Wisteria Land: Another Story of Hwaseong Academy - Land #47

04:45

 Wisteria Land: Another Story of Hwaseong Academy

 


It's about rainbow, love, hate, glory, loyalty, betrayal and destiny.

 

 

. Judul: “Wisteria Land: Another Story of Hwaseong Academy”

. Author: shytUrtle

. Rate: Serial/Straight/Fantasy/Romance.

. Cast:

-                  Song Hyu Ri (송휴리)

-                  Rosmary Magi

-                  Han Su Ri (한수리)

-                  Jung Shin Ae (정신애)

-                  Song Ha Mi (송하미)

-                  Lee Hye Rin (이혜린)

-                  Park Sung Rin (박선린)

-                  Song Joongki, L,Joe Teen Top, L Infinite, Jung Daehyun B.A.P, Jo Jonghwan 100%, Baro B1A4, Jang Geunsuk, Yoo Seungho, Kim Sunggyu Infinite, Choi Joonghun FT.Island, Cho Kyuhyun Super Junior, and many other found it by read the FF.

 

 

Ketika kau melihat pelangi, apa yang ada di benakmu? Tujuh warnanya yang indah atau...? Di sini, di Wisteria Land, kami percaya jika pelangi adalah jelmaan sang Naga. Naga arif dan bijaksana yang selalu mengawasi dan menjaga tanah Wisteria Land. Naga yang pada suatu waktu muncul dengan keelokan wujudnya dengan tujuh warna pelangi. Apa kau juga percaya akan hal ini?

 

 

 

Land #47

 

Setelah selesai dengan semua tugasnya, Shin Ae bergegas menemui Hyu Ri. Ia membagi informasi yang berhasil ia kumpulkan dengan Hyu Ri.

"Apa??! Merekrut Magi untuk menjadi musisi kerajaan??! Itu tidak boleh. Itu tidak boleh." Hyu Ri panik usai mendengar informasi yang baru saja dibagi Shin Ae. "Itu tidak boleh terjadi. Aku yakin Magi adalah—"

"Mohon tenang!" Shin Ae dengan nada agak meninggi.

"Tunggu!" Hyu Ri baru menyadari satu hal dalam benaknya. "Ini bisa menjadi strategi baru jika kita bisa berbicara pada Yang Mulia Raja."

"Saya pun sempat memikirkannya."

"Dengan begitu, Magi bisa diboyong dengan aman ke istana. Tapi, apa benar itu yang ia inginkan?"

Shin Ae menatap Hyu Ri dalam diam. Ia tak menyangka memiliki pemikiran yang sama dengan Song Hyu Ri. Bahkan, hingga pada pertanyaan, apakah hal itu benar yang diinginkan Magi. Memasuki istana mungkin bukan hal yang diinginkan Magi.

"Astaga!"

Shin Ae yang sedikit melamun karena sibuk dengan pikirannya sendiri terkejut. Ia melihat Hyu Ri menutup mulut dengan telapak tangan kanannya. Ekspresinya kembali panik. "Ada apa?"

"Gawat!"

"Gawat??"

"Hari ini aku meminta bantuan Putri Song Ha Mi untuk menitipkan surat pada Lee Hye Rin Seonbaenim."

Shin Ae langsung teringat pada cerita L.Joe, tentang Hye Rin yang tiba-tiba membawa Magi pergi dari perpustakaan dengan alasan dipanggil Park Shi Hoo. Hye Rin menemui Magi untuk memberikan surat titipan Hyu Ri.

"Identitas Seonbaenim pasti disembunyikan. Jadi, aku tidak bisa meminta bantuan itu pada Seonbaenim."

"Saya tahu Lee Hye Rin sudah melaksanakan tugasnya. Sepertinya begitu, jika rencananya berjalan dengan lancar. Lee Hye Rin membawa Magi pergi saat ada di perpustakaan bersama L.Joe."

"Jadi suratnya kemungkinan besar sudah di tangan Magi, kan?"

"Iya. Saya rasa begitu. Lalu, kenapa Yang Mulia panik?"

Pundak Hyu Ri melorot. "Dalam surat itu, aku memberi tahu Magi jika Yang Mulia Raja menyukainya. Dengan begitu, ia pasti akan menolak rencana Raja. Aku yakin itu."

Shin Ae tak terkejut. Baginya wajar jika Hyu Ri panik hingga memikirkan cara untuk mengirim surat pada Magi. "Saya rasa tidak terlalu buruk. Magi sudah pasti menolak permintaan itu karena berada di istana akan membatasi ruang geraknya. Yang Mulia tidak perlu terlalu khawatir."

"Benarkah tak terlalu buruk?"

Shin Ae menganggukkan kepala untuk meyakinkan Hyu Ri.

"Syukurlah. Aku harap Magi bijak dalam menanggapi hal ini."

"Yang paling mengganggu pikiran saya adalah penawaran yang dilakukan di sekolah."

Hyu Ri bingung. Ia pun diculik untuk dibawa ke istana saat di sekolah. Lalu, kedua matanya membulat setelah menyadari apa yang dikhawatirkan Shin Ae. "Ratu Maesil??"

"Mm." Shin Ae bergumam dan menganggukkan kepala. "Dinding sekolah bisa saja mempunyai mata dan telinga yang memihak Ratu Maesil. Karena dengan cara itu pula Ratu Maesil menjebak Yang Mulia hingga ada di sini."

"Benar juga. Lalu, apa yang harus kita lakukan?"

"Besok akan digelar Festival Seni Kampung Lupin. Magi menuliskan alamat tempat tinggalnya di Rumah Seni Snowdrop, di Kampung Lupin."

Hyu Ri memahami jika Magi menyembunyikan Kastil Asphodel sebagai tempat tinggalnya. Namun, ia tak menyangka jika Magi akan memilih Kampung Lupin sebagai pelarian.

"Sepertinya Yang Mulia Raja akan menghadiri festival itu untuk bertemu Magi."

"Seonbaenim akan pergi? Bersama L.Joe Seonbaenim?"

"Tidak. Besok saya harus sembahyang di kuil. Tapi, rekan saya akan pergi." Shin Ae menelan ludah usai menyebut kata rekan saya. Yang ia maksud adalah Jang Geun Suk yang belakangan ini memang menjadi rekannya. Ia merasakan ada keanehan saat menyebut Geun Suk sebagai rekan. Selama ini baginya Geun Suk adalah saingannya yang menyebalkan.

"Dia yang akan pergi dan mengawasi juga menjaga Magi dan Su Ri." Shin Ae menambahkan.

Hyu Ri menghela napas panjang. Ia merindukan Magi dan Su Ri. Ia ingin berkumpul dengan dua teman dekatnya itu. "Apa kita tidak bisa pergi?"

"Nee?? Oh! Setelah insiden pasti Yang Mulia belum diberi izin untuk keluar dengan alasan keamanan, walau festival itu terbuka untuk segala gender."

Hyu Ri mendesah kasar. "Aku benci sangkar emas ini!"

Shin Ae tersenyum samar mendengar keluhan Hyu Ri.

***

 

Hening di dalam kamar Magi. Su Ri dan Sung Rin sudah terlelap. Namun, Magi terjaga. Isi surat yang dikirimkan Hyu Ri memenuhi otaknya.

Bagaimana bisa Orabeoni jatuh hati padaku? Magi mendesah pelan. Masa kecil yang mereka lalu memang singkat. Wajar jika Song Joong Ki tidak mengenalinya lagi. Walau ia memaklumi, ada rasa tak nyaman yang menyelimutinya sejak selesai membaca isi surat itu.

Berniat membuang apa yang mengganggu pikirannya, Magi keluar kamar. Walau hampir tengah malam, masih banyak orang terjaga karena harus menyelesaikan tugas untuk festival esok. Orang-orang yang lembur menyapa Magi yang berjalan menyusuri jalan di area Rumah Seni Snowdrop. Ia hendak menuju area lapang untuk menenangkan diri.

Saat sampai di area lapang, ada beberapa orang di sana yang baru saja selesai menyiapkan papan jungkitan dan ayunan. Magi bertanya pada salah satu pekerja apakah ayunan dan jungkitan sudah bisa digunakan. Setelah mendapat izin, tak mungkin Magi bisa memainkan papan jungkitan karena ia hanya sendirian. Ia pun bergegas menuju sebuah ayunan yang sudah terpasang di dahan sebuah pohon besar yang masih berada di dalam area Rumah Seni Snowdrop.

Tanpa ragu Magi menaiki ayunan itu dan mulai bermain di atasnya. Embusan angin malam yang menerpa wajah Magi saat ia melayang di atas ayunan terasa begitu menenangkan. Sejenak ia melupakan pikirannya yang kalut karena surat Hyu Ri. Joong Ki adalah pemuda yang baik. Ia merasa kasihan karena harus melukai hatinya. Namun, membiarkan fakta tetap tersembunyi pasti akan lebih melukai hati Joong Ki. Gerakan ayunan Magi semakin lambat seiring ia kembali memikirkan tentang Joong Ki. Ia menghentikan permainan dan duduk melamun di atas ayunan.

"Apa permainannya tak menarik lagi?" Suara pria itu membuyarkan lamunan Magi. Ia menoleh ke arah sumbe suara dan menemukan sosok pria dengan kostum serba hitam sudah berdiri menyandarkan punggung pada batang pohon di samping kirinya.

"Ah! Ajushi. Sejak kapan di sana? Sudah malam dan di dalam sendiri masih menggunakan topi."

Pria itu membuka topinya. "Jadi terbiasa," ujarnya seraya tersenyum.

Magi membalas senyum. Pria itu tak asing baginya. Choi Jin Hyuk yang saat ini bekerja sebagai tukang kebun di Hwaseong Academy sejak Magi ditransfer ke sana. Selain Junki, Hyu Ri dan Su Ri, hari itu Jin Hyuk juga ditransfer ke Hwaseong Academy untuk melanjutkan pekerjaannya sebagai tukang kebun. Pekerjaan yang menyamarkan jati dirinya yang sebagai pengawal Magi.

"Bagaimana kelanjutan penyelidikan?" Magi mengubah topik.

"Semua itu bukan ulah Lesovik. Mereka berusaha menjebak Lesovik." Choi Jin Hyuk melaporkan hasil penyelidikannya.

"Nichkhun Oppa sudah tahu?"

"Sudah. Saya sudah membagi informasi ini."

"Syukurlah."

"Apa yang membuat Yang Mulia berada di luar selarut ini? Tidak nyaman karena harus berbagi kamar?"

"Tidak. Ada yang mengganggu pikiranku. Sedikit saja."

Jin Hyuk penasaran, tapi tak berani bertanya lebih lanjut. Walau mengenal Magi sejak gadis itu masih anak-anak, statusnya tetaplah hanya pengawal Raja terdahulu yang kini bertugas mengawal Putri Ah Reum.

Pasca kehilangan Raja yang menjadi junjungannya juga rekan-rekannya, Jin Hyuk dikeluarkan dari istana untuk menjalankan misi khusus mencari keberadaan Putri Ah Reum yang hilang. Hal itu bukanlah hal yang sulit baginya karena ia terhubung dengan orang-orang kepercayaan Raja. Putri Ah Reum kecil berhasil diselamatkan Willow yang menjadi teman baik Raja terdahulu dalam kecelakaan mobil yang didalangi Ratu Maesil. Jin Hyuk dan Willow sahabat Raja diam-diam merawat Putri Ah Reum kecil.

Ketika Willow terbunuh dalam konflik melawan Ratu Maesil, hak asuh Putri Ah Reum diserahkan pada pimpinan Leshy, pimpinan Lesovik, pemilik Kastil Asphodel. Nama Putri Ah Reum diubah menjadi Rosemary Magi dengan perantara sahabatnya yang berasal dari Cina dan memiliki istri orang Barat. Kemudian Magi dititipkan di Rumah Seni Snowdrop milik Tuan Yoon untuk belajar musik. Bersama putri tunggalnya, Song Eun, Tuan Yoon membentuk Snapdragon untuk menyamarkan identitas Magi.

Tidak banyak yang tahu jika sebenarnya Magi tinggal di Kastil Asphodel bersama Leshy. Leshy tidak hanya menampung Magi, tiga putra dari sahabat Raja, Sung Jeong, Baro, dan Kim Myung Soo juga berada di sana. Dari sanalah hubungan antara Magi, Myung Soo, Baro, dan Sung Jeong terbentuk.

Nichkhun adalah putra dari saudagar yang membawa Magi ke Rumah Seni Snowdrop. Selain sahabat Leshy, orang tua Nichkhun adalah kolega dan pendukung Raja terdahulu yang tak lain adalah ayah kandung Magi. Kedua orang tua Nichkhun terbunuh dalam badai yang memporak-porandakan kapal yang mereka tumpangi. Nichkhun ditemukan tak sadarkan diri di pantai oleh nelayan dan kemudian diasuh oleh Leshy.

Leshy adalah pria tua kaya raya yang membentuk Lesovik untuk melindungi istana dan Raja dari Ratu Maesil. Ia bekerja sama dengan Willow dalam hal itu. Sayangnya penyakit yang ia derita merenggut nyawanya. Setelah ia meninggal, Kastil Asphodel diwariskan pada Magi sekaligus jabatan sebagai Leshy, pimpinan tertinggi dari Lesovik.

Jin Hyuk selalu mendampingi Magi dan melindunginya. Karena itu ia sangat dekat dengan Magi. Ia pun selalu mengikuti kemana pun Magi pergi secara diam-diam demi melindungi gadis itu.

Agar nyaman saat mengobrol, Magi dan Jin Hyuk duduk berdampingan di bawah pohon yang dahannya dijadikan tempat ayunan bergantung. Tanpa sungkan Magi menceritakan perihal surat yang dikirim Hyu Ri. Jin Hyuk terkejut mendengarnya. Namun, ia tak menyalahkan Joong Ki karena laki-laki normal pasti akan tertarik pada kecantikan Magi.

"Yang Mulia sudah menyusun rencana? Selain rencana yang sudah kita susun sejak awal. Rasanya tidak terlalu buruk jika tiba-tiba muncul di istana dan menyatakan bahwa Song Hyu Ri adalah putri palsu. Selain tato, Yang Mulia memiliki saya. Saksi hidup yang bisa menjamin keaslian identitas  Yang Mulia." Jin Hyuk ingin tahu apakah Magi akan tetap menjalankan rencana frontalnya untuk menyerang istana.

"Aku sempat berpikir untuk mengambil kesempatan yang ditawarkan Raja untuk menjadi musisi kerajaan. Namun, kita tidak punya banyak waktu. Perihal Raja yang mengejar Rosemary Magi, bisa berdampak buruk jika sampai ke telinga Ratu Maesil. Jadi, aku akan tetap pada rencana pertama. Setelah Festival Seni Kampung Lupin, kita persiapkan semuanya."

"Baik! Tapi, benarkah besok Yang Mulia akan tampil dalam pertunjukan seni Rumah Seni Snowdrop?"

"Umurku sudah 17 tahun. Berdasarkan peraturan kuno, aku sudah boleh tampil. Sebenarnya ada apa dengan negeri ini? Kadang menggunakan peraturan kuno sebagai alasan." Magi menertawakan dirinya sendiri.

"Tuan Muda Lee Byung Hun besok pasti akan datang."

"Tentu saja. Banyak obyek menarik yang bisa ia abadikan dalam bidikan kameranya esok. Ajushi, menurut Ajushi apa benar L.Joe Seonbaenim tidak tahu tentangku?"

"Mm?"

"Ayahnya adalah penyokong dana Lesovik. Bagaimana mungkin dia tidak tahu jati diriku yang sebenarnya."

Jin Hyuk tersenyum. "Ada kalanya pura-pura tidak tahu itu menyenangkan. Tapi, bisa jadi dia benar-benar tidak tahu. Seperti istri yang kadang tidak tahu apa saja yang dilakukan suaminya, bisa jadi Tuan Muda Lee tidak tahu apa saja yang dilakukan ayahnya."

"Benar sekali. Sekarang orang tua lebih berpikir terbuka. Bisa jadi Tuan Lee tidak ingin melibatkan anak-anaknya."

"Park Sung Rin sangat senang saat menerima tugas untuk menjaga Yang Mulia."

"Ah dia! Aku tidak menyangka dia anggota Lesovik dan termasuk ksatria wanita terbaik. Aku tenang dengan adanya dia di sisiku. Achillea. Nama yang bagus."

"Apakah Yang Mulia tahu jika Achillea dekat salah satu Reed kepercayaan Raja?"

"Iya kah?"

"Achillea dekat dengan Cho Kyu Hyun. Seharusnya ini bukan masalah karena tujuan Raja dan kita adalah sama yaitu melawan Ratu Maesil. Tapi, bisa jadi masalah karena sepertinya Cho Kyu Hyun tak tahu jika Park Sung Rin adalah anggota Lesovik."

"Ajushi menyelidiki semua anggota?"

"Anggota Lesovik tidak sebanyak yang dibayangkan orang. Saya dengan mudah bisa menyelidiki semuanya."

Magi tersenyum mendengarnya. "Akan jadi masalah juga bagi L.Joe Seonbaenim dan Jung Shin Ae Seonbaenim. Karena Jung Shin Ae Seonbaenim adalah seorang Reed. Kenapa semua orang di sekitarku... rumit sekali." Magi menghela napas.

"Sebaiknya Yang Mulia masuk dan beristirahat. Besok penampilan harus prima. Wajah bisa di cover dengan make up, tapi tidak dengan kemampuan fisik."

"Baik, baik." Magi tersenyum, kemudian bangkit dari duduknya. Jin Hyuk turut berdiri. "Gomawoyo, Ajushi."

Jin Hyuk membungkukkan badan.

Magi kembali tersenyum, kemudian berjalan menuju kamarnya. Sampai saat ini ia selalu mensyukuri adanya Jin Hyuk di sisinya. Sosok Jin Hyuk adalah keluarga terdekat yang ia miliki setelah seluruh keluarganya tewas dalam kecelakaan nahas yang didalangi Ratu Maesil. Magi mengepalkan kedua tangannya, membulatkan tekad untuk bergerak maju dan melawan Ratu Maesil.

***

 

Park Shi Hoo kembali menghadap Ratu Maesil. Ia membagikan informasi tentang Tuan Shin yang memberikan tawaran pada Magi atas nama Raja.

"Raja menginginkan Rosemary Magi dan Snapdragon untuk menjadi musisi kerajaan?" Ratu Maesil mengusuk dagunya.

"Bukankah itu terlalu berlebihan? Jika hanya ingin membawa Rosemary Magi dan Han Su Ri untuk bertemu dengan Song Hyu Ri, tidak perlu sampai seperti itu, kan? Istana memang tidak bisa menampung orang sembarangan. Jika Yang Mulia Raja ingin membawa teman-teman Song Hyu Ri masuk ke istana, harusnya tidak hanya membawa Magi sebagai musisi kerajaan, kan? Han Su Ri bisa masuk sebagai dayang. Tapi, kenapa hanya Rosemary Magi?"

"Kau ini terlalu lugu atau bodoh, Acanthusku sayang?"

Park Shi Hoo terkejut mendengar komentar Ratu Maesil.

"Ada dua kemungkinan. Pertama, Rosemary Magi adalah Putri Ah Reum Yang Hilang yang asli. Kedua..." Ratu Maesil menyeringai, "aku lebih suka pada kemungkinan kedua. Kalaupun tidak, aku akan menggunakan kemungkinan kedua untuk membuat kejutan."

"Kemungkinan kedua, Yang Mulia Raja menginginkan Rosemary Magi sebagai wanitanya?"

"Tepat sekali! Jika keduanya benar, alangkah menyenangkannya fakta baru ini. Kejutan yang menguntungkan kita."

Wajah Park Shi Hoo sedikit murung usai Ratu Maesil membenarkan kemungkinan kedua yang pikirkan. Ada rasa aneh menyeruak di hatinya ketika menyadari Raja menginginkan Rosemary Magi sebagai gadisnya. Perasaan macam apa ini? Shi Hoo mengumpat dalam hati.

"Kau pernah mengatakan jika dua gadis SMA Mae Hwa terlibat hubungan dekat dengan anak bangsawan Wisteria Land?"

Shi Hoo tersadar dari lamunan dan menjawab, "Iya." Ia menghirup udara dalam-dalam. Sebelumnya ia sudah tahu jika Magi dan L.Joe berpacaran, tapi ia merasa baik-baik saja. Ketika mengetahui Joong Ki menyukai Magi, kenapa ada ganjalan aneh di dalam dirinya. Bukankah wajar jika aku juga menyukainya? Shi Hoo terkesiap ketika pernyataan itu muncul di benaknya.

Buru-buru Shi Hoo mengusir pikiran aneh yang tiba-tiba muncul di otaknya. "Yang saya tahu, Han Su Ri dekat dan Jo Jong Hwan. Putra dari Gubernur Salvia. Rosemary Magi menjalin kasih dengan Lee Byung Hun yang lebih dikenal dengan nama panggilan L.Joe, putra dari bangsawan Lee Byung Man. Selain itu, Yoo Seung Ho, putra Gubernur Poinsettia juga dekat dengan Trio Maehwa." Ia melanjutkan penjelasannya.

"Menarik sekali! Bagaimana bisa gadis-gadis buangan itu dekat dengan putra-putra orang berpengaruh di Wisteria Land? Baiklah! Permainan semakin menarik. Aku sudah tidak sabar ingin memulainya."

"Besok Festival Seni Kampung Lupin akan digelar. Bisakah kita menunggu hingga acara itu usai?"

"Kau sangat peduli pada kesenangan rakyat. Baiklah. Kali ini aku mendengar dan menuruti usuk Acanthus-ku sayang. Terima kasih. Kau sudah bekerja dengan keras."

Park Shi Hoo meninggalkan Kastil Basil dengan perasaan aneh masih menghinggapi dirinya. Pemikirkan tentang, Jika Raja wajar saja menyukai Magi maka dirinya pun wajar jika menyukai Magi. Perasaan aneh itu menggebu-gebu di dalam dadanya. Ia kesal dan marah karena Raja menyukai Magi. Ketika teringat Magi sedang bersama L.Joe pun membuat gemuruh di dadanya semakin menjadi.

Shi Hoo menggelengkan kepalanya keras-keras. Berusaha mengusir pemikiran aneh yang memenuhi kepalanya. Ia bergegas meninggalkan Kastil Basil. Ingin segera beristirahat agar semua pikiran aneh itu hilang dari otak yang yang berada di dalam batok kepalanya.

***

 

Festival Seni Kampung Lupin digelar. Sejak resmi dibuka pada pukul sepuluh pagi, para pengunjung terus berdatangan. Semua kalangan hadir untuk menyaksikan fetival tahunan itu. Kaum bangsawan dan kaum elit sudah memiliki rumah seni tujuan masing-masing. Kaum menengah ke bawah pun memiliki tujuan masing-masing.

Di Kampung Lupin, selain gibing—rumah yang dikhususkan untuk para gisaeng—ada rumah seni yang khusus membuka layanan jasa untuk pembelajaran seni kuno mulai dari sastra hingga alat musik. Gibang mayoritas dibangun untuk kaum bangsawan dan kaum elit. Sedang rumah seni beragam. Ada yang khusus bagi kalangan atas, ada yang khusus bagi kalangan menengah ke bawah, dan ada yang netral.

Rumah Seni Snowdrop termasuk rumah seni yang netral. Selain rakyat jelata dari kalangan menengah ke bawah, ada kaum elit dan bangsawan yang belajar seni di sana. Rumah Seni Snowdrop juga termasuk dalam tiga rumah seni terbaik di Kampung Lupin dan di Wisteria Land. Itu kenapa Rumah Seni Snowdrop memiliki area yang luas, karena Tuan Yoon termasuk dalam jajaran seniman kaya raya di Wisteria Land.

Sebagai rumah seni yang netral, Rumah Seni Snowdrop sudah ramai dibanjiri pengunjung sejak Festival Seni Kampung Lupin resmi dibuka. Para penjaga sampai mengatur arus masuk pengunjung agak tak terlalu padat di dalam.

Dalam festival seni tersebut, setiap rumah seni menggelar pameran berupa pameran benda-benda seni dari masa lampau mulai dari lukisan, alat musik, dan benda seni lainnya. Beberapa rumah seni juga memamerkan koleksi bebatuan bernilai tinggi peninggalan sejarah. Selain itu, ada pertunjukan musik, tari, atau seni nyanyian kuno pada jam-jam tertentu.

Rumah seni juga menggelar bazar kue-kue dan makanan tradisional. Barang-barang cendera mata yang berbau kuno dan klasik juga banyak dijual. Permainan kuno seperti papan jungkitan, ayunan, ssireum, dan panahan juga disediakan di beberapa rumah seni. Puncak pertunjukan akan digelar pada malam hari yang diisi dengan pertunjukan musik, tari, dan drama tanpa putus.

Magi baru saja keluar dari area yang dilarang didatangi pengunjung. Area tersebut adalah area tempat tinggal para seniman yang tidak diikutkan dalam daftar tempat untuk pameran. Ia tersenyum menyambut L.Joe yang baru saja memasuki Rumah Seni Snowdrop bersama Jong Hwan dan Seung Ho, serta satu pemuda yang tak ia kenali.

"Annyeong!" Seung Ho menyapa Magi. "Sepertinya kamu kaget ya melihatnya? Dia ini hyung-ku dan senior kita di Hwaseong Academy. Perkenalkan, Jang Geun Suk Hyung."

"Oh. Salam kenal, Seonbaenim." Magi memberi salam pada Geun Suk.

"Senang bisa bertemu langsung denganmu, Rosemary Magi. Selama ini, Seung Ho sering bercerita tentangmu." Geun Suk membalas sapaan Magi.

"Iya kah? Semoga bukan hal buruk yang ia bagi dengan Seonbaenim."

"Tentu saja tidak!" Seung Ho membantah. "Kamu sendirian? Aku dengar Sung Rin menginap."

"Su Ri dan Sung Rin sibuk di area bermain sejak tadi."

"Seperti kembali ke masa lalu. Semua yang datang ke sini harus memakai hanbok, pakaian tradisional kebanggaan kita." Seung Ho membusungkan dada sembari mengamati sekitar. Tidak ada orang yang memakai pakaian modern. Hal itu membuatnya senang. "Magi-ya, permainan apa saja yang disediakan Rumah Seni Snowdrop?"

"Silahkan lihat sendiri." Magi memberi jalan.

"Ayo, Sobat! Kamu pasti sudah tidak sabar untuk melihat Han Su Ri, kan?" Seung Ho merangkul Jong Hwan, menyeretnya untuk berjalan menuju area bermain yang disediakan Rumah Seni Snowdrop.

Magi dan L.Joe menatap Geun Suk yang tetap tinggal meski Seung Ho dan Jong Hwan sudah pergi.

Merasa diamati, Geun Suk pun berkata, "Rasanya aneh jika aku berjalan sendiri. L.Joe-ya, kamu tidak pergi?" Kemudian ia melirik Magi. "Ah! Aku mengganggu kalian ya. Maaf."

"Banyak obyek menarik di sana, aku akan segera ke sana." Magi meminta L.Joe pergi menemani Geun Suk.

"Aku melihat namamu di daftar pengisi acara. Malam nanti, kamu akan tampil bersama Snapdragon?" L.Joe langsung mengutarakan pertanyaan di benaknya.

Turut mendengar pertanyaan itu, Geun Suk langsung menatap Magi. Informasi yang ia dapat dari Dong Hae dan Il Woo, selama ini Magi tidak pernah urun penampilan. Namun, setelah tawaran dari Raja disampaikan pada gadis itu kemarin, hari ini tiba-tiba Magi akan turut tampil dalam puncak pertunjukan nanti malam. Walau menyadari hal itu tidak mungkin disiapkan hanya dalam waktu satu malam, Geun Suk merasa ada hal yang ganjil.

"Iya. Aku akan tampil solo dan bersama Snapdragon. Usiaku sudah 17 tahun. Berdasarkan peraturan kuno, aku sudah boleh tampil di depan umum." Magi memberikan penjelasan. "Tuan Yoon memberiku tawaran untuk tampil dan aku tak ingin menolak kesempatan itu."

L.Joe tersenyum manis. "Apa pun yang membuatmu senang. Kalau begitu, sampai bertemu di area bermain."

L.Joe pun pergi bersama Geun Suk. Magi memandang punggung L.Joe hingga pemuda itu hilang ditelan kerumunan pengunjung. Magi menghela napas dan pergi ke ruang latihan untuk menguji kecapi yang akan ia mainkan nanti malam.

Saat sampai di area bermain, L.Joe menemukan Su Ri dan Sung Rin sedang bermain papan jungkitan bersama. Tak menyia-nyiakan kesempatan itu, ia pun membidik keduanya sebagai model untuk koleksi fotonya. Jong Hwan dan Seung Ho mendekat. Bergabung bersama L.Joe dan Geun Suk.

"Pada Festival Gardenia kemampuan memanah Magi luar biasa. Apa dari sini semua itu berasal?" Seung Ho mengamati sekitar. "Wanita bangsawan di masa lalu banyak yang pandai memanah. Aku yakin Magi mempelajarinya di sini."

"Seonbaenim, tumben datang sendiri? Jung Shin Ae Seonbaenim tidak ikut?" Jonghwan bertanya pada L.Joe.

Seung Ho mendelik pada Jong Hwan. Jong Hwan hanya tersenyum menanggapinya.

Geun Suk turut menatap Jong Hwan. Ia tak mendunga Shin Ae bisa sedekat ini dengan teman-teman Magi. Ia pun tersenyum. Gadis sedingin itu bisa dirindukan juga oleh mereka, ucapnya dalam hati.

"Hari ini dia harus berdoa di kuil." Jawab L.Joe seraya menurunkan kameranya usai membidik Su Ri dan Sung Rin.

"Religius sekali. Padahal kan hari libur dan ada festival." Seung Ho menggerutu. "Astaga!!" Seung Ho tiba-tiba terkejut. "Apa aku nggak salah lihat?" Ia mengucek-ngucek matanya.

Jong Hwan, Geun Suk, dan L.Joe mengikuti kemana Seung Ho memandang dan menemukan Park Shi Hoo.

"Tuan Killer?" Geun Suk bergumam.

"Seonbaenim juga menyebutnya begitu? Kukira hanya pada angkatanku saja." L.Joe terkejut mendengar bagaimana Geun Suk memanggil Park Shi Hoo.

"Panggilan itu diturunkan dari angkatan sebelumnya. Untuk apa Park Shi Hoo Seonsaengnim di sini?"

"Alasannya sudah jelas. Pasti Rosemary Magi dan Han Su Ri." Seung Ho dengan percaya diri menyilangkan kedua tangan di dada. "Sebenarnya wajar saja siapa pun itu termasuk guru datang di Festival Seni Kampung Lupin. Tapi, karena Park Shi Hoo Seonsaengnim langsung masuk ke Rumah Seni Snowdrop, alasannya sudah pasti Rosemary Magi dan Han Su Ri. Duo Maehwa yang harus selalu dia awasi. Tapi, apa perlu sampai seperti ini? Tinggal di Kampung Lupin kan bukan sebuah kesalahan."

Ketika Seung Ho mengoceh, L.Joe mengangkat kameranya dan membidik Park Shi Hoo. Momen langka seperti itu, harus ia abadikan.

"Sebaiknya menghindar. Jangan sampai bertatap muka dengan Tuan Killer. Bisa-bisa kita disuruh menemani." Geun Suk memimpin adik-adiknya untuk minggir dan menghindari Park Shi Hoo.

***

 

Sebenarnya Shi Hoo tak tertarik pada acara yang diminati banyak orang seperti Festival Seni Kampung Lupin. Namun, sejak semalam ia tidak bisa berhenti memikirkan tentang festival itu. Ia telah mendengar kabar jika Rosemary Magi akan tampil untuk pertama kalinya dalam Festival Seni Kampung Lupin tahun ini. Hal itu mengusiknya, membuatnya penasaran.

Ingin menjawab rasa penasarannya, Shi Hoo pun pergi menghadiri Festival Seni Kampung Lupin. Dimulai dari jalan masuk ke Kampung Lupin, kanan-kiri dan langit-langit jalan sudah dihiasi bendera warna-warni. Semua pengunjung mengenakan hanbok, membawa Shi Hoo seolah kembali ke masa lalu.

Sepanjang jalan ramai pengunjung. Rumah-rumah seni membuka pintu mereka lebar-lebar untuk para pengunjung. Namun, Shi Hoo tak tertarik untuk mampir ke salah satunya. Ia berjalan terus untuk menemukan Rumah Seni Snowdrop, tempat tinggal Magi. Ia sudah melihat peta lokasi yang dipasang di dekat pintu masuk Kampung Lupin dan telah menghapalkan jalurnya. Tak sulit baginya untuk menemukan salah satu rumah seni terbaik di Kampung Lupin dan di Wisteria Land itu.

Saat akan memasuki Rumah Seni Snowdrop, Shi Hoo melihat papan pengumuman di dekat pintu masuk. Snapdragon ada di dalam daftar pengisi acara untuk puncak pertunjukan nanti malam. Shi Hoo melihat jam yang melingkar di tangan kirinya. Saat ini pukul empat sore. Ia memiliki waktu kurang lebih dua jam sebelum puncak acara dimulai. Ia akan menikmati waktu dua jam itu di dalam Rumah Seni Snowdrop, karena tidak perlu mencemaskan segala sesuatunya. Di area yang luas itu, Rumah Seni Snowdrop juga menyediakan kafetaria ala-ala jaman dulu. Jika kelaparan, ia bisa mengisi perutnya yang kosong di sana.

Shi Hoo tersenyum ketika sampai di area bermain. Ia menemukan dua muridnya, Su Ri dan Sung Rin sedang bermain jungkitan. Diamatinya sekitar area itu, tapi tak tampak Magi di sana. Ia menemukan L.Joe yang sedang sibuk dengan kameranya, ditemani Jong Hwan. Shi Hoo pun melanjutkan berkeliling untuk melihat area bermain. Tanpa ia duga, ia bertemu Jun Ki yang sedang mencoba permainan panahan. Rekan sejawatnya itu tak sendiri. Ada dua murid Hwaseong Academy sedang bersamanya; Geun Suk dan Seung Ho. Tanpa ragu, ia pun menghampiri Jun Ki dan anak didiknya.

"Tidak menyangka bertemu di sini." Shi Hoo menyapa Jun Ki.

Jun Ki, Geun Suk, Seung Ho, dan Jong Hwan terkejut karena Shi Hoo tiba-tiba muncul menyapa.

"Seonbaenim kemari?" Jun Ki seolah linglung. "Oh! Maaf! Ini sangat mengejutkan."

"Kenapa dia kemari? Kita kan sudah menghindar." Seung Ho berbisik pada Geun Suk.

"Wajar saja jika Tuan Killer menemukan kita. Kita berada dalam area yang sama." Geun Suk balas berbisik.

"Aku terkejut ketika mengetahui dua muridku tinggal di Kampung Lupin. Karena sedang ada festival, sekalian melihat-lihat." Shi Hoo menjawab pertanyaan Jun Ki.

"Rupanya Seonbae baru tahu ya? Pasti tidak membaca detail biodata Magi. Dia memang tinggal di Kampung Lupin, di Rumah Seni Snowdrop. Su Ri dan Hyu Ri tinggal bersamanya setelah kabur dari rumah masing-masing."

"Benar anak-anak bermasalah ya. Pasti cukup merepotkan mengurus mereka."

"Tidak juga. Magi, Su Ri, dan Hyu Ri sangat mandiri."

Shi Hoo tersenyum dan memperhatikan busur di tangan Jun Ki. "Kemampuan memanah Magi sangat baik. Sepertinya ia belajar di sini. Ingin mencobanya?"

"Ah! Iya. Baru saja. Setelah bertemu Geun Suk dan Seung Ho."

Geun Suk dan Seung Ho kompak membungkukkan badan untuk menyapa Shi Hoo.

"Bagaimana kalau kita mencobanya bersama-sama?" Shi Hoo mendekati penjaga untuk mengambil busur dan beberapa anak panah.

"Ssaem, Tuan Killer menantang Anda." Seung Ho berbisik pada Jun Ki.

"Sepertinya begitu." Jun Ki turut berbisik.

Geun Suk gemas melihat tingkah Shi Hoo. Tapi, ia menahan diri untuk tidak memamerkan kemampuannya.

L.Joe dan Jong Hwan datang bersama Su Ri dan Sung Rin. Keempatnya heran melihat ada Shi Hoo dan Jun Ki bersama Seung Ho dan Geun Suk.

"Kenapa para guru ada di sini?" Su Ri memiringkan kepala.

"Tadi kami menghindari Park Shi Hoo Seonsaengnim. Kenapa sekarang malah ada bersama Geun Suk Hyung dan Seung Ho?" Jong Hwan juga heran.

"Para guru kemari pasti karena kamu dan Magi tinggal di sini." Sung Rin menjawab pertanyaan Su Ri.

"Ah iya. Pasti karena itu ya." Su Ri membenarkan.

"Mereka mau adu memanah? Ini akan jadi pertandingan seru. Seonbaenim, pastikan kameramu membidik momen ini." Jong Hwan mengingatkan L.Joe.

L.Joe tersenyum dan mengangguk, lalu mengamati sekitar. Sepertinya Magi tidak akan mempunyai waktu untuk menengok area bermain karena ia harus mempersiapkan pertunjukannya nanti malam.

Shi Hoo dan Jun Ki siap dengan busur dan anak panah masing-masing. Para murid berkumpul di sekitar mereka untuk menonton jalannya pertandingan. Petugas memberi arahan cara menggunakan panah pada Jun Ki dan Shi Hoo. Setelah keduanya mengangguk paham, mereka pun diizinkan untuk bermain. L.Joe masih sibuk dengan kameranya. Seperti yang dikatakan Jong Hwan, ia tak ingin membuang momen langka pertandingan memanah antara Jun Ki dan Shi Hoo.

Masing-masing mendapat tujuh anak panah. Shi Hoo dan Jun Ki sepakat menggunakan dua anak panah untuk percobaan dan lima anak panah lainnya untuk pertandingan. Pada percobaan, masing-masing berhasil membidik warna biru yang merupakan warna ketiga dalam papan panahan. Su Ri, Sung Rin, dan Seung Ho saling berbisik memuji kemampuan Jun Ki dan Shi Hoo.

Joong Ki dan rombongannya, Dong Hae, Il Woo, dan Kyu Hyun baru saja sampai di area bermain Rumah Seni Snowdrop. Mereka usai melihat area jungkitan dan ayunan, mereka menuju area panahan. Il Woo terkejut melihat Geun Suk juga ada berada di sana hingga bersuara. Membuat Joong Ki tertarik untuk mendekat. Joong Ki menemukan teman-teman Magi di sana. Namun, Magi tak ada bersama mereka.

Geun Suk pun terkejut melihat Il Woo datang tak hanya bersama kedua teman baiknya yaitu Dong Hae dan Kyu Hyun. Ada Raja bersama mereka. Namun, Geun Suk pura-pura tak mengenali Raja dan ketiga ksatria pilihannya.

Pertandingan antara Jun Ki dan Shi Hoo berlangsung sengit. Keduanya tak bisa diremehkan dalam urusan panahan.

"Mereka itu sebenarnya siapa? Pasukan rahasia?" Seung Ho lagi-lagi mengomentari kemampuan memanah Jun Ki dan Shi Hoo.

Sung Rin mengerutkan kening. Berpikir tentang siapa sebenarnya dua guru yang sedang bertanding memanah itu. Kemampuan mereka tak terlihat seperti orang yang sekadar hobi memanah.

Pertandingan berakhir seri. Shi Hoo dan Jun Ki saling bersalaman.

Sung Rin yang masih diselimuti rasa penasaran mengalihkan pandangan. Ia terkejut ketika menemukan Kyu Hyun ada di area yang sama dan sedang menatapnya. Melihat orang-orang yang ada bersama Kyu Hyun, ia yakin salah satunya adalah Raja. Raja ada di sini, apa itu artinya Hyu Ri juga datang? Apa Su Ri menyadari hal ini? Tidak mungkin! Pasti alasannya adalah... Magi.

Kedua mata Sung Rin membulat. Ia yakin Raja pasti datang untuk Magi. Menyadari hal itu, ia kembali menatap Kyu Hyun. Pemuda itu memberi kode agar ia tak menyapa. Sung Rin langsung paham dan meraih tangan kiri Su Ri.

"Wae?" Su Ri kaget.

"Kita harus kembali dan membantu di dalam." Sung Rin menyeret Su Ri untuk pergi.

"Eh! Tunggu! Hey, kami harus membantu di dalam ya!" Su Ri berpamitan pada teman-temannya.

Tidak hanya Kyu Hyun yang memperhatikan Sung Rin dan Su Ri. Joong Ki juga mengawasi dua gadis itu. Ia ingin menyapa keduanya dan menanyakan di mana Magi berada. Namun, ia menahan diri. Ia yakin Magi sedang mempersiapkan penampilannya. Ia akan menunggu sampai puncak pertunjukan digelar.

***

 

You Might Also Like

1 comments

Search This Blog

Total Pageviews