¤ It's The Way You Make Me Feel (Straight From The Heart) ¤

22:55

Annyeong~ shi-gui,shyturtle is back again ^^v hohoho.



Hmmm...ff kali ini oneshot aja dan ini terinspirasi dari pilem bollywood "Hum Dil De Chuke Sanam (Straight From The Heart)" pilem ini nongol 12tahun yang lalu tepatnya taon 1999 yang di peranin Ajay Devgan,Aishwarya Rai dan Salman Khan. Gara-gara liat video Ost.nya jadi pengen buat ff nya dah hehe. Ini juga sekaligus ff buat temen-temen MVP so happy reading ^^v





_welcome to lautan khayalan shyturtle_









¤ It's The Way You Make Me Feel (Straight From The Heart) ¤



. Kategori: oneshot/romance



. Author: shyturtle



. Main Cast:

- Onew SHINee as Lee Jinki (Ajay Devgan)

- Wooyoung 2PM as Jang Wooyoung (Salman Khan)

- Shi.Gui aka All Reader as Park Yoohee (Aishwarya Rai)



. Other cast:

- Park Jinyoung (J.Y.P) as Ayah Yoohee

- Go Hyunjung (Mishil) as Ibu Yoohee

- Lee Junki as Kakak Jinki

- Lee Jieun (IU) as Adik Jinki

- Kim Soomi (Marrying The Mafia) as ibu panti asuhan/ibu asuh Wooyoung











Park Jinyoung adalah seniman senior yang tinggal di sebuah desa terpencil bernama desa Gongju. Meski tinggal di tempat terpencil namun Jinyoung sangat terkenal di kalangan musisi orkestra juga artis/aktor panggung musikal. Jinyoung pemilik sebuah sanggar seni bernama "Sarang" yang masih aktif hingga sekarang.







*Ost.Doremifasolasido track #1*



(Wooyoung lari pagi)



Jang Wooyoung seorang pemuda 22 tahun yang terkenal periang,pemuda yang enerjik dan humoris. Impian terbesarnya adalah menjadi seorang aktor drama musikal yang terkenal. Ia seorang yatim piatu dan sejak kecil tinggal di panti asuhan. Wooyoung sangat dekat ibu pemilik panti asuhan Kim Soomi nenek yang enerjik dan humoris pula namun penuh kasih,keduanya tampak seperti ibu dan anak sungguhan.





"Anak nakal! Kau tahu tempat itu sangat jauh,tidak Kau tidak boleh pergi!" Soomi melipat tangan dan tak mau memandang Wooyoung yang memasang wajah melas.



"Omma...Aku mohon ijinkan Aku pergi menimba ilmu di sanggar seni Sarang" Wooyoung berlutut memelas "Omma~""Berhenti merayu ku!"Wooyoung menatap langit-langit ruang kerja Soomi,"Appa,Appa Kau dengar Aku?" sedikit berbisik "Appa,ayo bantu Aku membujuk Omma,Appa juga setuju kan kalau Sarang adalah tempat terbaik?" diam sejenak "Omo! Appa tersenyum mengangguk pada Ku"



"Jang Wooyoung!" Soomi mencubit lengan Wooyoung.



"Aiya~ Omma sakit...ampun" Wooyoung berdiri dan mengikuti Soomi yang masih mencubit lengan kanannya dan keduanya duduk di sofa.



"Banyak agensi bagus di Seoul,kenapa harus Sarang? Tempat itu terlalu jauh dan pasti menimba ilmu di sana tidak mudah karena masih memakai sistim kuno selain itu untuk bisa ke sana kau harus berjalan kaki sekitar 5km melewati hutan dan sungai,bagaimana kalau Kau tersesat?" mengelus lembut kepala Wooyoung "Aku tidak mau sesuatu yang buruk menimpa Mu"



"Omma terlalu berlebihan,Aku sudah melatih fisik Ku dengan baik kan? Jadi...Omma jangan khawatir,ini petunjuk Omma,Aku mendapatkannya dari mimpi dan Appa yang menyuruh Ku menimba ilmu di sana...ayolah Omma izinkan Aku"





Wooyoung tidak main-main akan keinginannya menimba ilmu di sanggar seni milik Jinyoung. Soomi pun luluh juga dan dengan berat hati Ia melepas Wooyoung pergi.

***









Jinyoung telah menerima surat permohonan dari Wooyoung dan dengan senang hati Ia mengabulkan keinginan Wooyoung untuk menimba ilmu di sanggar seni miliknya.



"Kalian tahu di mana putri Ku?" tanya Jinyoung terlihat panik "Astaga~ kemana anak itu padahal sebentar lagi murid baru Ku tiba"







*Ost.Goong-Ooju Joongbook #1*





Yoohee berjalan sambil membawa sekeranjang bunga lila kuning. Senyum terus terkembang di wajah Yoohee dan semua orang menyapa putri tunggal Jinyoung itu.



"Nona...Tuan Besar dari tadi mengomel karena Nona tak kunjung datang" sambut Jandi anak pengasuh Yoohee.



"Benarkah??" Yoohee lalu melotot ketika Sang Ayah berjalan ke arahnya dengan terburu-buru. "Abonim~" sapa Yoohee sambil mengembangkan senyum terbaiknya.



"Dari mana saja Kau Yoohee! Kau tahu akan ada murid dari Seoul tiba hari ini!"



Menunjukkan keranjang bunganya "Aku tidak bisa jika sehari saja tak memetiknya"



"Astaga! Lihat baju Mu! Kotor semua!" menunjuk hanbok Yoohee yang sedikit berantakan dan kotor "Kau main layang-layang lagi?"



"hehehe~"



"Yeobo~ sudah-sudah" Hyunjung mengelus lengan suaminya "Yoohee cepat mandi dan ganti baju,Jandi bantu Dia"



"Iya Omonim" Yoohee segera pergi dengan Jandi.









Jinyoung menyiapkan sebuah sambutan kecil untuk calon muridnya,ya begitulah tradisi dalam sanggar seni Sarang. Menurut Jinyoung setiap orang itu unik dan istimewa jadi siapa pun calon murid pasti akan mendapat sambutan darinya.

***





Setelah menempuh perjalanan yang lumayan melelahkan dan menegangkan akhirnya Wooyoung sampai juga di sanggar seni Sarang. Ia kaget menerima sambutan hangat dari Jinyoung dan keluarganya. Yoohee pun maju untuk mengalungkan bunga pada Wooyoung sebagai tanda ucapan selamat datang. Wooyoung berbinar melihat Yoohee.



"Bagaimana Nak? Kau suka tempat ini?" tanya Jinyoung.



"Cantik sekali" jawab Wooyoung yang terpesona oleh kecantikan Yoohee.



"Ma'af?? Cantik??" tanya Jinyoung lagi.



"Oh iya suka sangat tenang dan alami" Wooyoung sadar juga "Sonsaengnim,Saya janji akan belajar dengan baik"



"Ya,Kita akan belajar sama-sama" Jinyoung menepuk pundak Wooyoung.



"Iye,Sonsaengnim" Wooyoung tersenyum manis lalu kembali melirik Yoohee.







Wooyoung semakin nyaman dan betah menimba ilmu di sanggar seni Sarang karena ada Yoohee yang selalu membantunya. Yoohee tidak hanya cantik dan lugu,tapi juga pandai menari serta mempunyai suara yang merdu dan pandai memasak. Benar-benar figur wanita Korea yang sempurna dan bagaimana Wooyoung tidak jatuh hati pada Yoohee?





Yoohee sendiri merasa senang bisa dekat dengan Wooyoung. Dengan telaten Ia membantu Wooyoung adaptasi dengan aturan dan kebiasaan dalam sanggar seperti kewajiban memakai hanbok sebagai pakaian sehari-hari. Pribadi Wooyoung yang supel membuat Yoohee tak sungkan jika harus menegur jika Wooyoung berbuat salah.

2 minggu berjalan dan sering menghabiskan waktu bersama menumbuhkan benih-benih cinta di antara Wooyoung dan Yoohee. Seminggu berikutnya Wooyoung menyatakan cintanya dan Yoohee tak mampu menolaknya karena Ia benar jatuh hati pada Wooyoung. Wooyoung adalah pacar pertama Yoohee dan ini pertama kalinya Yoohee jatuh cinta.

***











"Sudah berapa lama Aku di sini?" Wooyoung menemani Yoohee memetik lila kuning bunga favoritnya.



"Dua hari lagi genap dua bulan kenapa?"



"Kau suka sekali lila kuning,kenapa?"



"Mmm??"



"Ada yang lebih bagus,anak gadis biasanya suka pink"



"Tapi,aku tidak"



"Yoohee..." Wooyoung meraih tangan Yoohee "Apa benar Kau mencintai Ku?"



"Aku tidak tahu tapi Aku tidak ingin jauh dari Mu"



"Aku ingin memiliki Mu dan membawa Mu bersama Ku ke Seoul sa'at masa pendidikan Ku selesai nanti" kemudian hendak mencium bibir merah Yoohee.



"Akan ada perayaan" Yoohee menghindar dan kembali sibuk memetik bunga "ini tradisi setiap selesai panen,kali ini akan diadakan di kampung kami dan para bangsawan akan berkumpul di rumah"



"Apa Aku boleh partisipasi juga?"



"lebih baik kau diam dan jaga sikap,kau bisa di anggap tidak sopan dan itu bisa memalukan Ayah Ku"



"Aku kan sudah belajar banyak kenapa tidak boleh?"



"Ritual ini ritual sakral,tarian dan lagu yang di bawakan pun tidak sembarangan,kau masih baru,meski Ayah mengakui kemampuan Mu itu bukan berarti..."



"Aku kan calon menantunya masak tidak boleh ambil bagian" potong Wooyoung sambil cemberut seperti anak kecil.











Yoohee terlihat anggun dan cantik malam ini memakai hanbok sutera berwarna cerah khas musim semi. Ia tahu Wooyoung marah,Yoohee keterlaluan bercanda tadi siang sa'at memetik bunga bersama. Yoohee mengantar sendiri hanbok untuk Wooyoung sambil membawa seikat lila kuning.





Wooyoung pura-pura acuh sa'at Yoohee tiba meski Ia sempat kaget melihat kekasihnya begitu cantik dan anggun malam ini. Yoohee meletakkan hanbok di meja lalu mengganti lila kuning dalam vas dengan lila kuning yang di bawanya. Wooyoung meliriknya tapi tetap saja pura-pura cuek.

"Aku akan menari setelah ini" ucap Yoohee sebelum pergi.









Para bangsawan sudah berkumpul dan acara pun di mulai. Akhirnya tiba juga giliran Yoohee menari.

Tampak rombongan keluarga bangsawan Lee baru tiba. Pandangan Jinki langsung tertuju pada Yoohee. Putra kedua dari keluarga Lee itu benar terpesona oleh kecantikan Yoohee. Jieun sang adik menyadari hal itu dan langsung menyikut sang kakak.



"Cantik ya" bisik Jieun.



"Siapa Dia?"



"Putri tunggal Paman Jinyoung...Aku lupa Oppanim belum pernah bertemu dengannya"



"Jadi...itu dia Park Yoohee..."











Usai menari,Yoohee unjuk kebolehan memainkan Kayageum. Jinki kembali terpesona dan Wooyoung masih saja berdiam diri di kamarnya meski sudah ganti kostum. Suara merdu Yoohee mulai mengalun menyanyikan lagu yang di ciptakan sendiri oleh sang Ayah. Lagu syahdu tentang seorang gadis yang menunggu kekasihnya kembali dari perantauan.



"Dia benar-benar menakjubkan" puji Jinki yang makin di buat jatuh hati oleh Yoohee.







"Kau curang Oppa,hanya mengintip saja" ucap Yoohee manja agar Wooyoung tak marah lagi padanya "Padahal Aku benar-benar berharap orang yang berada di barisan paling depan melihat Ku adalah Kau...Aku menari,memainkan kayageum dan menyanyi...untuk Mu"



Wooyoung masih bersikap dingin duduk di teras bilik tempat Ia tinggal.



"Aku mohon ma'afkan Aku" Yoohee membungkuk 90 derajat di hadapan Wooyoung selama beberapa sa'at kemudian mulai berjalan pergi.



Wooyoung meraih tubuh Yoohee dan memeluknya erat seolah tak ingin melepasnya lagi "Ma'afkan Aku...Aku mencintai Mu Yoohee" bisiknya di telinga Yoohee "Aku sangat mencintai Mu"



Yoohee melingkarkan tangannya di pinggang Wooyoung "Aku juga mencintai Mu" membalas pelukan Wooyoung.



Wooyoung tersenyum menatap Yoohee dan mendaratkan ciuman hangatnya di kening Yoohee lalu kemudian mencium bibir merah Yoohee selama beberapa sa'at.

***











Yoohee berlari sekencangnya menuju rumah. Jandi menyusulnya dan mengatakan kalau Jinyoung baru saja bertengkar hebat dengan Wooyoung. Semalam ada seorang pelayan yang melihat Wooyoung mencium Yoohee dan melaporkan hal itu pada Jinyoung. Jinyoung tidak terima akan hal itu,Dia marah besar dan mengusir Wooyoung dari sanggar seni miliknya.





"Abonim!!" teriak Yoohee yang berlari memasuki rumahnya "Wooyoung~" menatap Wooyoung "Abonim"



"Bawa Yoohee masuk!" perintah Jinyoung dan 2 pelayan segera Yoohee dengan paksa.



"Abonim! Aku mohon jangan usir Wooyoung Oppa! Abonim!" Yoohee terus berteriak sambil berontak berusaha lepas dari 2 pelayan yang memegangnya,"Abonim! Abonim! Aku mencintainya,Aku mencintai Wooyoung Oppa!" terus berteriak di sela isak tangisnya.



"Kau dengar sendiri kan Sonsaengnim? Putri Mu juga mencintai Aku,kenapa tidak Kau restui hubungan Kami?" Wooyoung masih tak mau pergi dan berusaha meyakinkan Jinyoung "Saya mencintai Yoohee"



"Plokkk!" tangan Jinyoung mendarat dengan sempurna di pipi kanan Wooyoung "Bangsawan harus menikah dengan bangsawan,pernikahan Yoohee sudah di atur! Pergi Kau,murid kurang ajar! Aku tidak akan menyerahkan Putri Ku pada gelandangan tak bertuan seperti Mu!"





"Apa?? Sonsaengnim,Aku bersumpah atas nama cinta Ku,kelak Putri Mu sendiri yang akan datang mencari Ku! Aku bersumpah pasti itu akan terjadi!" tiba-tiba petir menggelegar "Aku memang yatim piatu dan Aku bukan bangsawan,tapi Aku akan buktikan bahwa Aku juga bisa berhasil dan sukses seperti sonsaengnim" menyangklet tasnya dan berjalan pergi.



"Oppa~" Yoohee yang berhasil lolos berlari mengejar dan Wooyoung menoleh lalu menudingnya. Yoohee berdiri layaknya patung dan hanya bisa menangis menatap punggung Wooyoung yang berjalan semakin jauh darinya.

***











*Ost.Iljimae-Hwashin*





Yoohee ingin kabur tapi Ia takut,apalagi kesehatan Sang Ayah sedikit memburuk belakangan ini.

Jinyoung telah menerima lamaran keluarga Lee. Yoohee akhirnya menyerah dan menikah dengan Jinki memenuhi perjodohan yang sudah di tentukan sejak keduanya masih bayi. Sebuah pesta besar pun di gelar untuk pernikahan Jinki dan Yoohee.





Jantung Yoohee berdetub kencang dan tubuhnya terasa dingin gemetaran duduk di kamar pengantin. Jinki masuk dan tersenyum mendapati Yoohee duduk membelakangi dirinya. Jinki memeluk Yoohee dari belakang dan menyandarkan kepalanya dengan mesra di pundak Yoohee lalu mengendus dan mengecup lembut tengkuk Yoohee. Yoohee sangat merasa tak nyaman dan akhirnya berontak mendorong Jinki hingga melepas pelukannya.



"Apa ini yang Kau ingin kan!!" Yoohee berdiri dan membuka ikatan hanboknya sambil berkaca-kaca.



Jinki berdiri di hadapan Yoohee dan kembali merapikan hanbok Yoohee,"ma'afkan Aku...bukan tubuh Mu yang Aku inginkan,tapi Aku menginginkan hati dan cinta Mu...ma'afkan Aku telah lancang mencintai Mu" menatap Yoohee dengan tatapan lembut dan penuh kasih. "Aku tahu ini sulit,Aku akan menunggu sampai benar-benar Kau berikan hati Mu untuk Ku karena Aku tidak mau pergi dari sisi Mu...Aku terlanjur jatuh hati pada Mu Yoohee" menundukkan kepala.



Yoohee berdiri mematung mendengarnya dan butiran air mata yang tertahan akhirnya jatuh menuruni pipi mulusnya.



"Sekarang tidurlah,Aku jamin Kau aman,Aku tidak akan menyentuh Mu dan...setelah malam ini,Kita akan tidur di kamar terpisah,jangan khawatir Nenek telah memberikan rumah ini pada Ku sebagai hadiah pernikahan Kita,kau...bisa gunakan kasurnya,sudah tidur saja"



"Jinki~ssi"



Jinki mengangkat kepala dan berusaha tersenyum tulus meski hatinya sakit mendapati Yoohee tak menyukainya "Gwaenchanna~" mengulurkan tangan "...tapi,Kita masih bisa berteman kan??" tampak ragu "Ma'af kar..."



"Gomapsseumnida" potong Yoohee "Jongmal gomapsseumnida Jinki~ssi" menjabat tangan Jinki.



Jinki tersenyum lebar "Annyeong hasimnikka,Je irumun Lee Jinki imnida. Kita belum pernah berkenalan sebelumnya kan??"



"Jo...Jonun Park Yoohee imnida"



Jinki kembali cerah "Mannasso bangapsseumnida,Yoohee~ssi"

***













Jinki menepati janjinya,meski tinggal serumah namun keduanya tidur terpisah. Pasangan ini pun menunjukkan akting terbaik mereka jika berhadapan dengan keluarga masing-masing. Bulan demi bulan berhasil di lalui keduanya,berakting dan berpura-pura.





Jandi berhasil menemui Yoohee sa'at Jinki pergi bekerja. Ia memberikan seikat surat dari Wooyoung yang berhasil Ia selamatkan dari tangan Ayahnya sa'at akan membakar surat-surat itu. Bagai hujan di musim kemarau surat-surat itu menyejukkan hati Yoohee yang sangat merindukan Wooyoung. Wooyoung tak melupakannya,dalam tiap suratnya Wooyoung menceritakan kisah hidupnya dan kerinduannya selama 9 bulan berpisah dari Yoohee. Yoohee mencium lembaran kertas surat tiap kali membuka surat baru. Ada aroma parfum Wooyoung dan mencium kertas itu membuatnya merasa berada di dalam dekapan hangat Wooyoung. Yoohee sangat senang hingga tak menyadari beberapa surat berserakan di rumah karena tertiup angin.





Jinki baru sampai siang itu,wajahnya berbinar sepertinya Ia membawa berita bahagia untuk Yoohee. Sebuah kertas mendarat tepat di kakinya,kertas berwarna merah jambu dan Jinki memungutnya. Bau kertas itu sangat harum dan Jinki membaca isinya. Mata Jinki terbelalak dan Ia remas kertas itu berusaha menahan emosinya. Hatinya remuk dan rasanya ingin berteriak bahkan mungkin menangis sampai tubuhnya gemetar karena menahan emosinya. Jinki segera masuk dan mencari istrinya,makin sakit rasanya melihat Yoohee duduk senyum-senyum sendiri sambil memeluk surat di dadanya dengan wajah yang berseri,ekspresi yang telah lama tak pernah di tunjukkan Yoohee sejak gadis itu menjadi istrinya.





"Yoohee~aa!!!" bentak Jinki dan membuat Yoohee tersadar.



"Jin...Ki~ssi..."



"Ap...apa ini?!" tangan Jinki yang gemetar terangkat menunjukkan surat di tangannya.



Yoohee terbelalak di buatnya dan Ia ketakutan. "Jin...Ki~ssi" bisiknya terbata melihat Jinki yang berkaca-kaca menahan emosinya.



"Karna inikah Kau tidak bisa menerima Ku?? Katakan!" Jinki dengan nada meninggi hingga Yoohee kaget dan takut.



"Jeosonghamnida" Yoohee berlutut "Aku...Aku mencintai Jang Wooyoung"



Air mata itu mengalir sendiri membasahi pipi Jinki yang segera mebalikkan badan membelakangi Yoohee,"Apa Kau benar-benar mencintainya?!"



"Iye??"



"Apa Kau sadar ini sangat melukai Ku?" Jinki ikut berlutut tepat di hadapan Yoohee.



Yoohee kaget ketika tahu Jinki menangis dan Ia jadi merasa bersalah karenanya.



Jinki memegang dadanya "Sakit...di sini sakit sekali...bagaimana Aku harus mengatasi ini Park Yoohee...bagaimana?"











Sejak kejadian siang tadi Jinki mengurung diri di kamarnya hingga malam. Yoohee duduk di depan pintu kamar Jinki



"Jinki~ssi" panggilnya seperti biasa "Hidangan sudah siap,mari makan malam"





Jinki pun membuka pintu dan membantu Yoohee berdiri sambil tersenyum ramah seperti tidak terjadi apa-apa sebelumnya. Yoohee bingung dan semakin merasa bersalah sa'at meladeni Jinki untuk makan malam seperti yang Ia lakukan.



"Aku sudah memikirkannya matang-matang" ucap Jinki tiba-tiba memecah kesunyian dan Yoohee langsung mengangkat kepala menatap tajam ke arahnya. "Kau tahu? Tadi Aku pulang sangat terburu-buru ingin segera sampai dan menemui Mu...Sejak menikah Kita belum bulan madu" diam sejenak dan Yoohee makin penasaran "Kita akan pergi...Aku akan mengantar Mu mencari Wooyoung,Kau mau kan?"



"Apa ini??"



"Aku mencintai Mu dan Kau mencintai Wooyoung,segitiga ini harus di akhiri...Sebagai teman Aku tidak bisa membiarkan teman Ku menderita dan memintanya hanya memahami perasaan Ku tanpa Aku memahami perasaannya...meski Kita ini aktor dan artis yang handal tapi...tidak nyaman sekali bukan ada di garis ini?"



Yoohee mengangguk membenarkan ucapan Jinki.



"Kalau begitu mari Kita pergi...setelah Kita menemukan Wooyoung...jika Kau benar mencintainya dan sangat ingin bersamanya...akan ku kabulkan"



"Jinki~ssi..."

***











Jinyoung sangat senang ketika Jinki dan Yoohee berkunjung sekaligus pamit untuk pergi bulan madu.

Jinki dan Yoohee tiba di Seoul dan hal pertama yang di lakukan Jinki adalah mengajak Yoohee belanja pakaian di Dongdaemun. Yoohee yang baru pertama kali ke Seoul jelas terlihat keheranan dan berkeliling Dongdaemun memakai hanbok pasti menyita perhatian pengunjung lain,bahkan ada seorang wisatawan asing yang minta foto bersama Yoohee.



Usai istirahat sejenak di hotel,Jinki langsung mengajak Yoohee mencari panti asuhan tempat Wooyoung tinggal. Sedikit kesulitan,karena Yoohee tak tahu pasti nama panti asuhan tempat Wooyoung tinggal karena Yoohee tak membawa satu pun surat dari Wooyoung dan sa'at di tanya bagaimana gambaran wajah Wooyoung,Yoohee malah menggambar sebuah wajah yang lebih pantas di sebut gambar topeng membuat Jinki merasa geli dan tak bisa menahan tawanya lagi. Yoohee jadi sedikit sewot karena malu,Ia hanya menirukan cara Wooyoung menggambarkan wajahnya sendiri.



Sudah malam tapi belum ada hasil,Jinki mengajak Yoohee makan malam di sebuah restoran kecil. Tak di sangka si pemilik kedai ternyata juga berasal dari Desa Gongju dan mengenal ayah Jinki,Tuan Lee si Tuan Tanah yang terkenal murah hati dan malam itu ada perayaan hari kasih sayang di restoran itu. Pemilik restoran meminta Jinki untuk tinggal sejenak untuk merayakan hari kasih bersama pasangan yang lain. Awalnya Jinki dan Yoohee tampak canggung dan malu-malu,tapi Pemilik restoran dan istrinya terus mengajak keduanya berdansa dan menari bersama-sama dengan pasangan yang lain. Keduanya pun larut dalam kebahagiaan dan tertawa riang sambil terus bergoyang mengikuti alunan musik. Jinki senang melihat tawa di wajah Yoohee,tawa yang tak pernah Ia lihat lagi sejak keduanya menikah. Yoohee jadi tersipu malu sa'at menyadari Jinki terus menatapnya sambil tersenyum. Melihat tatapan Jinki yang penuh kasih itu tiba-tiba Yoohee jadi gugup dan seolah ada aliran listrik yang menyengatnya.

***









Pesta semalam membawa buah manis,Jinki mendapat alamat lengkap panti asuhan tempat Wooyoung dari salah seorang pengunjung restoran. Keduanya segera menuju tempat itu dan Yoohee kembali memakai hanbok. Ia merasa risih jika tidak memakai hanbok dan Jinki menurut saja selama itu membuat Yoohee nyaman.



Yoohee kembali lesu,Wooyoung tidak ada di panti melainkan di Jepang untuk pertunjukkan drama musikal pertamanya.



"Kau benar-benar cantik Park Yoohee" Soomi membelai lembut pipi Yoohee "Wooyoung sangat sedih sa'at Ia kembali dan Dia terus bercerita tentang Mu setiap hari...Dia tergila-gila pada Mu" menatap Jinki "Beruntung sekali Kau punya kakak yang baik seperti Jinki"





Obrolan singkat dengan Soomi cukup membuat Yoohee besar kepala tapi membuat Jinki cemburu. Yoohee duduk di samping kiri Jinki di dalam kereta dan hanya diam.



"Kita akan menyusulnya ke Jepang" ucap Jinki seraya menggenggam tangan kanan Yoohee kemudian menoleh sambil tersenyum "Ayo Kita lanjutkan acara bulan madu Kita ke Jepang"



Yoohee terharu menatap Jinki kemudian mengangguk pelan.

***











Perjalanan berlanjut ke Jepang untuk mencari Wooyoung. Ini pertama kalinya bagi Jinki dan Yoohee,pasti akan sangat sulit karena Jinki tidak bisa bahasa Jepang. Jinki memutuskan mencari tour guide untuk membantunya. Sa'at terlihat kebingungan tiba-tiba sepasang muda-mudi menghampiri Jinki dan kebetulan orang Korea juga. Jinki merasa senang apalagi dua orang itu menawarkan bantuan dan langsung naik ke mobil bersama Yoohee.



"Kenapa Kita kemari?" tanya Jinki curiga sa'at mobil tiba-tiba belok ke jalan sepi yang kanan kirinya hanya ada ladang padi.



"Lekas turun!" bentak pemuda sambil menodongkan pistol.



Jinki turun dari mobil dan berdiri melindungi Yoohee "Apa yang Kalian inginkan?"



"Berikan semua harta dan perhiasaan yang Kalian miliki! CEPAT!!!"



Jinki melempar uang dalam dompetnya.



"Jam tangan Mu juga kalung di leher istri Mu!"



Jinki melepas jam tangannya dan Yoohee ikut melepas kalungnya.



"Cincin!"



"Cincin??"



"Iya,cincin!"



"Jangan" ucap Jinki "Ini cincin pernikahan Kami" Yoohee kaget mendengarnya.



"Aku tidak peduli! Ayo lepas cincin Kalian!"



Jinki bersikeras tak mau melepas cincin di tangannya dan terjadi cek cok antara Jinki dan pemuda itu lalu "Dor!!" satu tembakkan terlepas.



"Jagiya cepat!" seru gadis pasangan pemuda perampok yang sudah duduk di belakang kemudi dan pemuda itu meloncat masuk mobil dan keduanya kabur.







"Brukkk!" tubuh Yoohee roboh.



"Yoohee~ Yoohee~" Jinki panik melihat Yoohee bersimbah darah,timah panas itu menembus bahu kanan Yoohee. Jinki langsung mengangkat tubuh Yoohee yang pingsan. Jinki berjalan cepat menuju jalan utama,akan tetapi sangat sepi tak ada satu pun mobil lewat. "Yaaaaaaa!!!" Jinki berteriak sekerasnya.

***











*Onew-The Name I Loved*



Jinki duduk di samping ranjang Yoohee yang berhasil melewati masa kritisnya. Ia lega Yoohee selamat tapi juga bingung,hanya sedikit uang yang mungkin akan habis untuk membeli makanan dan tas berisi pakaian saja yang tersisa. Lalu bagaimana Ia membayar biaya rumah sakit? Jinki menatap cincin kawin di jari manisnya kemudian menatap Yoohee.







"Hyung,ini Aku..." Jinki menelfon Junki sang kakak yang tinggal di Seoul lalu menceritakan apa yang Ia alami di Jepang.



"Jangan beranjak,Aku akan segera menyusul" Junki kemudian menutup telefon.









Jinki sedikit lega sekarang dan untuk menghilangkan penatnya Ia berjalan-jalan sejenak di sekitar rumah sakit. Ia duduk melamun membiarkan kopi yang Ia pesan tersaji di meja.



"Aigoo~ kopi akan berasa tidak enak jika sudah dingin" suara pemuda itu menyadarkan Jinki dari lamunannya.



"Anda orang Korea?" tanya Jinki sopan.



"Nee~ wajah orang Korea mudah di kenali kan? Ya,sobat! Kenapa Kau murung? Hidup hanya sekali jadi jangan di buat hanya untuk melamun,emm?"



"Istri Ku...Dia sedang di rawat di rumah sakit sekarang"



"Oh~ ma'afkan Aku,itu pasti membebani Mu pantas Kau murung,sakit apa?"



"Kecelakaan"



"Aigoo~" kemudian menatap langit "Appa,Kau juga mendengarnya kan?? Aku mohon bantu sobat Ku ini,sembuhkan istrinya,okey!" mengerlingkan matanya "Appa Ku pasti akan membantu Mu"



"Aigh~" Jinki tertawa kecil "Nee...Kamsahamnida"



"Kau ini kaku sekali jadi orang!"



"Iye??"



"Kau bisa nyanyi tidak!?"



"Anee,suara Ku sangat jelek"



"Ayo coba" pemuda itu menyanyikan sebuah nada "Giliran Mu!"



"Mwo??"



"Aish! Ayo coba!"



Jinki tampak ragu "...La la...la~"



Pemuda itu tertawa terpingkal-pingkal melihat Jinki kemudian menuntun Jinki untuk menyanyi bersamanya. Lama-lama Jinki pun bisa menyanyikan nada itu meski masih terdengar kaku. Bersama pemuda itu Jinki bernyanyi dan bisa tertawa lepas sejenak melupakan masalah yang membebaninya.





Yoohee tertawa sendiri,Ia baru saja bermimpi menari dan menyanyi lagu ciptaan sang Ayah bersama Wooyoung dan semua tertawa riang. Jinki pun masuk dan Yoohee jadi kelincutan begitu juga sebaliknya. Keduanya sama-sama heran saling tatap melihat ekspresi wajah satu sama lain. Jinki duduk dan bersenandung nada yang Ia dapat dari pemuda tadi.





Yoohee menajamkan telinganya untuk mendengar nyanyian lirih Jinki "Jinki~ssi darimana Kau tahu lagu itu?"



"Hah~ tadi..." Jinki baru sadar jika pemuda tadi adalah Wooyoung. Ia pun segera berlari keluar dan kembali ke kedai tapi Wooyoung sudah tak ada di sana. Jinki marah pada dirinya sendiri dan kembali ke kamar Yoohee.

***







Junki akhirnya tiba dan Jinki menebus cincin kawinnya kembali. Malam ini pertunjukkan drama musikal Wooyoung terakhir di gelar dan Junki bersiap mengantar keduanya. Yoohee tampak cantik memakai hanbok yang sudah Ia siapkan sejak awal untuk bertemu dengan Wooyoung. Jinki senang melihatnya tapi juga kecewa karena Yoohee berdandan bukan untuknya melainkan untuk Wooyoung.



Ketiganya pergi dengan taksi menuju tempat pertunjukkan. Jantung Yoohee berdetak makin kencang sa'at tiba di tempat pertunjukkan musikal Wooyoung. Ada poster yang memajang wajah Wooyoung dan pertunjukkan baru saja usai. Junki memimpin keduanya belakang panggung dan seorang kru menyampaikan pesan Junki pada Wooyoung. Jinki masih dengan sabar menemani Yoohee menunggu Wooyoung.



"Mungkin tidak akan muncul" ucap Yoohee lirih "Sudah lewat 30menit"



"Sebentar lagi" Jinki meraih tangan Yoohee dan menggenggamnya "Ya Tuhan dingin sekali,Kau gugup??" Yoohee mengangguk kecil "Aku paham yang Kau rasakan...setelah ini Aku akan membiarkan Kau bersamanya,jika Kau ingin kembali bersama Ku...Aku masih menunggu Mu...Aku akan pergi setelah Kau benar-benar menyuruh Ku pergi"



"Jinki~ssi..."







"Yoohee~aa" Wooyoung muncul "Yoohee~aa" memeluk erat tubuh Yoohee "Benar ini kau...benar ini Kau...akhirnya Kau datang juga...ayo!" Wooyoung menggandeng Yoohee masuk tanpa menyapa Jinki.



Yoohee menoleh dan Ia tahu Jinki tersenyum sambil mengangguk dan tak tampak lagi sosok Jinki karena Wooyoung yang terlampau senang sudah menyeratnya masuk ke dalam gedung.



Wooyoung dengan antusias mengenalkan Yoohee pada semua teman dan kru sambil terus menggandeng tangan Yoohee.





Jinki menghela nafas menatap gedung lalu berjalan pergi.





"Lihat Yoohee! Aku sudah jadi aktor musikal sekarang dan besok Aku akan ke Cina untuk melanjutkan show,Kau pasti membaca semua dalam surat Ku kan?"



"Iye,Oppa..."



"Lihat! Lila kuning,Aku tahu Kau suka,Aku selalu meminta pada kru agar memberi bucket lila kuning di ruangan ku,itu membantu menaikkan mood ku"



"Oppa~ apa Oppa masih mencintai Aku seperti dulu?"



"Mwo?? Kenapa Kau bertanya begitu?? Semua ini untuk Mu Yoohee"



"Apa Oppa mencintai Ku seperti dulu??"



"Yoohee~" ponsel Wooyoung berdering,Ia pun menerima panggilan itu dan berdiri membelakangi Yoohee.



Yoohee menatap punggung Wooyoung,tangan kanannya terangkat hendak menyentuh punggung itu tapi Ia urungkan dan malah menangis.



"Mianhae tadi ada teman artis menelfon memberi selamat karena Aku berhasil meraih golden ticket"



"Oppa...jeosonghamnida"



"He?? Untuk apa??"



"Aku tidak bisa hidup seperti ini..."



"Apa maksud Mu?"



"...Aku sudah menikah...Aku datang...Aku datang untuk bilang itu...terima kasih telah mencintai Aku dan mengajarkan Aku apa itu cinta...jongmal jeosonghamnida" membungkuk.



"Yoohee apa maksud Mu? Kau datang untuk ku kan? Kita akan hidup bersama,iyakan?"



"Jeosonghamnida...jongmal jeosonghamnida Aku tidak bisa Oppa...permisi" berlari keluar dari ruangan Wooyoung.



"Ya! Yoohee~aa! Appa! Kenapa Dia pergi?! Appa! Bawa Dia lagi pada Ku!"



Yoohee tak menghiraukan Wooyoung yang terus memanggilnya. Ia terus berlari dan membuat teman serta kru Wooyoung heran. Yoohee tak menemukan Jinki di tempat terakhir mereka bersama. Ia kebingungan dan berlari menuju jalan yang tampak sepi. Yoohee menoleh ke kanan dan kembali berlari. Hatinya berkata Jinki berjalan ke arah itu dan Ia menuruti kata hatinya.









*Super Junior-One Spring Day*



"Jinki~ssi!" teriak Yoohee sambil terus berlari.



Jinki yang berjalan bersama Junki menghentikan langkahnya. Ia menoleh tak percaya Yoohee datang mengejarnya.



"Jinki~ssi" Yoohee berhenti tepat di hadapan Jinki dan terengah-engah.



"Yoohee?? Wae??"



"kajima...jebal kajima...Aku mohon jangan tinggalkan Aku..."



"Yoo..."



Yoohee memeluk Jinki melingkarkan kedua tangannya di pinggang Jinki "Aku mohon jangan pergi,jangan pernah tinggalkan Aku..."



Jinki menangis terharu dan mendekap Yoohee "Nee...Aku tidak akan pergi dari sisi Mu...Sarange..." mengecup mesra kening Yoohee beberapa sa'at.



















_________THE END_________















_shyturtle_















hehehe.....ma'af kalo super duper gaje...RCL yaaaa.....

kamsahamnida...

You Might Also Like

0 comments

Search This Blog

Total Pageviews