¤ HWASEONG ACADEMY -Love, Music and Dreams- (화성 아카데미-사랑, 음악과 꿈-) ¤

04:54

¤ HWASEONG ACADEMY -Love, Music and Dreams- (화성 아카데미-사랑, 음악과 꿈-) ¤

 


 . Judul: Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’
. Revised Romanization: Hwaseong Akademi ’salang, eum-aggwa kkum’
. Hangul: 화성 아카데미’사랑, 음악과 꿈’
. Author: shytUrtle_yUi
. Rate: Serial/Straight

 Episode #4


Jinwoon memperhatikan Euichul yang tengah mengobrol dengan seseorang. Ia bertahan di tempat persembunyiannya, menuggun Eichul selesai. Wooyoung menundukan kepala ketika ia melewati Jinwoon.
 “Jadi, dia orang yang Hyung kirim?” Tanya Jinwoon.
“Oh, Jinwoon. Iya, itu Jang Wooyoung.” Jawab Euichul lengkap dengan senyumnya. “Bagaimana hari pertama sekolah tadi?”
“Jika Hyung bertanya tentang dia, setahu ku, dia gemar sekali melarikan diri.”
“Karena itu aku mengirim Wooyoung, aku tidak bisa mempercayakan dia pada mu, lagi pula aku yakin jika kau tidak berminat untuk menjaganya. Aku tidak ingin merepotkan mu.”
“Hyung, bukankah ini terlalu berlebihan? Untuk apa mengirim bodyguard ke sekolah? Hwaseong Academy bukanlah sekolah preman, jadi apa yang Hyung khawatirkan? Dia telah memilih jalannya sendiri dan menjauh dari keluarga ini, kenapa Hyung bersusah payah menjaganya?”
“Kau benar ini memang terlalu berlebihan, tapi suatu sa’at nanti kau pasti akan memahami situasi ini.”
Jinwoon menghembuskan nafas panjang dan pergi. Euichul menatap punggung Jinwoon dan tersenyum.
***

“Teisatsu-san!” sapa Ai ketika bertemu Wooyoung di depan gerbang sekolah.
“Teruskan saja Nona memanggil ku seperti itu!” Wooyoung sewot dan Kibum tertawa kecil melihatnya. “Nona, untuk apa berangkat ke sekolah sepagi ini? Bukankah ini sedikit gila?”
“Dia memang gila.” Sahut Kibum.
“Aku heran, benar-benar heran. Bagaimana orang-orang bisa bertahan di sisi Nona Gila ini?”
“Love.” Jawab Ai. “Because they love me and I love them, we loved each other.”
“Ish! Ini benar-benar gila!”
“Kau boleh bertahan di sisi ku atau pergi menjauh, Teisatsu-san.”
“Nona! Aku bukan pengintai atau mata-mata!”
“Selamat pagi Paman Lee!” Ai mengacuhkan protes Wooyoung dan menyapa Moonsik yang membuka gerbang. Ai segera masuk di ikuti Kibum dan Wooyoung.
“Seapagi ini, lagi?” gumam Moonsik sambil melanjutkan mendorong pintu gerbang.
Ai berdiri di atap gedung sekolah di antara Wooyoung dan Kibum. Wooyoung benar bingung namun ia tetap saja mengikuti Ai. “Nona, apa yang lakukan di sini?” Tanya Wooyoung setelah selama 5 menit diam seperti ini.
“Mengintai, bukankah ini tugas mu Teisatsu-san?”
“Ck! Nona, aku ini bukan mata-mata atau pengintai! Aku ini bodyguard!”
“Kalau begitu diamlah dan tetap bertahan di sisi orang yang harus kau lindungi.”
Wooyoung hanya bisa menghela nafas menanggapi sikap Ai. “Itu YOWL!” tunjuk Kibum kea rah gerbang. “Untuk apa mereka berhenti di gerbang? Apa mereka menunggu mu?”
“Nona, jadi benar Nona adalah member YOWL?”
“Ck! Anak ini!” Kibum melirik kesal pada Wooyoung.


Jaejoong sengaja mencegat Myungsoo dan berdiri tepat di depan pangeran dingin itu. “Kau mengahalangi jalan ku!” kata Myungsoo. Myungsoo beradu pandang dengan Jaejoong. “Tenang saja, aku tidak akan ingkar janji.”
“Aku percaya pada mu.”
“Kau akan memperkenalkan member kelima YOWL?”
“Tidak tanpa ijin dari Pangeran.” Jaejoong tersenyum tulus. Red Venus yang baru saja sampai turut berhenti di antara kerumunan murid karena ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi antara Viceroy dan YOWL sepagi ini.
“Kau yakin?”
“Tentu.” Jaejoong berjalan lebih dekat pada Myungsoo. “Aku yakin, kau sudah tahu siapa member kelima YOWL.” Bisik Jaejoong.
Myungsoo menyincingkan senyum di bibir tipisnya. “Baiklah! Akhir pekan ini, bawa YOWL untuk tampil dalam pentas seni penyambutan murid baru!”
“Baik, Yang Mulia.” Jaejoong menunduk bak pelayan raja yang sebenarnya. Keenam member Viceroy berjalan pergi dan Red Venus segera menyusul. Jaejoong lalu tersenyum puas.
-------

“Baik Yang Mulia!” Byunghun menirukan gaya Jaejoong. “Apa maksudnya? Dasar penjilat!”
“Menyerah sebelum melawan? Taktik yang bagus.” Sunghyun tersenyum mengenang kejadian di gerbang.
“Mereka menjawab pertanyaan para fans. Ai, setahun yang lalu memutuskan tidak melanjutkan sekolah dan memilih berkelana mencari jati diri dan arti hidup. Mencari jati diri dan arti hidup??” Minhwan membaca isi dari akun resmi YOWL. “Dia meninggalkan Korea dan berkelana untuk mencari jati dirinya. Selama delapan bulan Ai menghabiskan wajtunya di Jepang, Cina dan Thailand.” Minhwan melanjutkan membaca.
“Thailand?? Apa yang dia lakukan di sana?” Tanya Byunghun.
“Melihat taktik mereka, kita bisa saja kalah pendukung, kapan saja.” Komentar Jungshin.
“Jadi, kita akan benar-benar berperang sekarang?” Tanya Hanbyul.
“Hah… mau tidak mau, akan tetap jadi perang kita.” jawab Myungsoo.
-------

“Jaejoong, tatapannya sangat berbeda dari sebelumnya pada Myungsoo. Jujur itu lebih membuat ku khawatir.” Kata Soojung. “Mengerikan.” Imbuhnya.
“Benarkah member kelima YOWL itu Fujiwara Ayumu?” Yiyoung masih sangsi.
“Kau benar ingin tahu?” Gyuri balik bertanya.
“Tidak ada yang memastikan walau benar condong pada gadis itu.” Jawab Chaerin. “Semalam aku mencari informasi tentang YOWL, dalam akun resmi mereka dan blog para fans hanya sedikit penjelasan tentang Ai.”
“Taktik mereka, lumayan. Dengan makin banyaknya orang penasaran, mereka akan semakin di cari.” Komentar Gyuri. “Apa ada video performance mereka?”
“Ada beberapa.”
“Bagaimana menurut mu?” Tanya Soojung.
“Aku belum sempat melihatnya.”
-------

“Semua meributkan YOWL.” Taemin duduk di samping Daehyun. “Jadi benar mereka akan andil dalam pentas seni sabtu nanti?”
“Em! Byunghun telah memastikannya dan meminta ku memberi tahukan ini pada mu. Yang aku dengar itu keputusan Myungsoo sendiri.”
“Hah… mereka ini benar-benar merepotkan.”
-------

Ai berdiri di depan toilet wanita murid kelas X. Ia terlihat ragu untuk masuk, namun akhirnya Ai memberanikan diri. Ia menghela nafas melihat kondisi toilet yang tenang dan bersih. Ai mencuci tangan dan sedkit kaget ketika ia melihat bayangan selain dirinya di dalam cermin. Ai menoleh namun tidak ada siapapun disana, hanya dirinya. Ai kembali menatap cermin dan bayangan gadis dengan rambut menutupi seluruh wajahnya itu masih ada di dalam cermin.
“Keluar kau! Kau pikir aku takut pada ulah konyol mu ini?! Ok, aku sedikit terkejut, tapi aku sama sekali tak takut pada mu! Keluarlah!” Ai berdiri diam, hanya kedua bola matanya yang bergerak mengawasi sekitar dan siaga.
Bayangan putih yang berwujud seorang gadis itu bergerak memutar mengelilingi Ai. Semakin lama gerakannya semakin cepat dan cepat. Ai tetap bertahan di tempat ia berdiri dan tenang dalam posisinya itu. Ai memejamkan mata dan ketika merasa situasi sudah tenang Ai kembali membuka mata. Gadis dengan rambut menutupi seluruh wajahnya itu berdiri tepat di depan Ai, sangat dekat dengan Ai. Ai menatap gadis itu dengan tatapan dingin dan tanpa ekspresi khas miliknya. Keduanya bertahan hingga beberapa menit.
“Huft… kau tidak takut pada ku?” Tanya gadis itu menyerah.
“Untuk apa aku takut pada mu? Kau bukan Tuhan tapi kau hantu!”
Gadis itu mengangkat kepala dan menyibakan rambut hitam panjang yang menutupi wajahnya. “Benar kau tidak takut pada ku?” Kim Yoo Jin (UEE Afters School) menunjukan wajah pucatnya.
“Tidak.”
“Baru kali ini aku bertemu orang seperti mu, aku Kim Yoo Jin.” Ucap Yoojin sambil mengulurkan tangan. Ai tetap datar menanggapinya. “Aku hanya kesepian.” Yoojin menarik kembali tangannya. “Hawa yang aku rasakan sedikit berbeda ketika kau masuk dan benar dugaan ku, kau orang seperti ini. Apa kau orang baru yang mereka kirim untuk mengusir ku?”
“Jadi kau gadis itu? Siswi yang bunuh diri dengan memotong urat nadinya sendiri.”
“Kau tahu tentang ku? Jadi kau benar utusan sekolah untuk mengusir ku seperti yang sebelumnya?” Yoojin mengamati Ai. “Tapi, kenapa kau berseragam? Fu-ji-wa-ra? Kau bukan orang Korea?”
“Kau ingin aku menjadi teman mu? Aku juga kesepian di sekolah ini.”
“Mwo?? Ap-apa itu bisa?? Kak-kau mau berteman dengan ku??”
“Panggil saja Ai.”
“Ai?? Wah, nama yang indah!!” puji Yoojin. “Tapi kau tidak terlihat seperti Ai (anak kecil/bayi).”
“Mulai sekarang berhenti mengganggu murid lain, jika kau tetap melakukannya maka aku akan membatalkan pertemanan kita.”
“Arasho! Kamsahamnida sudah mau berteman dengan ku.” Yoojin membungkuk.

Ai berjalan keluar. “Membatalkan pertemanan? Hahg!” Ai tertawa sendiri. Ai menghentikan langkahnya ketika ada beberapa siswi yang mencegatnya. Ai paham keempat siswi itu adalah member Red Venus. Ia menatap Gyuri, Chaerin, Yiyoung dan terakhir Soojung tanpa ragu.
“Kau Fujiwara Ayumu?” Tanya Chaerin dan Ai hanya menjawabnya dengan anggukan kepala. Chaerin mengamati Ai dari ujung kepala sampai ujung kaki. Gadis itu terlihat normal, seragam yang ia gunakan juga biasa hanya saja riasan gothic yang di kenakan Ai menambah kesan misterius pada gadis itu. “Kau pengikut paham gothic?”
“Apa ini penting untuk ku jawab?”
“Anak ini!” umpat Soojung. Ai hanya diam menatap Soojung yang kesal padanya.
“Soojung.” Tahan Yiyoung. “Kami tidak akan berbuat macam-macam, jadi kau jangan berpikir buruk tentang kami.”
“Kau boleh merasa hebat karena sukses membuat kehebohan di sekolah! Aku akui cara mu itu benar manjur, tapi bagi kami, kau tetap saja batu kecil yang tidak berarti apa-apa!” sambung Gyuri.
Ai tersenyum, “sebaiknya Sunbaenim juga berhati-hati, banyak orang jatuh tersungkur hanya gara-gara batu kecil.”
“Kau mengancam?!!” emosi Soojung makin memuncak.
“Kita lihat saja nanti.”
“Kau!!”
“Soojung!” tahan Chaerin. “Baiklah! Kita akan buktikan ini semua! Kau, sebaiknya juga berhati-hati, batu besar bisa dengan mudah menggilas kerikil kecil.”
Ai tersenyum dan mengangguk. Keempat member Red Venus pun pergi. “Mereka itu jahat sekali!” Yoojin tiba-tiba muncul. “Izinkan aku membalas perbuatan mereka pada mu.”
“Kembalilah, ini pertarungan kami.”
“Tapi aku teman mu! Aku akan menjaga mu karena mulai hari ini kau adalah teman ku.” Ai kembali menatap Yoojin. “Baiklah…” Yoojin kembali melayang dan menembus pintu toilet lalu menghilang.
-------

“Apa?? Kalian menemuinya??” Byunghun tak percaya mendengar pengakuan Chaerin. “Untuk apa kalian menemuinya??”
“Hanya menyapa.” Jawab Chaerin. “Baru kali ini aku bertemu orang seperti dia.”
“Benarkah Myungsoo mengundang YOWL untuk bergabung dalam pentas seni sabtu nanti?” Tanya Soojung.
“Iya. Pagi ini Myungsoo mengatakannya dan meminta kami menyampaikan hal itu pada Dewan Senior.” Jawab Minhwan.
“Aku ingin tahu bagaimana penampilan mereka. Apa benar mereka sehebat yang selalu di elu-elukan fans mereka.” Sahut Gyuri.
“Tapi, apa YOWL punya fans disini?” Tanya Yiyoung.
“Kita lihat saja nanti.” Jawab Byunghun.
***

Dewan Senior memasang poster pengumuman tentang pentas seni yang akan di gelar sabtu ini. Murid-murid langsung mengerumuni poster itu. “YOWL ikut tampil?” kata seorang siswi.
“Iya. Kau tidak tahu peristiwa kemarin?” Tanya siswi lainnya.
“Kalian tahu siapa member kelima YOWL?” Tanya seorang siswa menyela obrolan dua siswi itu. Kedua siswi itu kompak mengangkat bahu.
Gerombolan murid itu kompak memberi jalan ketika keempat member YOWL berjalan menuju poster. Seperti sudah di komando mereka pun minggir dan membiarkan Jaejoong, Wonbin, Minhyuk dan Jaejin menguasai poster. Jaejoong tersenyum melihat nama YOWL tercantum dalam poster. Murid yang berdiri di pinggir tidak ada yang berani menyapa dan mereka berbisik satu sama lain ketika YOWL berjalan pergi.


Ai jongkok membenahi tali sepatunya. Beberapa pasang kaki yang berhenti di hadapannya itu tak mengganggunya sama sekali dan dengan santai ia kembali berdiri. Seperti dugaannya keenam member Viceroy sudah berdiri di hadapannya kini. Ai menatap satu per satu pangeran tampan itu, Byunghyun, Myungsoo, Minhwan, Jungshin, Sunghyun, Hanbyul dan kembali pada Myungsoo. Mereka hanya saling memandang dan diam.

Wooyoung berlari sekencang ia bisa. Kibum mengejar di belakangnya. Wooyoung menerobos kerumunan murid. “Nona!!” Wooyoung berhenti tepat di belakang Ai. Kibum juga sampai dan kaget melihat Ai berhadapan dengan keenam member Viceroy. Wooyoung mengatur nafasnya dan berjalan maju ke samping kanan Ai. “Apa terjadi sesuatu?!” Tanya Wooyoung menatap sinis Myungsoo. “Kalian! Jangan berlagak seolah kalian tidak mendengar ku!”
Byunghun tersenyum mencibir. “Lihat! Siapa orang ini? Kampungan sekali! Cih!”
Ai menahan Wooyoung. “Ada yang ingin kalian sampaikan?” Tanya Ai tetap tenang. “Tidak kah kalian sadari ini terlalu menyita perhatian? Apa aku menghalangi jalan kalian?” Myungsoo tampak terkejut mendengar Ai melontarkan kata yang ada dalam pikirannya. “Klise! Tidak adakah alasan lain?”
“Ai!” Jaejoong berlari dan berhenti di samping kiri Ai. “Ada apa ini?”
“Kalian ingin kehilangan kesempatan untuk tampil sabtu nanti?” Tanya Byunghun.
“Kami tidak tahu apa yang terjadi, kenapa kau melontarkan pertanyaan konyol itu?” Minhyuk balik bertanya.
“Ada apa ini?!” Park Shi Hoo melerai. “Ck! Kalian lagi!” Shihoo menghela nafas melihat Viceroy dan YOWL. “Kalian semua, ikut aku!”

YOWL dan Viceroy berada di ruangan berbeda. Wonbin, Minhyuk, Jaejoong, Ai, Jaejin, Kibum dan Wooyoung berdiri berjajar sejak setengah jam yang lalu. Wajah ketujuh murid ini mulai memasang ekspresi bosan dan lelah. Pintu ruang Tata Tertib Sekolah sedikit terbuka dan terdengar suara dua orang pria sedang becakap-cakap di luar sana. Ketujuh murid ini mulai gusar karena terlalu lama berdiri di ruangan sempit itu.
“Terima kasih, ma’af merepotkan.” Kata pria yang sosoknya terlihat sedikit saja terlihat dari pintu yang sedikit terbuka. “Hah…” terdengar desah kesal pria itu dan kemudian pintu terbuka. Lee Jun Ki, guru berkacamata itu muncul dari balik pintu. Ia menatap ketujuh muridnya dan menggeleng pelan lalu berjalan mendekat.
“Hah… kalian ini…” keluh Junki. Ai yang sedari tadi menggerakan kakinya membentuk sebuah gambar di lantai merasa terusik oleh suara Junki. Ai mengangkat kepala menatap pria yang berdiri tepat di depannya.

*Avril Lavigne-I Love You*

Sejenak waktu seolah berhenti berjalan, bumi berhenti berputar. Ai terpana melihat pria tampan di depannya. Pria berkaca mata itu benar menarik penuh perhatian Ai. Dia Lee Jun Ki. Tanpa di sadari Ai tersenyum dan berbisik, “Tuhan, sempurna sekali makhluk Mu ini,” di dalam hatinya.
“Kau siswi kelas X? Baru kemarin kau bergabung dan hari ini sudah membuat masalah.” Junki membuyarkan lamunan Ai. Ai mengerjapkan kedua matanya dan menatap Junki. Ai terkejut dan terdiam menatap Junki.
“Kami tidak membuat masalah, mereka yang memulai.” Bantah Jaejoong.
Junki beralih menatap Jaejoong. “Kau benar. Hari ini kalian beruntung, banyak saksi yang membenarkan jika kalian tidak membuat masalah hari ini.” Junki menatap satu per satu murid di depannya. “Aku menunggu penampilan kalian sabtu nanti, buktikan bahwa kalian bukan band sesat dan berandalan.” Junki tersenyum tulus dan pergi.
Semua tersenyum lega kecuali Ai. Gadis ini masih tertegun menatap pintu. “Ai, kau kenapa?” Tanya Wonbin.
“Aku sedikit tidak baik.” Jawab Ai masih menatap pintu. “Siapa dia?”
“Kau tidak tahu?” Tanya Jaejin. “Dulu Beliau wali kelas kami, Lee Jun Ki Sonsaengnim.”
“Sekarang Beliau wali kelas kita.” sahut Kibum.
“Lee Jun Ki Sonsaengnim??” Ai menangguk-angguk.
“Kenapa?” Tanya Kibum.
“Aku menyukainya.” Kata Ai sambil berjalan pergi.
“Mwo??” Minhyuk dan Jaejin kompak. “Ai!! Jangan bercanda kau!” Minhyuk mengejar di susul Jaejin.
“Apa dia sadar mengatakannya?” gumam Jaejoong yang menyusul berjalan keluar.
“Dia terlihat aneh.” Wonbin merangkul Jaejoong. Kibum dan Wooyoung menyusul.
***

“Hahaha…” Jinyoung –Jung Jinyoung- tertawa lepas mendengar cerita Wooyoung. “Hanya dalam waktu dua hari, Jiyoo sudah begitu tenar di sekolah, anak itu benar-benar…” Jinyoung tersenyum kagum. “Kau harus menjaga Jiyoo dengan baik, ya?”
“Akan saya lakukan yang terbaik, Tuan.”
Wooyoung pamit pergi. Euichul tersenyum melihat ekspresi bahagia Jinyoung. “Sangat senang?” Tanya Euichul.
“Hah… aku berharap bisa berada di sekolah sabtu nanti untuk melihat penampilan perdananya di sekolah.”
“Appa ingin berada di sekolah untuk melihat penampilannya? Bukan aku?” sahut Jinwoon.
“Oh, Jinwoon. Kau disana? Kemarilah.” Panggil Jinyoung pada putra keduanya.
“Bukankah ini terlalu berlebihan? Dia hanya anak pungut, kenapa kalian sampai seperti itu padanya?”
“Jinwoon!” bentak Euichul. Jinwoon menatap Jinyoung lalu Euichul kemudian pergi. “Jinwoon!” panggil Euichul.
“Sudahlah!” tahan Jinyoung.
“Appa, sebaiknya kita katakan saja yang sebenarnya pada Jinwoon.”
“Apa kau yakin itu akan merubah keadaan dan membuatnya menyadari situasi ini? Biarkan saja, suatu sa’at ia akan tahu sendiri.”
-------

Ai fokus menatap monitor laptopnya. Ponselnya bordering tanda pesan masuk.

Kau tidak akan bisa bertahan seperti ini. Jangan merasa hebat dengan semua ulah mu itu! Sebaiknya kau berhati-hati!

Ai tersenyum kecil. Ia kembali menatap laptopnya.



-------TBC-------


kamsahamnida
.shytUrtle_yUi.
 

You Might Also Like

0 comments

Search This Blog

Total Pageviews