“Kok
jika memungkinkan…?” tanya Minhwan.
“Jiyoo
Fujiwara terlalu banyak rencana. Ini dan itu, banyak sekali ide di kepalanya,
namun ia tak memikirkan ruang minim dan resikonya. Tadi Euichul Hyung dan Ilwoo
Hyung mencoba bicara padanya. Orang tuaku juga Paman Jinyoung dan Bibi Hyunjung
juga berencana hadir, tapi ini rahasia. Bisa gawat kalau Jiyoo Fujiwara tahu.”
“Nanti
juga akan terbaca.” komentar Hyuri.
“Kalau
Keluarga Jung tampil bersama, mungkin Jiyoo khawatir akan rahasianya. Rahasia
jika ia adalah putri bungsu Jung Jinyoung.” Byunghun kembali bicara.
“Nah,
iya itu. Tapi untuk apa ditutupi? Itu kenyataan bukan?” Daehyun terdengar
kesal. “Dia itu benar-benar kepala batu. Kapan ada air menetes yang bisa
membuatnya sedikit luluh?”
“Jung
Jinyoung, dahulu pernah berkuasa di sini, kan? Sebelum ia tobat dan jadi
pengusaha sukses seperti sekarang ini.” kata Minhwan.
“Wah,
kau cari tahu tentang Paman Jinyoung…? Iya, sebenarnya ayah kami jaman mereka
muda dahulu adalah berandalan. Iya, tak banyak yang tahu tentang itu. Kini
orang hanya tahu tentang kesuksesan mereka saja. Tentang Jiyoo Fujiwara memang
sedikit rumit. Aku juga khawatir jika rahasianya terbongkar, ia justru
dipojokan nantinya.” Daehyun beralih empati.
“Ah,
tadi kau kesal. Sekarang?” olok Minhwan.
“Semua
ini membuatku pusing, tau!” Daehyun cemberut.
***
“Tapi
kau harus ingat, jangan terlalu lelah. Tangan kirimu harus tetap diperhatikan.
Jangan terlalu memaksakan diri.” Ilwoo mengingatkan.
“Arasho.”
Ai tersenyum manis. “Sayang Sungha tak bisa bergabung.”
“Dia
terlalu sibuk dengan dunianya sendiri. Solo gitar akustiknya dan jadwalnya yang
super padat itu.”
“Dia
maestro muda kebanggaan kita.” Euichul menyela.
“Em,
benar. Patut dibanggakan.” Ai setuju. “Kenapa bukan Ilwoo Oppa saja yang
menjadi menajer Sungha?”
“Aku…?
Mantan preman…? Ilwoo menuding hidungnya sendiri. “Itu tak lucu.”
“Eh,
ayah kita juga mantan preman.” kata Ai.
Mereka
tertawa bersama.
“Aku
tak suka hal terikat semacam itu.” kata Ilwoo.
“Aku
juga.” Ai setuju.
“Sebenarnya
kalian ini cocok, kenapa tak kerjasama saja?” usul Euichul.
“Tak
akan sejalan. Jiyoo terlalu keras kepala, aku pun demikian.”
“Iya
juga ya.” Euichul setuju pada ungkapan Ilwoo.
“Kau
menolak tawaran kolaborasi untuk malam pelepasan siswa?” Jinwoon yang diam
mendengarkan tiba-tiba bertanya pada Ai. “Kita tertolak untuk yang kedua kali,
begitu kata Junghun.”
Ai
tersenyum. “Maaf. Tapi aku tak pernah mau bekerja sama dengan orang tenar di
sekolah, bukan? Itu tak akan membuatku nyaman. Aku pasti akan tertekan.”
“Ish.
Masih saja sombong.” komentar Jinwoon. “Katakan saja kau punya rencana lain.”
“Oppa
sudah tahu, kenapa bertanya…? Eum, tapi aku ingin menawarkan satu penampilan
bersama di atas panggung dengan mawar merah di mana-mana. Ah, mawar merah.” Ai
tersenyum seolah mengenang sesuatu.
“Mawar
merah…?” tanya Jinwoon.
“Menarik.
Ini lagi-lagi akan jadi misteri. Biarkan saja seperti itu sampai dia mau
bicara.” sela Euichul.
“Sebentar
lagi.” Wooyoung datang dengan membawa bendelan kertas di tangannya.
“Seperti
waktu itu…? Pertempuran dalam Hwaseong Festival…? Kau melakukannya lagi?” tanya
Jinwoon.
“Tapi
aku tak mencantumkan nomer ponselku. Eum, hanya pada satu orang tapi ia tak
kunjung menghubungiku. Jujur aku tak yakin proyek ini akan berhasil. Dari awal
yang postitif bergabung hanya Song Seunghyun.” Ai sedikit lesu.
“Yah,
kenapa kau jadi tak percaya diri begitu? Kau harus yakin. Em?” Ilwoo merangkul
Ai.
“Kali
ini kau juga melamar banyak orang?” Jinwoon benar penasaran.
“Hanya
untuk astu band saja.”
“Ini
semacam The Next YOWL…?” buru Jinwoon.
“Oppa
ingin tahu sekali.” Ai kesal.
“Maaf.”
Jinwoon tertunduk.
Ilwoo,
Euichul dan Wooyoung tersenyum saja melihatnya.
***
“Jadi
nanti akan dibuat semacam ini, karena sudah lumayan banyak yang ingin bergabung
untuk bazar. Jadi ada beberapa area yang harus kita amankan agar peserta bazar
dan pengunjung merasa aman. Jadi seperti ini…” Shin Ae sibuk menjelaskan tugas
yang ia emban bersama timnya.
Minhwan
duduk manis di ujung panggung memperhatikan Shin Ae. Berulang kali ia tersenyum
sendiri menatap gadis itu.
“Sepanjang
perjalanan Minhwan mengoceh tentang penolakan Ai. Idemu dibahas mereka
sepertinya. Aku rasa Ai tak akan setuju.” Hyuri duduk di kursi berhadapan
dengan Daehyun di salah satu sudut basecamp.
“Aku
tahu Jiyoo Fujiwara tak akan mau bekerja sama seperti itu, dia tak akan setuju.
Tapi… ah, aku benar-benar ingin ada kolaborasi.” Daehyun frustasi. “Aku tahu
mereka, Viceroy, Red Venus dan Stardust sudah mengadakan pertemuan lalu mereka
mengundang Jiyoo Fujiwara.”
“Aku
rasa lagi-lagi Ai akan membuat ledakan, tapi entah kali ini apa.”
“Dia
tak memberi tawaran padamu?”
“Tidak
ada.”
“Apa
mungkin belum…?”
“Entahlah.”
“Aku
benar ingin ada dalam timnya.”
“Hehehe,
seru memang. Jika ingat kala pertarungan dalam Hwaseong Festival, aku juga
ingin bekerja dalam tim Ai lagi.”
“Ya,
bagaimana kalau kita bersama-sama membujuknya…?”
***
Ai
bertahan duduk memangku gitar akustiknya, memetiknya, masih dengan headset
menutup kedua telinganya. Gerak tangan Ai terhenti. Ia mendongakan kepala.
Byunghun yang sudah berdiri di hadapan Ai tersenyum. Ai membalas senyum dan
melepas headset di kedua telinganya.
“Bersikukuh
tak mau periksa?” Byunghun duduk di samping kiri Ai.
“Periksa…?
Aku tak sakit.”
“Aiya~.”
“Eum,
mimisan bisa terjadi pada siapa saja. Ini bukan keadaan yang berbahaya. Apalagi
saat musim panas seperti ini. Lapisan lender hidung kering dan pembuluh darah
teriritasi, jadilah mimisan.”
“Karena
bahan kimia yang menyengat juga dapat menimbulkan mimisan karena iritasi pada
selaput lender dan pembuluh darah hidung. Artikel ini banyak beredar di
internet.”
Ai
tersenyum.
“Membaca
artikel saja tak cukup. Ayolah. Aku khawatir ada sesuatu yang salah di dalam
sana hingga membuatmu mimisan.”
“Aku
bukan orang bodoh yang membiarkan sesuatu menggerogoti tubuhku begitu saja. Aku
tak mau mati muda karena masih banyak hal yang ingin aku lakukan. Jika aku
katakan aku baik saja, ya berarti aku baik saja. Tak lelah aku memintamu untuk
percaya.”
“Dasar
keras kepala. Menyebut kematian dalam obrolan. Itu mengerikan tahu.”
“Kau
takut pada kematian? Bukankah hal itu pasti?”
“Tapi…”
Byunghun tak melanjutkan kata-katanya. Diam menatap Ai.
“Hey,
kalian.” Daehyun dan Hyuri bergabung. “Hyuri baru saja mengingatkan aku. Ah,
ini sangat kebetulan sekali, tanggal 23. Tim sekolah kita hari ini menghadapi
final dalam Olimpiade Musim Panas Antar SMA , lalu hari ini tim pendukung
Wisteria Land dikumpulkan dan nanti tepat jam delapan malam YOWL akan debut
dengan meluncurkan single mereka. Daebak.”
Hyuri
tersenyum lebar dan mengangguk mendukung pernyataan Daehyun. “Semua itu saling
berhubungan, benar kan Ai?” tanya Hyuri kemudian.
“Ah,
aku justru baru menyadarinya.” kata Ai kemudian tersenyum.
Byunghun
tersenyum sendiri. Ia pun baru menyadari kebetulan ini.
***
TOP,
Jaesuk, Bibi Han, Myungran, Tuan Jeon dan Paman Hwang sudah berkumpul di
basecamp. TOP juga membawa serta beberapa anak buahnya. Tak lama kemudian
Seunghyun datang sendiri. Dia adalah orang pertama yang datang lima menit lebih
awal dari waktu yang ditentukan bagi orang-orang yang sengaja dilamar untuk bergabung.
Seunghyun terlihat antusias namun tampak pula rasa gugup yang terlukis jelas di
wajahnya.
Shin Ae
menyambut kedatangan Seunghyun dan tak lupa menawarkan minuman dan makanan yang
sengaja disediakan di basecamp.
Seunghyun
benar dibuat terkejut. Terkesima. Ia merasa sangat dihargai ketika ia datang
dalam basecamp ini. Dan ketika berada di dalamnya, Seunghyun merasakan suasana
hangat dari rasa kekeluargaan. Ia tersenyum menatap panggung dimana di sana Ai
tampak sibuk memeriksa peralatan dibantu Jinwoon, Euichul, Byunghun dan
Minhwan. Disudut lain tampak beberapa orang mempersiapkan layar. Seunghyun
menatapnya heran.
“Kami
akan nonton siaran langsung debut YOWL.” Shin Ae membawakan minuman kaleng
untuk Seunghyun. “Kau bisa tinggal setelah semua selesai. Nonton bersama lebih
seru bukan? Taerin sedang tak ada di sini.”
“Kau
tahu itu…? Ah, aku lupa jika kau… maaf.” Seunghyun salah tingkah.
“Mereka
anak-anak Hwaseong Academy juga.”
“Em.
Viceroy bahkan Stardust Jinwoon…?”
Shin Ae
tersenyum. “Tak perlu kaget. Dia orang kita.”
“Oh,
kau sudah datang Seunghyun? Selamat bergabung. Kau sudah makan?” sapa Minki.
“Nanti
aku akan ambil makanan yang aku mau, Hyung. Terima kasih.” Seunghyun menunduk
sopan.
“Jangan
sungkan ya. Silahkan makan dan minum. Anggap saja di rumah sendiri.” Minki
menepuk pundak Seunghyun.
“Nee,
Hyung.” Seunghyun masih saja terlihat benar dibuat terkesima dengan sambutan
dalam basecamp.
“Jangan
heran seperti itu. Jelek tau.” olok Shin Ae. “Rileks saja.”
“Jadi
semua ini benar adanya.”
“Nee…?”
“Ada
seorang warga yang mengatakan hal seperti ini, andai hidup ini hanya untuk
makan, cukup datang ke basecamp Nona Fujiwara, kau akan kenyang di sana.
Makanan dan minuman tersedia melimpah. Siapa saja boleh makan dan minum di
sana, secara gratis.”
“Oya…?
Wah, sambutan baik. Syukurlah. Tapi kami masih punya banyak musuh. Maksudku
orang yang tak suka pada tempat ini.”
“Namanya
juga kehidupan. Itu jadi warna bukan?”
“Iya,
tapi menjadikan stress juga.”
Seunghyun
tersenyum.
“Selamat
menikmati dan menunggu. Maaf aku tak bisa menemani lama-lama.” Shin Ae pamit.
Seunghyun
tersenyum dan mengangguk. Ia kemudian menghela napas panjang sambil kembali
mengamati sekitarnya.
***
Shin Ae
membuka acara pertemuan sore ini di basecamp. Ai juga maju memberikan sambutan
dan rasa terima kasih pada orang-orang yang bersedia datang untuk bergabung.
Jauh di dasar hatinya, Ai merasa kecewa. Orang yang datang tak sesuai dengan
targetnya. Namun Ai tetap tersenyum di depan timnya ini. Ai kemudian
menjelaskan rencana pembukaan Wisteria Land yang akan digelar pada akhir musim
gugur nanti.
Pertemuan
ini berlangsung cepat. Beberapa memilih tinggal untuk nonton bersama siaran
langsung debut YOWL. Seunghyun pun memilih tinggal. Bergabung dalam keramaian
dan kehangatan dalam basecamp.
Ai
duduk di ujung panggung. Sendiri. Ia terlihta lesu menatap orang-orang yang
ramai berkumpul di depan layar besar itu. Tatapan Ai berhenti pada Seunghyun.
Dari empat pemuda yang ia lamar, hanya Seunghyun yang datang memenuhi syarat
lamaran itu sore ini. Ai menghembuskan napas panjang dan kembali redup. Ai
tertunduk. Keyakinannya mulai goyah. Apakah ia mampu mewujudkan rencana ini?
“Akan
segera dimulai.” Hyuri muncul mengejutkan Ai. “Aigo, kau murung…? Wae…?”
“Anee.
Kaja. Aku tak sabar ingin melihat jagoanku, YOWL.” Ai merangkul Hyuri kemudian
duduk bergabung di antara kerumunan orang-orang dalam basecamp.
Semua
duduk manis dan fokus menatap layar OHP, menunggu siaran langsung debut YOWL.
Suasana menjadi makin tenang ketika acara di salah satu televisi nasional Korea
itu dimulai. Semua diam dan fokus menyaksikan liputan live itu.
Banyak
Yowlism berkumpul di lokasi debut YOWL. Menyaksikan begitu banyaknya Yowlism
yang datang untuk memberi dukungan dan antusiasme mereka, Ai benar dibuat
merinding. Ia tak menyangka jika pendukung YOWL benar sebanyak itu di luar
sana. Ai merasa senang dan terharu.
Hyuri
meraih tangan Ai dan menggenggamnya. Ia tersenyum tulus ketika Ai menoleh
padanya. “Lihat. Betapa hebatnya YOWL. Ini baru debut, nantinya pasti akan
lebih dari ini. aku rasa orang-orang yang dahulu mencibir YOWL, benar menyesal
kini.” Hyuri melirik Minhwan.
“Aish!
Myungsoo yang paling parah tau!” Minhwan membela diri.
“Dan
aku.” Sahut Byunghun. “Melihat YOWL kini, aku bangga.” ia tersenyum tulus.
Ai
turut tersenyum. “Oh! Song Hami…?” Ai melotot kaget melihat gadis yang sedang
di wawancarai di televisi.
“Kau
kenal dia?” tanya Hyuri.
“Pernah
beberapa kali bertemu dengannya.”
“Dia
itu Top Leader dari fansclub Yowlism. Dia mendirikan wadah untuk seluruh
Yowlism Seoul. Terakhir aku dengar anggotanya makin bertambah dan sudah ada
beberapa anak cabang di beberapa kota besar.”
“Anak
cabang…?” gumam Minhwan.
“Dia
itu Yowlism sejati. Sama sekali semangatnya tak berubah dari awal aku
mengenalnya.” imbuh Hyuri. “Dia murid Orenji Highschool dan berteman baik
dengan adik presedir CSE Kim Taehee.”
Ai diam
menatap layar OHP. “Kami hutang budi banyak padanya.” bisiknya.
“Tak
ada kata hutang budi antara fans dan idola, karena mereka saling membutuhkan.”
sahut Jinwoon seraya tersenyum manis.
Ai pun
membalas senyum.
***
“Selamat
ya. Aku turut bangga atas prestai kalian.” Soojung mengulurkan tangan pada
Taerin. Senyumnya lebar dan tulus ketika mengatakan hal ini.
Kibum
dan Taerin benar dibuat heran menerima perlakuan Soojung kali ini.
“Kenapa
menatapku seperti itu…?” tanya Soojung masih dengan tangan terulur.
“Gomawo.”
Taerin menjabat tangan Soojung.
“Maafkan
aku. Sikapku keterlaluan. Ini karena permintaan Fujirawa.”
“Ai…?”
Kibum tak percaya mendengarnya.
“Sebenarnya
kami, Red Venus telah meminta maaf pada Fujiwara. Itu selepas Yiyoung dan
Junhyung Sunbaenim meminta maaf pada Fujiwara. Kami berbaikan, namun tak ada
yang tahu. Belakangan Fujirawa meminta bantuanku, ia mengatakan ini uji tahan
mental untuk kalian berdua karena ini debut kalian. Fujiwara tak mau kalian
lemah dan memanfaatkan wajah antagonisku ini untuk menjadi cambuk bagi kalian.
Maafkan aku, ya.” terang Soojung.
“Dasar,
Ai.” gerutu Kibum kesal.
“Beruntung
sekali memiliki teman seperti Fujiwara, dia juga leader yang baik. Dia bekerja
tidak hanya dengan pikiran, tenaga dan harta kekuasaannya, tapi dengan hati.
Aku yakin, dia pasti akan menjadi orang hebat kelak.”
“Tapi
dia itu sangat keras kepala, jarang sekali mau mendengar pendapat orang.”
sanggah Kibum.
Taerin
hanya diam menyimak obrolan.
“Tidak
juga. Dia peduli kok. Aku yakin kau juga meraba hal itu.” Soojung tersenyum
manis lalu melirik Taerin. “Kalian tak ikut nonton bersama? Semua berkumpul
untuk melihat debut YOWL. Ayo.” Soojung kembali tersenyum manis sebelum pergi.
Kibum
tersenyum menatap Soojung yang berjalan menjauh. “Ayo. Ini akan jadi malam yang
hebat bagi YOWL, Jaejoong, Wonbin, Jaejin dan Minhyuk. Aku tak ingin
melewatkannya.”
Taerin
mengangguk dan berjalan beriringan dengan Kibum menuju ruang tengah tempat
dimana tim perwakilan Hwaseong Academy berkumpul untuk nonton bersama debut
YOWL.
***
Terdengar
teriakan yel-yel antusias dari fans yang berkumpul di luar sana. Para Yowlism.
Di sini, di dalam ruang tunggu, Jaejoong, Wonbin, Jaejin dan Minhyuk selesai di
make up. Tim manajemen YOWL memilih kawasan Hongdae untuk live perform debut
mereka. Kawasan yang kesehariannya ramai pengunjung ini makin padat karena
adanya even yang digelar Caliptra Seta Entertainment ini.
Keempat
personel YOWL duduk menunggu. Tak bisa dipungkiri mereka terlihat tegang.
Gugup. Terdengar MC membuka acara dan kemudian teriakan Yowlism menyeruak.
Benar membuat merinding para pendengarnya, termasuk keempat personel YOWL yang
duduk di ruang tunggu.
Minhyuk
terus menggerakan badannya seolah sedang menggebuk drum. Ia mencoba mengalihkan
rasa gugupnya. Di samping Minhyuk duduk Jaejin yang sibuk dengan ponselnya.
Wonbin terlihat lebih tenang, duduk memetik gitar akustik. Sedang Jaejoong
duduk dan terus mengelus kalung pemberian Ai yang tergantung di lehernya.
“Ya! Ai
mengirim sms, dia memberi semangat untuk kita!” kata Jaejin tiba-tiba.
Tiga
member YOWL yang lain segera memeriksa ponsel masing-masing.
“Padaku
juga.” Minhyuk sumringah.
“Sepertinya
pada kita semua.” Wonbin masih menatap layar ponselnya dan tersenyum.
Jaejoong
tersenyum lega usai membaca pesan yang dikirim Ai. “Jangan kecewakan dia.
Jangan kecewakan mereka semua yang mendukung kita.”
Tiga
member YOWL yang lain mengangguk.
“Hah!
Di basecamp pasti sangat ramai sekarang.” Jaejin menerawang membayangkan
situasi di basecamp.
“Kaja!”
Jaejoong berdiri dan mengulurkan tangan kanannya.
Jaejin
tersenyum lebar, berdiri dan meletakan tangan kanannya di atas tangan Jaejoong.
Minhyuk menyusul dan ditutup oleh Wonbin. Mereka saling menatap lalu tersenyum.
“YOWL!!!”
seru Jaejoong.
“Auuwww!!!”
berempat mereka kompak meraung.
***
Yowlism
berteriak histeris ketika satu per satu member YOWL muncul di atas panggung.
Jaejoong naik pertama kali, disusul Wonbin, Jaejin dan Minhyuk. Mereka terlihat
tampan dalam balutan kostum serba hitam dan riasan gothic itu. MC
memperkenalkan satu per satu member YOWL pada publik yang berkumpul.
Ai
duduk diam. Senyum terkembang di wajahnya melihat YOWL berdiri penuh percaya
diri di atas panggung untuk melayani sesi tanya jawab. Ia bangga pada rekan-rekannya
itu. Pada Jaejoong, Wonbin, Jaejin dan Minhyuk. Walau rasa perih itu ada, namun
semua itu perlahan mulai membuat Ai terbiasa. Yang dominan justru rasa bangga
akan keberadaan YOWL saat ini. Orang-orang terdekat Ai seolah bergantian
menatap gadis itu. Minki tersenyum saja melihat Byunghun yang berulang kali
menatap Ai.
Di
asrama perwakilan tim Hwaseong Academy pun sama. Mereka berkumpul di depan
televisi menonton debut YOWL. Myungsoo tersenyum. Kibum pun demikian. Taerin
diam dan menatap bangga sang kakak Jaejoong yang berdiri penuh percaya diri dan
benar terlihat tampan di atas panggung.
Diantara
kerumunan Yowlism, terlihat Yiyoung hadir ditemani Junhyung. Chaerin, Gyuri dan
Jieun juga hadir di sana. Tampak pula Taemin dan Daehyun juga beberapa murid Hwaseong
Academy lainnya yang sengaja hadir ke salah satu sudut jalan Hongdae itu untuk
memberi dukungan pada YOWL. Mereka yang seolah membentuk kerumuman sendiri
sempat terekam kamera. Hal itu membuat Hyuri heboh sendiri sambil menuding
layar OHP.
Secara
bergantian member YOWL menjawab setiap pertanyaan yang diajukan pada mereka.
Namun yang dominan bicara justru Minhyuk, bukan sang leader Jaejoong.
Pertanyaan pun sampai menyinggung tentang mantan member YOWL, Ai. Keempat
member YOWL sempat terdiam dan saling menatap selama beberapa detik, lalu
Jaejoong mengambil alih situasi dan memberikan jawaban.
Melihat
Jaejoong berdiri dan berbicara dengan tegas mengenai YOWL dan mantan membernya,
Ai yang duduk diantara orang-orang dalam basecamp tiba-tiba merasakan sesak
yang teramat di dadanya. Ia terharu. Namun Ai menahan diri. Menahan tangisnya.
Seperti sebelumnya, ia tak mau terlihat lemas di depan rekan-rekannya. Ai
berusaha tetap tersenyum dalam diamnya.
Satu
per satu member YOWL juga memberi jawaban mereka tentang Ai. Boleh dikatakan
ini ungkapan hati mereka untuk Ai. Sejenak suasana menjadi haru. Dibawah
panggung, para pendukung setia Ai sampai menangis. Hal ini terekam kamera dan
sempat ditayangkan.
Hyuri
merangkul Ai dan mengusuk lengan gadis itu. Ai tersenyum lesu, memberikan
isyarat jika ia baik saja.
Melihat
tayangan itu, Taerin juga merasakan haru. Selama ini ia tak begitu
memperhatikan YOWL walau Jaejoong sering menceritakan tentang YOWL dan tak
jarang membanggakannya. Melihat YOWL berdiri di atas panggung dan dikerumuni
Yowlism yang jumlahnya begitu banyak di bawah panggung benar membuat Taerin
merasa kehilangan sesuatu. Kemana ia selama ini?
Jaejoong
kembali menyapa Yowlism. Bahkan ia tak lupa mengajak fans fanatik YOWL ini
untuk meraung. Sementara Wonbin, Jaejin dan Minhyuk mempersiapkan peralatan
masing-masing. Jaejoong juga sudah siap dengan gitarnya. YOWL memainkan intri
YOWL untuk membuka pertunjukan mereka. Selanjutnya YOWL membawakan sebuah cover
song dari band idola mereka Helloween. Pertunjukan dilanjutkan dengan
membawakan lagu andalan YOWL di album single “Rising Spirit” yang berjudul
“Young, Ordinary, Wild and Lovely”.
Total
YOWL membawakan lima lagu dalam minishow debut mereka. Dua lagu dari album
single perdana YOWL dan tiga lagu cover song dari band papan atas dunia.
Yowlism benar merasa puas oleh penampilan perdana YOWL.
***
“Daebak.
YOWL benar-benar daebak.” Taehee berulang kali mengatakan hal itu. ia tak
menyangka acara debut YOWL begini sukses. “Aku tahu pilihanku tak salah. Ini
benar-benar… daebak.”
Sukjin
tersenyum. “Aku akan mengantar mereka pulang.”
“Nee.
Tolong minta mereka segera istirahat. Mulai besok, aku yakin akan banyak
tawaran masuk untuk mereka. Hah, YOWL itu benar tenar bahkan sebelum mereka
debut.” Taehee menggelengkan kepala.
Sukjin
tersenyum melihat empat pemuda yang sedang bercanda di ruang tunggu itu.
“Anak-anak. Selamat. pertunjukan malam ini benar-benar… daebak. Kalian tahu, di
sana Ibu Presedir terus mengatakan hal itu. Daebak, YOWL benar-benar daebak.”
Keempat
personel YOWL tersenyum puas mendengarnya.
“Ayo.
Kalian harus istirahat. Besok pasti akan banyak tawaran dan jadwal padat sudah
menunggu kalian. Kita pulang.” ajak Sukjin.
Sepanjang
perjalanan pulang, Jaejin dan Minhyuk terus mengoceh. Wonbin hanya bisa
menggelengkan kepala mendengarnya. Sukjin yang duduk dibalik kemudi juga hanya
tersenyum. Ia kemudian menoleh menatap Jaejoong yang menemaninya di kursi
depan. Jaejoong terlihat sibuk dengan ponselnya, menelfon. Namun wajah Jaejoong
terlihat kesal sambil terus mengulangi panggilan.
“Dia
pasti ada di sana, duduk menyaksikan kalian, hanya saja mungkin ia tak mungkin
diganggu.” kata Sukjin. Ia paham jika Jaejoong berusaha menelfon Ai.
“Hyung…
tahu…?” tanya Jaejoong.
“Seperti
yang dialami Road Sky awal debut mereka tanpa Lee Minki. Ah, ini semacam roda
perputaran atau apa ya…? YOWL dan Road Sky.”
“Apa
yang menimpa kami berbeda.”
“Dari
tadi aku telfon tak bisa.” sahut Jaejin.
“Terus
sibuk.” Minhyuk menimpali.
“Aku
rasa Ai ingin kita istirahat malam ini. Dia pasti akan datang berkunjung untuk
kita.” Wonbin ikut bicara.
Jaejoong
tersenyum getir, kembali menatap jalan yang lurus di hadapannya. Sungguh ia
ingin menelfon Ai dan mengungkapkan apa yang ia rasa, tapi sepertinya Ai
memilih menghindari kontak itu.
Deburan ombak bergemuruh di dalam dadaku.
Aku gugup, sangat gugup. Aku menatap Wonbin, Jaejin dan Minhyuk, mereka bisa
mengendalikan itu, lebih dari yang aku duga. Aku berharap kau tiba-tiba muncul
di ruang tunggu, tersenyum dan kemudian memelukku, menenangkanku. Tapi aku tahu
itu tak mungkin. Aku memaafkanmu J
Selang beberapa menit kemudian aku hanya bisa menggenggam kalung pemberianmu.
Itu membuatku tenang, seolah kau berada dekat denganku, menenangkanku seperti
yang sudah-sudah. Aku merasa lebih tenang hingga aku harus naik panggung. Aku
paham kini, kau, aku, kita akan tetap bersama dimana pun kita berada. Gomawo
Jiyoo-aa J
Jaejoong
tersenyum menatap keluar jendela mobil usai mengirim pesan singkat untuk Ai.
***
“Oh.
Taerin…? Kau belum tidur…? Kibum kaget ketika menemukan Taerin di balkon
asrama.
“Sedikit
panas di dalam sana. Di sini cukup nyaman. Kau… belum tidur…?”
Kibum
turut duduk di samping kanan Taerin. “Tak sabar menunggu pagi dan ingin
cepat-cepat kembali.”
Keduanya
kembali diam.
“YOWL…
hebat ya. Tadi itu benar-benar keren.” Kibum memulai obrolan lagi.
“Em.”
Taerin mengangguk.
“Jaejoong,
aku tak menyangka melihatnya begitu tegar. Dia sudah bertransformasi rupanya.
Aku lega leader YOWL itu benar berubah kini.”
Taerin
tersenyum mendengarnya.
“Sayang
ia tak mau menerima panggilanku. Ck.” Kibum kembali menatap ponselnya lalu
mengantonginya lagi.
Taerin
menatap Kibum namun tetap diam. Hening. Hanya terdengar desiran angin malam
ditengah musim panas yang menyela diantara Kibum dan Taerin.
“Kenapa
Fujiwara tak mau menerima panggilanmu…? Apa dia… eum, maksudku, bukankah kalian
begitu dekat dan sepertinya Fujiwara benar berarti bagi kalian.” Taerin mulai
bicara memecah kebisuan.
“Dia
itu… sulit sekali ditebak. Benar semaunya sendiri. Kau pasti banyak mendengar
tentangnya dari Jaejoong hingga kau bosan. Dia hanya gadis biasa, hanya saja
dia berbeda dari gadis pada umumnya.”
“Seperti
batu karang. Ia sangat acuh. Kau tahu kan teror-teror itu. Skandal-skandal
itu.”
“Selalu
mengkhawatirkan orang lain dan mengabaikan dirinya sendiri. Kadang aku tak
paham pada jalan pikirannya. Dia berkorban sana-sini dan…” Kibum tak
melanjutkan ucapannya.
Suasana
kembali hening.
“Seperti
yang ia lakukan padamu. Ai tahu jika kau tak suka padanya tapi ia tak peduli
akan hal itu dan tetap berbuat baik padamu.” lanjut Kibum.
Taerin
menoleh, menatap tak paham pada Kibum.
“Entah
karena apa, mungkin karena Jaejoong begitu menyayangimu dan karena Ai
menyayangi Jaejoong. Ai melakukannya untuk Jaejoong, mungkin atau benar tulus
ia lakukan seperti pada kami semua. Mungkin tak banyak yang kau tahu hingga kau
tetap bersikap seperti itu pada Ai.” Kibum diam sejenak, menarik napas lalu
menghembuskannya pelan.
“Disela
keterpurukannya kala itu, kecelakaan dan kegagalannya turut bersama YOWL, Ai
mengungkap kekhawatirannya padamu. Ai memintaku untuk membantunya menjagamu
karena setelah Jaejoong pergi kau harus hidup sendiri di Jeonggu Dong. Saat itu
aku marah, sangat marah. Aku hanya bisa diam di hadapannya dan mengumpat dalam
hati. Untuk apa ia memperhatikan gadis yang sama sekali tak pernah
menganggapnya ada bahkan membencinya.” lanjut Kibum. “Bagaimana jika malam tiba
dank au berada sendiri di dalam rumah. Bagaimana jika musuh-musuh Jaejoong
balas dendam dan berbuat buruk padamu. Bagaimana jika begini dan begitu. Hah!
Aku lelah mendengarnya. Aku serta merta menolak.”
Taerin
tertunduk mendengarkan Kibum bicara.
“Setiap
malam Ai selalu menyempatkan diri menengok rumahmu, diam berdiri menetapnya
lumayan lama. Setelah yakin aman, dia pergi. Minki Hyung mengkhawatirkan
kondisi kesehatan Ai sendiri, kemudian ia memerintahkan anak buah Yongbae untuk
menjagamu. Setiap malam, dua orang anak buah Yongbae selalu menengok rumahmu
dan memastikan semua aman. Tiga kali setiap malam, di jam-jam rawan kejahatan
mereka datang menengok rumahmu. Walau demikian, Ai masih sering melakukan tugas
itu sendiri.”
Taerin
tertunduk makin dalam. Tangannya menggenggam erat ponselnya.
“Bodoh.
Dan lebih konyol ketika aku menemukan Ai selalu mengirim bunga mawar untukmu.
Jaejoong pernah bercerita jikaa kau suka sekali mawar merah, kala itu Ai
langsung memberikan satu pot tanaman mawar merah pada Jaejoong. Lalu Jaejoong
mengeluh mawar itu mati. Setelah Jaejoong pergi, yang Ai lakukan adalah
diam-diam mengirim buket mawar merah untukmu. Ia mulai melakukannya ketika
teringat ucapan Jaejoong jika kau suka mawar merah dan tanaman mawar merahmu
mati. Di hari-hari tertentu, kau pasti menemukan buket mawar merah di depan
pintu rumahmu bukan? Itu Ai.” Kibum tersenyum dan menggelengkan kepala.
“Ai
berpikir ini akan menghiburmu. Karena kesepian itu.” imbuh Kibum. “Hah..
tentang lomba ini, Ai pun mengkhawatirkanmu.” Kibum tersenyum menerawang langit
malam. “Hah, sudah larut. Semoga pagi cepat datang.” ia bangkit dari duduknya
dan pergi meninggalkan Taerin sendiri.
Taerin
terduduk lemas setelah Kibum pergi. Napasnya tak beraturan. Ia tak percaya pada
semua yang ia dengar tentang Ai.
***
“Debut
YOWL, daebak. Aku bangun pagi-pagi untuk menonton live streaming.” Suri
antusias. “Kau nonton juga…? Kau online juga kan pagi ini…? Ai tak muncul,
pasti dia datang ya dalam debut YOWL semalam.”
Hanbyul
menghela napas. “Jiyoo tak datang. Hanya menonton bersama-sama di basecamp. Aku
tak nonton debut YOWL, tapi aku lega Jiyoo mau menerima telefonku.” Hanbyul
tersenyum mengenang obrolan singkatnya bersama Ai.
Suri
tersenyum melihat ekspresi Hanbyul. “Aigoo, pasti sudah di ujung sekali rasa
kangen itu. Kan bisa video call.”
“Iyalah,
tapi…”
“Aku
tahu.” potong Suri. “Hanya bisa memandangnya namun tak bisa menyentuhnya.
Ckckck, miris. Sepasang kekasih yang menjalin hubungan jarak jauh selalu miris.
Teman sekelasku ada yang senasib denganmu. Jika rindu pada kekasihnya, dia
hanya bisa mencium monitor laptopnya. Ya, Jang Hanbyul, apa kau juga demikian
jika kalian bicara melalui web cam…?”
“Mwo…?”
Hanbyul menatap tajam Suri.
“Iya
pun tak mengapa. Wajar kok.”
“Ya,
Han Suri-ya!!!”
“Hahaha…
kau marah, berarti iya…?”
“Ya!!”
“Oke-oke,
maaf, maaf. Aku hanya bercanda. Jangan marah ya.” Suri mengusuk lengan Hanbyul.
Hanbyul
menggerakan lengannya bermaksud mengusir tangan Suri.
“Kugjungma.
Aku tak akan menggodamu. Aku sudah janji untuk menjagamu, bukan menggodamu.”
“Mwo…?”
“Hahaha.
Kau ini konyol sekali Jang Hanbyul. Ck. Hah, aku pergi.” Suri pamit.
“Hagh.”
Hanbyul tersenyum sendiri sambil menatap Suri yang berjalan meninggalkannya. Ia
kemudian mengehela napas. “Kau benar. Aku hanya bisa mencium monitor laptopku,
hah…” keluh Hanbyul.
***
Tim
perwakilan Hwaseong Academy tiba kembali di sekolah siang ini. Mereka mendapat
sambutan hangat dari para guru. Usai bersalaman dengan guru-guru, Kibum
buru-buru pergi untuk menemui Ai.
“Nona
izin tak masuk hari ini.” kata Wooyoung.
Kibum
kecewa. “Ah, tapi Ai baik-baik saja kan…? Dia tidak sakit…?”
“Terlihat
baik…” Wooyoung sangsi. “Baik, kok. Aku yakin itu.”
“Ah,
syukurlah.” Kibum lega.
Seunghyun
menghampiri Taerin yang berdiri memperhatikan Kibum dan Wooyoung.
“Taerin~aa!
Chukae!! Benar kan prediksinya…? Kau menang lomba ini, ya walau hanya juara
tiga, tapi masuk tiga besar itu keren untuk penampilan perdanamu.”
“Gomawo…”
Taerin tersenyum canggung dan masih curi-curi pandang pada Kibum dan Wooyoung.
Seunghyun mengikuti arah pandangan Taerin. “Sayang Ai
Nuna tak masuk hari ini.”
“Tak
masuk…?” Taerin benar terkejut.
Seunghyun
menatap heran Taerin.
“Ah,
aku haus.” Taerin berjalan pergi menuju kantin.
Seunghyun
memiringkan kepala lalu menggeleng dan menyusul langkah Taerin.
Myungsoo
menemui Hyuri yang duduk sendiri di taman belakang sekolah. “Aku pulang tapi
tak ada yang menyambutku. Menyedihkan.” kata Myungsoo membuyarkan lamunan
Hyuri.
Hyuri
terkejut dan bangkit dari duduknya menatap Myungsoo.
Myungsoo
tersenyum dan berjalan mendekati Hyuri. “Kemenanganku kali ini untukmu.”
Myungsoo merentangkan kedua tangannya berharap Hyuri memeluknya.
“Ini…
di sekolah…” Hyuri risih.
Myungsoo
menghela napas mendekati Hyuri dan memeluk gadi itu erat-erat. “Aku tak peduli,
aku rindu padamu.” bisiknya masih memeluk Hyuri.
Hyuri
tersenyum dalam dekapan Myungsoo. “Aku pun rindu padamu.” ia membalas pelukan
Myungsoo.
***
Ai
tersenyum sendiri kembali membaca pesan singkat yang dikirim Jaejoong untuknya.
Ai menghela napas masih duduk di atas kasur tanpa ranjangnya.
“Kau
sudah siap…?” Minki melongok dari balik pintu.
“Nee,
Oppa.”
“Ok,
ayo.”
Ai
meraih ponselnya dan beranjak.
Ai
berjalan di belakang Minki menuruni tangga. Keduanya kemudian pergi dengan naik
bus. Sepanjang perjalanan Ai banyak diam dan terus menatap keluar jendela bus.
Minki tersenyum sendiri dan membiarkan Ai tetap seperti itu.
---TBC---
shytUrtle
0 comments